Obrolan malam

4.8K 496 49
                                    

"Kamu sendiri gimana?" raut wajah Tay berubah serius.

"Gimana apanya kak?" tanya New gak ngerti.

"Soal pernikahan, what do you think?"

"Hm?" Jawab New kaget karena tiba-tiba Tay bahas soal ini. "Bentar... Kak Tay gak lagi ngajakin aku nikah kan?" tanyanya memastikan.

Tay terkekeh sama pertanyaan New dan gelengin kepalanya, "saat ini belum sih, target saya menikah juga di umur 30'an."

"Saya cuman penasaran sama pendapat kamu. Seperti yang kamu tau, setiap hubungan pasti berakhir ke pernikahan, ya walaupun gak semua sih." sambung Tay.

"Well, kalau ditanya tiba-tiba kaya gini- jujur aku dari dulu sama sekali gak ada pemikiran ke sana. Bahkan sampai saat ini aku gak bisa bayangin diri aku sebagai seorang suami. Kak Tay tau sendiri kan sejarah hidup aku sebelum ketemu kakak, cuman main-main aja."

"Aku sangat menghormati orang-orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai pernikahan. Tapi aku pribadi gak terlalu mikirin hal itu."

"Gak tau untuk kedepannya ya. Tapi buat aku yang sekarang, pernikahan itu cuman sebuah status. Selama sepasang kekasih itu paham sama perasaan pasangan masing-masing, aku merasa itu lebih dari cukup."

"Contohnya hubungan kita sekarang ini. Aku percaya sama perasaan kak Tay ke aku. Aku bahkan ngerasa kita kaya pasangan yang udah menikah. Kita udah ngelakuin hal-hal yang semua pasangan menikah lakuin. Malah kita jauh lebih mesra dibandingin pasangan menikah di luar sana."

"Makanya aku tanya ke kakak, apa pertanyaan ini buat tanda kak Tay mau melangkah ke jenjang itu atau cuman sekedar tanya."

Lagi-lagi Tay gelengin kepalanya sebelum jawab, "buat saat ini saya juga belum ada keinginan untuk menikah. Tapi kalau ditanya suatu saat? Iya, itu salah satu goals hidup saya."

"Gak ada salahnya kan kita having discussion soal masa depan, diskusi kaya gini juga sesuatu yang penting buat sepasang kekasih." jawabnya jujur.

Niat awal mereka untuk habisin malam minggu dengan Netflix and chill berubah jadi diskusi serius di tengah malam. Tempat duduk mereka juga belum berpindah, masih di sofa ruang tamu.

"Iya sih bener.. kalau gitu sekarang gantian aku tanya. Kak Tay melihat pernikahan itu seperti apa?"

"Pernikahan ya.. memang buat beberapa orang di zaman modern kaya gini dianggap sesuatu yang kuno. Hakikat pernikahan juga terkesan mulai hilang. Gak semua, tapi saya beberapa kali nemuin pasangan yang menikah karena cuman ingin atau karena terpaksa."

"Tapi untuk saya pribadi, pernikahan adalah hal yang sakral. Itu suatu bentuk pembuktian atas keseriusan saya kepada pasangan saya."

"Pembuktian?"

"Iya, bukti kalau saya siap melewati semua hal yang menerpa bersama pasangan saya."

"Siap dalam artian sebenarnya loh ya. Bersedia terus bersama pasangan saya sampai maut yang memisahkan. Selalu disisi dia saat sehat, sakit, susah, senang- pokoknya di setiap waktu."

New memandang Tay dengan penuh haru. Gak tau udah berapa kali aja dia dibuat terharu oleh pria itu. "Siapapun yang dapetin kak Tay sebagai pasangan hidupnya, orang itu adalah orang yang paling beruntung."

Memang benar kalau Tay dan New udah saling berjanji untuk memperjuangkan hubungan diantara mereka supaya gak putus. Tapi kalau boleh jujur, sekarang ini New gak bisa janjiin apapun soal masa depan ke Tay. Karena New cuman manusia, dia gak tau apa yang bakal terjadi di masa depan.

Blank Space 2nd EditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang