Chapter VIII (pt. 3)

142 15 17
                                    

Annyeong, Goodbye | musim dingin

Detik demi detik berlalu, tubuhnya kian bermandikan peluh. Ia berhasil menuju proses persalinan tahap ketiga, saat-saat menegangkan yang begitu mereka tunggu. Tak lama lagi dirinya akan bertemu dengan sosok yang telah menguatkan dan menemani hari-hari luar biasa dalam hidup selama 36 minggu kebelakang.

"Eommonim, eommonim?! Kau bisa dengar aku??" memastikan Irene tak kepayahan.

"A-aku lelah dokter.." tersedu frustrasi.

"Hyun-ah, lihat eomma! Kau mampu! Kau bisa!!" seru Jihye menguatkan.

"Hana.. Dul.."

"PUSH!!!"

"Emmmhh!!!"

"Oo-kay guwd! Lagi, coba lagi! Bersama kita lakukan lagi!!" 

Tuhan.. Aku sudah tidak sanggup lagi..

Irene menggeleng, energinya telah banyak terkuras hingga saat ini. Sebagai dokter Wendy berupaya memompa kembali semangat, ketika melihatnya mencoba menyerah.

GRAP

"Eonni, kau bisa! Kau sudah sejauh ini, kepala bayimu hampir menyembul keluar, kau bisa memeluk Kubis mu setelah ini! Kau bisa melihat wajahnya dengan jelas arrachi?!" binar Wendy yang diantara musti profesional tapi juga ikut haru.

Refleks Wendy menggenggam tangan membuat animo Irene sejenak tersita,

Wendy-ssi.. Mungkinkah sanggup aku melewatinya?

Seperti punya indera pembaca pikiran, angguk dan senyum dibalik masker medis yang entah dapat diartikan sebagai kebahagiaan atau kesedihan.

Berselang satu menit, Irene mulai merasakan kontraksinya lagi.

"Hana.. Dul.."

"ENGHHHH!!!"

Dengan tiga kali dorongan bayi itu keluar dari jalannya. Gengaman pada tangan pada Jihye tak lagi mengerat, Bae Joohyun telah berhasil melahirkan bayi itu detik ini juga.

 Gengaman pada tangan pada Jihye tak lagi mengerat, Bae Joohyun telah berhasil melahirkan bayi itu detik ini juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata benar apa yang Ibu seluruh dunia katakan. Hasil jerih payah bertaruh nyawa, rasa sakit, perjuangan. Seluruhnya terbayar saat pertama kali melihat rupa, apalagi diiringi suara tangis yang memecah seisi ruangan.

Dalam keadaan lelah Irene mengamati gerak lihai tangan mereka, asisten Dr. Son-perawat yang sedang membersihkan bayi Kubis. Ia sangat senang barang menatap sepasang telapak kaki mungil disana.

Kubis kecil..

Irene bersyukur sekilas tidak ada yang kurang saat Wendy mengangkatnya, bayi yang sempurna. Lega campur bahagia begitu nyata karena benar sanggup ia melalui pergumulan hebat yang tidak semua orang bisa. Ibu muda ini amat bersukacita. Akan tetapi, semua perasaan itu hanya berlangsung sementara. Kala menyadari tak terdengar sedikitpun suara tangis berasal dari buah hatinya. *deeh.. potek potek

ANNYEONG: BEST MISTAKES [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang