"Silahkan masuk" ucap bu Fatma.
Dua orang yg tak asing bagi Vanya pun masuk, seketika kelas yg tadinya sepi. Sekarang menjadi ramai seperti kuburan eh maksudnya pasar, karna kegantengan seorang Aldevaro Danendra & kecantikan seorang Debora Amoura Werenth.
"Halo, nama gw Aldevaro Danendra panggil aja gw Aldi" ucap Aldi mengenalkan diri.
"Kalo gw Debora Amoura Werenth panggil aja gw Debora" ucap Debora mengenalkan diri.
"Kalian boleh duduk di belakang bangku Vanya dan Agatha" suruh bu Fatma.
Mereka pun mengangguk lalu berjalan menuju meja mereka, tak henti tatapan semua siswa tertuju kepada mereka berdua.
***
Bel istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit yg lalu.
"Vanya buruan ege! Gw laperr" hardik Bianca dari ambang pintu.
"Sabar napa bi, orang sabar di sayang Alaska" ucap Vanya.
"Iya juga sih, heh lo jgn bawa-bawa Alaska"
"Yukk Ra" ajak Vanya kepada Debora.
Mereka bertiga pun berjalan ke kantin, oh iya Agatha sama Helena udah duluan. Emng mereka nggak setia kawan.
"Nya Alaska siapa?" Tanya Debora.
Vanya pun hanya diam sambil menelan salivanya kasar, tidak. Debora tidak boleh tau tentang seluk beluk ada Brigez.
"Jodohh gw" jawab Bianca.
"Halu lo ketinggian" hardik Vanya sambil menyenggol bahu Bianca.
Akhirnya mereka sampai di kantin.
"Vanya! Vanya!" Panggil Helena heboh.
Vanya hanya menaikkan satu alisnya.
"Tadi lo di cariin" ucap Helena.
"Sama?" Tanya Vanya.
"Bu Hamzah" jawab Helena.
"Yaudah Ra lo tunggu disini aja, gw nggak lama kok" ucap Vanya lalu pergi.
Saat Vanya sedang melintasi lorong, ia melihat anak Brigez yg sedang berkumpul. Rasa penasaran pun menghantui pikiran Vanya.
"Nan, mendingan lo balas dendam sama adek nya aja" ucap salah satu anggota di sana.
"Gw nggak bisa main seenaknya" jawab Nando.
"Ahh nggak seru lo Nan" ujar Bara.
"Lagian adek-adeknya juga pada cakep-cakep" ucap salah seorang anggota disana.
Dan yg sedari tadi Vanya tidak ketahui, di belakang Vanya ada botol kosong. Ya, sial Vanya menginjak botol tersebut.
"M-a-m-p-u-s" eja Vanya.
Semua mata pun langsung menengok, dengan tenaga yg Vanya punya. Dia lari sebisa mungkin, walau entah dia akan ketemu atau tidak. Vanya melihat dari kejauhan bahwa ada beberapa anggota yg sedang mencari keberadaannya.
Deg!
Vanya merasa ada yg menepuk pundaknya, dia hanya menarik nafas lalu buang dengan pelan. 'Goodbye world' satu kata itu sudah ada di otak Vanya, ya. Saat Vanya berbalik disana ada Debora, entah sejak kapan Debora ada di sana. Debora pun menutup mulut Vanya lalu membawa Vanya pergi, tak ada yg saling membuka suara. Sampai akhirnya mereka sampai di toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANYA [COMPLETED]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] hidup dengan kekayaan tidak membuat Vanya bahagia, ia rela di tuntut bahkan sering masuk berita karna kesalahan kecil. ayahnya pun sudah tak perduli lagi dengannya, akibat kejadian empat tahun lalu membuat Vanya di anggap ta...