Percakapannya dengan Haechan beberapa hari yang lalu membuat Jaemin memikirkan beberapa hal. Tentang kemungkinan apakah Mark menyukainya atau tidak. Sebenarnya Jaemin inginnya tidak peduli soal itu. Tapi teori entah-berentah yang Haechan sampaikan mau tak mau membuatnya berpikir macam-macam.
Seperti di suatu malam saat ia bermimpi buruk. Tiba-tiba saja bayangan Jeno datang setelah absen beberapa lama dari mimpi malamnya. Ingin tidur kembali namun rasanya sulit untuk memejamkan mata. Waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam, mengirim pesan pada Haechan pun tidak dibalas. Mungkin sudah tertidur. Entah apa yang mendorong Jaemin untuk membuka kolom chat-nya dengan Mark lalu mengirim pesan singkat berupa sapaan,
Mark?
Setelahnya ia memainkan playlist lagunya, mengira Mark juga sudah tertidur dan tidak akan membalas pesannya seperti Haechan. Tetapi sepuluh menit kemudian notifikasi pesan masuk berbunyi. Mark menanyakan ada apa, dan Jaemin meminta untuk menelponnya jika Mark bersedia.
Malam itu pertama kalinya mereka bertukar cerita panjang via telepon.
***
"Halo?" sapa Jaemin dengan suara serak ketika ia mengangkat panggilan dari Mark.
"Hei, kenapa belum tidur?"
"Kebangun."
Jaemin bisa mendengar suara pintu tertutup bersahutan dengan suara Mark. Mungkin Mark baru menutup pintu kamarnya. "Kenapa nggak tidur lagi aja? Malah minta telepon."
"Pengen aja..." Ia berguling di kasur sebelum bangun dan duduk bersandar pada headboard. Jaemin menyamankan duduknya dan mengangkat selimut sampai menutupi pinggangnya. Udara dingin sekali malam ini, hujan sepertinya baru reda sebelum ia terbangun tadi.
Di seberang sana, Mark tersenyum mendengar Jaemin menjawab dengan suara kecil. Jaemin bercerita beberapa hal malam itu. Tentang mamanya yang membeli tanaman hias baru dan anjing tetangga yang tidak sengaja merusak pot itu di hari yang sama, tentang Haechan yang mendahuluinya sidang tugas akhir, hingga tentang keluhannya terhadap Jaehyun –sepupunya– yang kini susah dihubungi karena semakin sibuk.
Kantuk Mark hilang bersamaan dengan mendengar cerita Jaemin. Terkadang juga Mark bercerita hal-hal acak.
Tepat ketika Jaemin berpikiran untuk mengakhiri panggilan, tiba-tiba saja Mark melemparkan pertanyaan yang belum pernah Jaemin kira sebelumnya, "tipe pasangan kamu seperti apa, Jaem?"
Suasana di antara keduanya berubah hening. Butuh beberapa detik bagi Jaemin untuk memproses pertanyaan Mark di kepalanya.
"Ekhem," Jaemin berdeham membersihkan tenggorokannya, "nggak ada, sih. Aku juga nggak tahu."
"Masa sih? Pasti ada, lah."
"Beneran... Belum pernah pacaran juga jadi nggak mikirin itu."
"Kirain udah pernah."
"Belum, kok."
Di dalam kamarnya, Mark menggigit bibirnya. Menimbang apakah ia harus menanyakan hal lain malam itu atau tidak. Tetapi, pikirnya, ia tidak akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya kecuali jika yang bersangkutan menjawabnya sendiri.
"Jaemin?"
"Hm?"
"Kalau ada yang deketin kamu sekarang, kamu mau nggak?"
"Nggak tau," ada jeda saat Jaemin menjawab pertanyaannya, "tapi kayaknya belum dulu, deh."
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
It All Started with Broken Hearts
FanfictionKetika hidup yang senantiasa dipenuhi kebahagiaan perlahan mengkhianatimu, kau hanya tak terbiasa dan tak tahu bagaimana harus menghadapinya.