Pagi ini Vanya akan pergi ke rumah Nersy, sahabat SMP nya dulu. Ya, sebelum Vanya pulang ke bandung. Ia sempat sekolah di SMP jakarta dan bertemu Nersy Joaqueen Reygan.
Nersy adalah gadis cerewet, suaranya seperti toa masjid. Tak di pungkiri Vanya bisa bertemu dengan Nersy, yg sikapnya berbanding terbalik.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 25 menit, Vanya pun sampai di depan rumah besar dengan cat berwana cream. Vanya pun langsung mengetuk pintu tersebut.
Di depan rumah itu, banyak sekali motor. Vanya tak tau ada apa? Mungkin Nersy punya kaka lalu, teman-teman kakanya sedang berkunjung ke rumah Nersy.
"VANYA!!!" Teriak Nersy membuat telinga Vanya hampir pecah.
"Nersyy" pekik Vanya lalu memeluk Nersy.
"Masuk yukk" aja Nersy.
"Hmm Ner, kok banyak motor?" Tanya Vanya.
"Ohh biasa ada temen kaka gw" jawab Nersy santai.
Vanya hanya ber 'oh' ria, dengan santai ia masuk ke dalam rumah tersebut. Pemandangan pertama yg ia lihat adalah 6 orang lelaki yg sibuk bermain PC.
Semua mata memperlihatkan kebencian yg amat dalam pada Vanya, tidak. Vanya masih bisa menghubungi Sagara atau Nathan.
Vanya harus tahan semua tatapan ini, Vanya menutup matanya lalu mengehla nafasnya.
"Vanya kenalin itu kaka gw, namanya Sebastian" ujar Nersy.
Sial! Kenapa Vanya di suruh berkenalan, sebentar lagi pasti akan ada masalah besar.
"Vanya" ucap Vanya tersenyum paksa.
Sungguh ia muak, melihat muka Nando. Sirat mata kebencian membalas tatapan Nando, dia yg sudah bikin kakanya hampir sekarat.
'Tapi sekarang masih bisa ketawa-ketiwi, dasar cowo nggak punya hati' gumam Vanya.
Ia pun langsung melanjutkan langkahnya ke kamar Nersy, sungguh ia tak tahan melihat ke-6 orang tersebut.
Muak? Pasti, Vanya merasa ia ingin muntah di depan muka mereka masing-masing.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 19:25 Vanya sudah cukup lama menghabiskan waktu bersama Nersy, dari jam 2 siang sampai jam 7 malam.
"Ner, gw pulang ya?" Izin Vanya.
"Ohh yaudah, btw lo pulang sama siapa?" Tanya Nersy.
"Pak Sayif kayanya" jawab Vanya.
"Kasian supir lo, mendingan sama kaka gw" ujar Nersy.
Tidak, itu tidak mungkin terjadi. Lihat mukanya saja sudah muak, apalagi di bonceng oleh cowo sialan itu.
"Nggak usah Ner, gw bisa pulang sendiri" ujar Vanya lalu turun dari ranjang Nersy.
Nersy hanya mengangguk lalu mengantarkan Vanya sampai depan gerbang.
"Makasih ya Ner, moga-moga gw bisa main lagi" ujar Vanya berterima kasih.
"Okee sama-sama" jawab Nersy.
"Gw duluan ya" pamit Vanya sambil melambaikan tangan.
"Hati-hati Nya" ujar Nersy lalu masuk ke dalam rumah nya.
Sebenarnya Vanya blm mengabari pak Sayif, karna ia ingin pulang sendiri. Sekarang Vanya sedang ada di halte, menunggu angkutan umum.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANYA [COMPLETED]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] hidup dengan kekayaan tidak membuat Vanya bahagia, ia rela di tuntut bahkan sering masuk berita karna kesalahan kecil. ayahnya pun sudah tak perduli lagi dengannya, akibat kejadian empat tahun lalu membuat Vanya di anggap ta...