Siang ini Vanya sedang berada di koridor, dia tengah berjalan untuk ke kantin. Dengan langkah santai ia pun tak sengaja menabrak salah satu adik kelasnya, dengan segera Vanya membantu mengambil buku milik adik kelasnya yg terjatuh.
"Maaf ya" ujar Vanya.
Gadis di depan itu tersenyum, lalu mengangguk. Dia sangat baik, tidak seperti yg lain mungkin? Karna banyak adik kelas Vanya yg suka sekali menggosip hal-hal yg tidak benar, menurut Vanya gadis di depannya ini jauh dari kata jahat.
"Nama kamu siapa?" Tanya Vanya.
"Crishty" jawab Cristhy.
"Aku Vanya" lanjut Vanya.
"Mau kemana?" Tanya Vanya lagi.
"Ke kelas, duluan kak" pamit Crishty.
Vanya mengangguk lalu meneruskan langkah nya, sampai ada yg sengaja menginjak kaki Vanya. Vanya mendongak ternyata itu Samira, kaka kelas yg gila hormat.
Vanya menghela nafas, ia tak mau bertengkar sekarang. Vanya sudah sangat lelah menghadapi sifat kaka kelas nya ini, kaka kelas yg nggak ada bagus-bagus nya.
Vanya terus berjalan, tapi tangannya di tarik oleh Samira. Saat ini Vanya masih bisa sabar, tapi tidak tau nanti.
"Heh! Enak banget lo main pergi-pergi aja!" Teriak Samira.
"Sorry gw nggak mau cari ribut" ujar Vabya santai.
"Heh! Gw lagi ngomong!" Bentak Samira.
"Lo harus hormatin gw sebagai kaka kelas, adek kelas aja bangga" lanjut Samira.
"Lo? Di hormatin? Emng pantes?" Tanya Vanya.
Dengan cekatan, Samira pun menarik rambut panjang Vanya. Tapi Vanya tak membalas, ini juga tidak sakit.
Samira pun menyeret Vanya ke lapangan, lalu menampar pipi mulus milik Vanya. Tapi Vanya tak membalas, tidak ada di kamusnya. Membalas orang yg tidak normal, seperti orang di depannya ini.
Lagi-lagi Samira mendorong Vanya, lalu menarik rambut Vanya. Vanya hanya meringis pelan, tapi dapat di dengar oleh Samira.
Karna pipinya lumayan panas, tapi hanya sebentar. Sampai puncak nya, Samira mendorong Vanya sampai punggung Vanya terbentur tiang bendera. Tapi Vanya masih bertahan, walaupun banyak luka di tubuhnya.
Samira melangkah maju mendekati Vanya, menarik rambut Vanya. Samira memaksa Vanya untuk berdiri, lalu menendang perut Vanya.
"Puas lo?" Tanya Samira sambil tersenyum kemenangan.
"SAMIRA! BERHENTI LO BANGSAT!" teriak seorang lelaki dari lorong.
Samira menoleh, alangkah kaget nya dia. Itu Nando, ketua geng motor. Vanya bisa habis di tangan dia sekarang, keringat sudsh bercucuran di kening Samira.
Samira mundur ia takut, diikuti kedua anak buahnya. Sebenarnya ia belum puas, ia ingin membuat Vanya lebih luka parah kalau bisa mengunci Vanya di toilet, tapi niat itu Samira urungkan karna melihat Nando.
***
Saat ini Nando dan teman-temannya sedang di meja Bianca, Helena, Agatha, Alia dan Dabora. Tadi Agatha sendiri yg mengajak mereka untuk makan bersama, mereka semua pun mengiyakan.
Vanya tadi izin ke kamar mandi sebentar, tapi sampai sekarang dia belum kembali. Debora sudah khawatir, ia takut Vanya kenapa-napa.
"WOI! VANYA ANAK KELAS SEBELAS LAGI DI PUKULIN SAMIRA DI LAPANGAN!" teriak seorang siswa yg ada di ambang pintu kantin.
Pengakuan itu membuat mereka semua membulatkan mata, Samira terkenal kejam. Dengan segera Debora berlari menuju lapangan, saat sampai Debora menutup mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANYA [COMPLETED]
Teen Fiction[Follow sebelum membaca] hidup dengan kekayaan tidak membuat Vanya bahagia, ia rela di tuntut bahkan sering masuk berita karna kesalahan kecil. ayahnya pun sudah tak perduli lagi dengannya, akibat kejadian empat tahun lalu membuat Vanya di anggap ta...