"Shit!" Umpat Nathan.
Malam ini salah satu anggota Outlaws sudah terbaring dengan tenang di barnkar rumah sakit, Nathan yg mengetahui itu pun emosi nya langsung menggebu. Pundak nya naik turun, matanya yg tajam sudah memerah.
Saat ini Nathan sedang berada di markas, satu jam sudah Nathan menyusun strategi untuk menyerang. Salah satu saksi bilang bahwa yg menyerang mereka adalah, Brigez.
Dengan cepat seluruh anggota Nathan gerakan, mereka sekarang sedang berada di jalan. Membelah ibu kota jakarta, yg lumayan padat.
Saat sampai mereka turun dari motor masing-masing, lalu mendobrak pintu yg terbuat dari kayu.
"BANGSAT! KELUAR LO!" teriak Nathan.
"Ada apaan nih??" Tanya Bara.
"Mana ketua pengecut lo?! Keluar sekarang anjing!" Decak Nathan.
"Ada apa?" Tanya Nando.
"Bilangin ke anggota lo! Kalo mau nyerang pake taktik" ujar Nathan.
Nando hanya menaikkan satu alisnya, dengan darah yg sudah mendidih Nathan memukul rahang Nando. Melihat ketua mereka yg sudah hilang kendali, Alex maju lalu menahan Nathan.
Nathan menghapus sisa keringat nya, lalu dia pergi dari markas Brigez. Sungguh ia tak akan pernah menginjakan kaki di markas menjijikan ini lagi, ini hanya terakhir kali.
Nathan berjalan menuju motornya, lalu memakai helm full face di ikuti yg lain.
***
Malam ini Vanya sedang berada di bawah, ia sedang menikmati masakan bi Rone. Bersama Debora, Anton dan Mauren. Keheningan sekarang menyelimuti mereka. Vanya dan Debora sedang menikmati makanan masing-masing, semua serasa bungkam.
"Ma mau nasi lagi dong" minta Debora.
"Nasi aja?" Tanya Mauren.
"Ya nggak lah, sama ikan kalo bisa" ujar Debora sambil terkekeh.
"Oh iya gimana kalian di sekolah?" Tanya Mauren.
"Baik-baik aja kok mi" jawab Vanya.
"Bwener bwanget" ucap Debora sambil mengunyah.
"Eh itu makanan di habisin dulu" suruh Mauren.
Ting...tong...
Bel rumah mereka berbunyi, Vanya mencuci tangannya lalu pergi membuka pintu. Pandangan pertama yg ia lihat adalah orang yg selama ini menganggu pikirannya, dia Alex Dewangga.
Lelaki yg selama ini menambah luka baru di hidupnya, Vanya hanya menunduk lalu mempersilahkan Alex masuk. Setelah Alex masuk, Vanya langsung berlari kecil ke kamar nya.
Dia hanya ingin menghindar, banyak luka yg belum sembuh. Ia tak mau membawa luka baru dalam hidupnya, apa lagi luka ini cukup berat.
Vanya mengunci pintu kamarnya, lalu mengambil earphone dan berjalan menuju balkon. Balkon adalah tempat yg Vanya buat untuk melepas penat, balkon adalah tempat favorit Vanya.
Vanya pun memutar lagu kesukaan nya, ku kira kau rumah—amigdala.
Kau datang
Tak kala
Sinar senjaku telah redup
KAMU SEDANG MEMBACA
VANYA [COMPLETED]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] hidup dengan kekayaan tidak membuat Vanya bahagia, ia rela di tuntut bahkan sering masuk berita karna kesalahan kecil. ayahnya pun sudah tak perduli lagi dengannya, akibat kejadian empat tahun lalu membuat Vanya di anggap ta...