Kini Vanya tengah berad di rumah besar milik diri nya dulu, ia kesini karna di panggil oleh Arkan. Ya, tadi malam Arkan mengabari Vanya agar datang ke acara keluarga.
Vanya kini sudah sampai tinggal menunggu seseorang untuk membuka pintu, tak lama seorang lelaki dengan wajah tegas membuka pintu. Vanya dapat melihat tubuh tegap seorang lelaki di depan nya ini membuat semua terngiang kembali.
Dari cara ia berbicara, dari cara ia memperlakukan Vanya. Dari cara ia melukai hati Vanya, luka itu masih membekas di lubuk hati nya. Bahkan sampai sekarang tak ada kata 'menyesal' dari mulut seorang Anton Werenth. Vanya hanya diam seribu bahasa sama seperti manusia di depannya.
Hanya memerhatikan setiap inci yg ada di tubuh Vanya, lalu masuk tanpa pamit. Disaat itu juga seorang perempuan berparas cantik keluar, siapa lagi kalau bukan Mauren Alantania Grissham.
Dia tersenyum, lalu membawa Vanya ke dalam pelukannya. Pelukan hangat yg sangat Vanya rindukan, sudah lama ia tak mendengar suara bahkan kabar dari ibunya sendiri. Saat itu Vanya butuh waktu untuk menenangkan fikiran, dan berusaha menjauh dari keluarga.
"Vanya? Mami kangen sama kamu, kamu nggak kangen sama mami? Vanya kamu kemana aja? Mami cari kamu setiap hari" Tanya Mauren bertubi-tubi dengan air mata bahagia yg sudah meluncur di pipinya.
"Vanya nggak ke mana-mana ma, kemarin Vanya hanya menenangkan fikiran. Maaf selalu buat mami kepikiran" Jawab Vanya sambil membalas pelukan ibundanya.
"Vanya! Gw kangen! Kemana aja? Kemana aja? Apa kabar?" Tanya seorang gadis dengan rambut sebahu. Dia adalah kaka kandung Vanya, Debora Amoura Werenth.
Vanya tersenyum, lalu membawa Debora ke dalam pelukannya. Disana ia dapat merasakan bahwa Debora tengah menangis, apa Vanya mengambil keputusan yg salah? Bahkan sampai membuat orang lain terluka?
Apa Vanya melakukan kesalahan? Disaat Vanya memasuki kediaman Arkan, semua orang tersenyum. Terkecuali Anton, Vanya menghampiri Arkan dan Gina —kakek dan nenek Vanya— disana terdapat raut bahagia yg tercetak jelas di wajah kedua orang tersebut.
Vanya memeluk Gina dengan sangat erat, Gina sendiri tau bahwa hubungan antara cucu dan anaknya sangat renggang. Bahkan sering kali Vanya datang padanya, hanya sekedar curhat tentang kehidupannya.
Seketika ruangan itu penuh haru, tak lama satu keluarga datang. Vanya sudah merasa familiar dengan keluarga itu, dan benar itu adalah keluarga dari kaka iparnya. Siapa lagi kalau bukan keluarga Dirgantara.
Disana Rachel berlari menuju Vanya lalu memeluk dengan sangat erat, Vanya menangis lalu membalas pelukan Rachel. Tanpa sadar Anton membuat lengkungan tipis, sangat tipis sampai tak bisa orang lain lihat.
"Sudah bisa kita mulai acaranya? Sudah cukup untuk melepas rindu?" Tanya Arkan yg di angguki oleh semua orang. Arkan mengangguk lalu memulai acara makan bersama.
***
Kini Vanya tengah berada di kamar yg ia tempati dulu, dengan sebuah paksaan dari Mauren dan Gita. Vanya menginap di rumah lamanya, kamarnya masih sama. Rapih seperti saat Vanya tinggal, untuk beberapa bulan lamanya.
Dia tersenyum lalu mengambil bingkai foto yg ada di laci kamarnya, disana terlihat ada enam orang dengan tawa bahagia. Empat orang anak kecil dan kedua orang tua sebagai pelengkap.
Terlihat disana seorang Lionel tengah tersenyum sumringah sambil membawa Nando dalam gendongannya, dan di belakang Lionel ada Anton dan Mauren. Anton yg membawa dirinya salam gendongan dan Debora yg ada di pelukan Mauren.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANYA [COMPLETED]
Ficção Adolescente[Follow sebelum membaca] hidup dengan kekayaan tidak membuat Vanya bahagia, ia rela di tuntut bahkan sering masuk berita karna kesalahan kecil. ayahnya pun sudah tak perduli lagi dengannya, akibat kejadian empat tahun lalu membuat Vanya di anggap ta...