Chapter VII (pt. 3)

196 12 15
                                    

Peringatan | musim dingin

08:00 AM

Irene keluar dari pintu kamar menuju bathroom dengan langkah gontai. Seulgi yang sibuk mempersiapkan sarapan menghentikan aktivitasnya mencoba memerhatikan serta menuntun sahabat yang kini sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Unnie.. kau terlihat pucat, kepalamu masih sakit??" tatap Seulgi khawatir.

"Sedikit.." seraknya.

"Aku sudah membuatkan mu sup rumput laut.. kutunggu ya dimeja makan" menghiraukan Seulgi, Irene menutup daun pintu.

Luas kamar mandi yang cukup untuk menampung sebuah bathtub dan keperluan lainnya mengisi kekosongan ruang. Pengaplikasian interior gaya natural itu akan membuat siapapun nyaman jika berlama-lama berada didalamnya. Irene menyalakan mode relax pada ruangan dan memijit tombol pengisian bak mandi dengan air hangat.

Sakit kepalanya hanya menghilang sesaat, sedikit bengkak dimata berkurang sisa terjaga malam. Ia hanya sanggup terlelap untuk beberapa jam. Ajaibnya setelah kejadian itu, tubuh Irene mengalami respon negatif mulai dari denyutan kepala yang intens, hingga sensasi perut mengencang yang sering terjadi - jelas membuatnya tak nyaman.

Pernyataan-pernyataan yang Taehyung layangkan semalam terngiang-ngiang dan sangat menyiksa batinnya. Ia tahu jika keadaan ini dibiarkan pasti akan berdampak buruk bagi si bayi. Tapi sekalipun berusaha keras untuk tidak memperdulikan, tetap saja terpikirkan.

Persetan memang dengan semua yang Taehyung katakan. Membalik keadaan seakan dia yang paling berhak untuk dikasihani. Wanita ini pasti berpikir keras, sebenarnya hal apa yang mendasari Kim Taehyung tiba-tiba berubah dan tega melakukan semua itu? Inikah sisi lain dirinya yang tidak pernah Irene ketahui?

Atensi Irene memusat pada cincin yang tersemat dijarinya,

Semua yang kau katakan..

Kau ingin membunuhku secara perlahan??

Wanita itu melepas dan melemparkan cincin itu kesembarang arah.

Aku bersumpah, tidak akan pernah kembali atau berusaha keras untuk mempertahankan hubungan ini lagi bersama mu. Kau boleh memaki dan menyakiti perasaanku, namun yang tidak bisa ku terima adalah, kau enggan mengakui darah dagingmu sendiri Taehyung-ah!! Kau tidak pernah sungguh-sungguh dan berniat untuk bertanggungjawab pada apa yang seharusnya kau lakukan sebagai seorang ayah. Begitu mudahnya meminta untuk membuang bayiku ke panti asuhan setelah apa yang kulewati dan korbankan selama ini!! Ayah macam apa kau teg-

"..Bahkan kau sendiri berniat untuk menggugurkan nya berulang kali. Semudah itukah bagi seorang ibu melakukannya?? Jika kau saja se-tidak peduli itu pada bayimu, bagaimana bisa.."

Impresi dari kata-kata Taehyung tersebut menghentikan nafsu terpendam yang belum jua terselesaikan. Menampar sekaligus membuatnya berintrospeksi atas kesalahan dimasa lalu. Apakah ini karma karena dulu Irene lah yang sempat menyia-nyiakan kehadiran bayi Kubis diantara mereka? Namun justru kini yang terjadi malah sebaliknya.

Joohyun tertunduk menatap perut besar itu, lagi-lagi air matanya tak bisa dihentikan.

Maafkan Ibu nak..

Maafkan juga kau harus mendengar kata-kata tidak baik karena pertengkaran Ayah dan Ibu..

Desak hati bercampur amarah kian menyelimuti pagi hari yang dingin ini, Irene mengeratkan genggaman tangan pada dinding bathtub kuat-kuat.

Kau dan segala keegoisan mu, kau dengan segala payahmu.. Selamanya kau tidak akan pernah berubah karena dirimu sendiri yang enggan keluar dari semua itu Kim Taehyung!! Lebih baik anakku tidak pernah mempunyai seorang ayah daripada ia harus tumbuh dengan seorang laki-laki brengsek tak bertanggung jawab seperti dirimu!!

ANNYEONG: BEST MISTAKES [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang