2 minggu sudah Nathan terbaring lemah di atas brangkar, sampai sekarang pun Nathan belum membuka matanya. Sekarang juga Mauren & Vanya harus kembali ke jakarta.
Ya, Mauren selalu mengajak Vanya untuk ke jakarta, karna Mauren tau kalo Vanya sering di banding-bandingkan oleh Anton.
"Vanya yuk kita berangkat" ucap Mauren dengan nada yg halus.
"Ma aku boleh liat Kak Nathan dulu nggak?" tanya Vanya pada Mauren.
"Boleh, tapi jangan lama ya, mama nunggu di luar" jawab Mauren sambil mengelus puncak kepala anaknya.
Vanya pun mendekati Nathan, lalu menatapnya lekat. Vanya berpikir, mungkin saat dia di jakarta nanti. Ia akan merindukan sosok Nathan, yg selalu ada di sisinya.
"Kak aku ke jakarta dulu ya, kalo udh sadar telfon aku" ucap Vanya sambil tersenyum miris.
Vanya pun keluar ruangan lalu menyalimi punggung tangan Debora dan Anton, Debora terus memperhatikan punggung Vanya dan Mauren yg perlahan menghilang dari penglihatannya.
- di mobil
"Mami nggak lama kan di jakarta?" Ucap Vanya.
Mauren terdiam senjenak, sebenarnya ia di jakarta selama 5 bulan. Lagi-lagi karna pekerjaannya.
"Mami di jakarta 5 bulan Nya" jawab Mauren sendu, karna Mauren tau Vanya pasti akan sedih.
Mendengar hal itu, Vanya hanya mengangguk. Selama itu kah? Pekerjaan maminya, padahal ia sudah berjanji sama Debora, bahwa akhir bulan mereka akan berjalan-jalan.
Tapi hasilnya nihil, malahan Vanya yg lebih lama di jakarta. Ia sudah memohon kepada Mauren untuk tetap tinggal di bandung, tapi Mauren menganggap ucapan Vanya seperti angin lewat saja.
"Ma, kan nanti Vanya harus sekolah" bujuk Vanya sekali lagi, karna ia berfikir. Dengan cara ini Mauren mengabulkan permintaannya.
"Kamu sudah mami daftarkan di SMA, di jakarta" ucap Mauren lalu kembali terdiam.
Vanya yg mendengar hal itu langsung membulat kan mata, ia tidak ingin bersekolah di jakarta. Toh akhirnya dia akan kembali ke bandung, tapi Vanya tidak bisa membantah ucapan Mauren.
Sekali Vanya membantah, tak segan-segan bagi Mauren mengadukkan hal itu kepada Anton.
- di rumah
"Ma?" Panggil Vanya untuk membujuk Mauren kembali.
"Nggak ada kata bantahan Vanya" jawab Mauren penuh penekanan.
Yg bisa Vanya lakukan sekarang, hanyalah pasrah, pasrah dan pasrah.
Dengan kesal Vanya berlari menuju kamarnya yg ada di lantai dua, Vanya pun langsung menjatuhkan tubuhnya, di kasur. Ia lelah di kekang, Vanya ingin merasakan kebebasan sedikit.
Tapi itu tidak mungkin, karna kaka nya pun di jaga ketat. Oleh orang suruhan Anton, kecuali Nathan. Karna menurut Anton, Nathan sudah bisa menjaga dirinya sendiri. Toh dia juga laki-laki.
Hening.....
Vanya pun mengambil salah satu foto yg ada di tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANYA [COMPLETED]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] hidup dengan kekayaan tidak membuat Vanya bahagia, ia rela di tuntut bahkan sering masuk berita karna kesalahan kecil. ayahnya pun sudah tak perduli lagi dengannya, akibat kejadian empat tahun lalu membuat Vanya di anggap ta...