Pagi ini langit begitu cerah, matahari sudah terbit sejak tadi. Langit seperti menunjukkan bahwa setelah ini ada kabar bahagia.
Sekarang semua anggota keluarga Werenth sedang berada di 'werenth special room for family members' itu tulisan di depan pintu.
Ada yg membahas perusahaan dan ada juga yg membahas keuangan keluarga, alhasil membuat ruangan itu sedikit berisik.
"Kita sudah bisa mulai sekarang?" Ucap lelaki yg sudah berumur itu.
"Silahkan ayah" ujar Gita.
"Hari ini kita akan membahas tentang penerus perusahaan ayah" balas Arkan.
"Untuk di kemudian hari, ayah sudah menentukan penerus perusahaan ini adalah Sagara" putus Arkan.
Ketika itu semua mata tertuju kepada Sagara yg sedang duduk sambil berkutat dengan ponselnya, Sagara seperti tak peduli apa yg di katakan oleh Arkan.
"Sagara dengarkan kakek mu" suruh Gita.
Sagara pun menaruh ponselnya lalu fokus pada Arkan, Sagara kesal. Mengapa ia yg harus terpilih menjadi penerus perusahaan? Memang Nathan tidak bisa?
"Keputusan ini sudah ayah pikirkan matang-matang" ungkap Arkan.
"Sagara tolong di mengerti" ujar Gita.
Sagara hanya mengangguk lalu kembali berkutat dengan ponselnya, hari ini serasa begitu mencekam bagi Sagara.
"Kak Sagara kenapa?" Tanya gadis kecil berambut panjang itu.
"Salsa jangan ganggu kak Sagara dulu ya?" Ujar Vanya sambil menarik Salsa agar duduk di pangkuannya.
"Ayah juga sudah menentukkan calon yg pas untuk Sagara, karna Sagara tak bisa mengendalikan perusahaan sendiri tanpa bantuan orang lain" lanjut Arkan.
Emosi Sagara sudah mendidih, apa apaan ini. Mengapa ia tiba-tiba di jodohkan? Tidak adil, Sagara masih ingin menikmati masa mudanya tanpa seorang istri atau pacar.
"Sagara tidak bisa, Sagara masih ingin menikmati masa muda Sagara" kesal Sagara.
"Keputusan ini sudah bulat, tidak boleh di bantah" jawab Arkan
"Sagara ini demi kebaikan keluarga kita" tegas Rey--ayah Sagara.
Tak tunggu lama, Sagara pun langsung keluar dari ruangan yg mencekam itu. Semua orang memaksa Sagara akan menikah, padahal mereka tak tau apa yg Sagara mau.
***
Sore ini langit begitu indah, matahari terbenam di barat. Langit orange menyelimuti sebagian bumi.
Sepercik cahaya masuk ke dalam kamar seorang gadis yg masih terlelap di mimpinya, gadis itu terlihat sangat damai ketika tidur. Seolah mimpi buruk baru saja ia lewati.
Sekarang sudah pukul 17:30 dimana Mauren sudah berjaga disana, sampai sekarang dokter hanya bilang bahwa 'Secepatnya Vanya akan sadar'
Menit selanjutnya, jari Vanya bergerak. Ia menyesuaikan matanya dengan cahaya yg ada di ruangan, ruangan putih dengan bau obat menyengat sudah memasuki indra menciuman Vanya.
"Ma?" Bingung Vanya.
"Vanya?" Haru Mauren sambil mengeluarkan air mata.
"Vanya kenapa ma?" Tanya Vanya.
"Kamu koma sayang, mami sudah lama menunggu kamu bangun, dan hari ini kamu bangun nak" ujar Mauren sambil mencium puncak kepala sang anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANYA [COMPLETED]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] hidup dengan kekayaan tidak membuat Vanya bahagia, ia rela di tuntut bahkan sering masuk berita karna kesalahan kecil. ayahnya pun sudah tak perduli lagi dengannya, akibat kejadian empat tahun lalu membuat Vanya di anggap ta...