Happiness

964 77 0
                                    


Hilir mudik mahasiswa di selasar gedung perkuliahan tak mengganggu pemuda yang kini tengah berasyik-masyuk dengan ponselnya. Senyum tergantung di bibirnya yang berwarna cerah tanpa peduli apakah ada orang lain yang terheran-heran memandanginya.

Masih tetap mengetikkan sesuatu -seolah kedua ibu jarinya hafal dimana letak huruf-huruf di keypad- pemuda bersurai kecokelat-cokelatan itu mengangkat kepala begitu seseorang duduk bersila di sampingnya.

"Gimana bimbingannya? Udah beres?"

Pemuda itu kembali melirik ponselnya sekilas sambil menekan tombol 'send' lalu mengunci layarnya.

"Belum jadi ketemu, ih. Pak Johnny tadi kelar rapat langsung pergi. Nunggu dua jam taunya di-PHP. Bete!" pemuda yang sering disapa Haechan itu menggerutu sambil mengusak poninya kasar, "mending aku ngajuin ganti dosbing ke Kajur, ikut dosbing-nya Jeno."

Jaemin tertawa mendengar keluhan frustasi sahabatnya.

"Lagian kamu, sih, bikin skripsi pake Bahasa Inggris. Pasti dosbing-nya kalo nggak dapet Pak Ten, ya, Pak Johnny."

"Ck, iya, ya. Lupa aku kalo bapaknya lagi ada proyek gede. Alamat nggak kelar-kelar ini."

Jaemin semakin tertarik menggoda Haechan, "ayo taruhan! Yang sidang duluan boleh minta traktir apapun sama yang terakhir sidang!"

Pemuda yang baru saja gagal bimbingan itu semakin tersulut dengan tingkah pongah Jaemin.

Jaemin ini....

Mana pakai mainin alis segala.

"Siapin dompetmu ya, Chan. Kayaknya minggu depan bab tiga-ku bakal di-acc, nih."

"Mana imbang kalau kayak gitu!"

Dengan gulungan kertas di tangannya Haechan memukul ringan bahu Jaemin. Bibirnya ia rapatkan menahan kesal. Sementara Jaemin hanya haha-hihi sambil sesekali menghalau pukulan Haechan. Gemar sekali ia menggoda sahabat berpipi tembamnya ini.

Soalnya mudah tersulut api.

"Heh! Ribut mulu lo berdua!"

Suara bariton dari arah selatan menghentikan aksi kekanakan dua mahasiswa tingkat akhir itu. Jaemin dengan sisa tawanya dan Haechan yang bersungut merapikan kertasnya menemukan Jeno sudah ada di belakang mereka.

Jaemin menahan nafas. Dadanya terkembang menyimpan banyak udara pada ruang di paru-parunya. Matanya terpaku pada wajah sosok yang tengah berdiri itu.

Jeno hari ini tampan sekali.

Tangan Jaemin yang tidak menggenggam ponsel meraih tepian lengan baju Jeno dan menariknya untuk duduk di sampingnya.

"Katanya nggak ke kampus hari ini, Jen?"

"Baru COD-an tadi sama anak FEB."

Jeno melepas kacamata minusnya dan mengelapnya dengan dengan ujung kemeja. Jaemin yang duduk di sebelahnya memerhatikan side profile lelaki itu yang terlihat berkilau siang ini. Ada titik keringat yang memantulkan cahaya matahari di pelipis sahabat terkasihnya itu.

Oke, katakanlah Jaemin berlebihan.

Tapi begitulah dirinya tiap kali memandang lelaki bermarga Lee itu lima tahun belakangan.

Hari ini Jeno mengenakan kemeja flannel beraksen kotak-kotak yang ia hadiahkan di hari ulang tahunnya dua bulan lalu. Membuat Jaemin melirik pakaian yang melekat di tubuhnya. Serupa walau tak sama. Jeno dengan warna merah dan ia dengan warna biru navy.

Mereka memakai pakaian kembar di hari yang sama tanpa berjanjian sebelumnya.

Apakah ini jodoh?

Pipinya bersemu merah.

It All Started with Broken HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang