34. KEMBALI

102 4 0
                                    

Pagi ini Vanya sedang menelusuri lorong sekolah SMA Cempaka, terhitung sudah Vanya satu bulan di sekolah itu. Dan selama itu pula Vanya mengenal Akbar, Gio dan Dino.

Saat sampai di depan pintu kelas, Vanya langsung masuk lalu duduk di meja miliknya dan milik Lala. Setelah beberapa menit ketiga curut itu sudah sampai, menghasilkan suara berisik di kelas.

"Eh Vanya! Pagi banget lo berangkat nya!" Seru Akbar.

"Eh gw juga biasanya berangkat jam segini, Lo aja yg nggak liat" Kesal Vanya.

Memang Vanya selalu berangkat pagi dari pada teman-teman laknatnya, tapi kadang dia suka telat karna bangun kesiangan atau ojol miliknya nyasar ke rumah warga terlebih dahulu.

"Hallo pagi pagi!!!! Capella Dewangga datang!!!" Teriak Lala dari ambang pintu.

"Crocola brisik njirr!!" Kesal Gio.

"Bomat" Balas Lala.

"Molin mana?" Tanya Vanya.

"Dia tadi ke UKS dulu" Jawab Lala.

"Lah Molin kenapa?" Tanya Dino, mereka bertiga sedari tadi sudah mengerubungj tempat Lala dan Vanya.

"Dateng tamu bulanan" Jawab Lala.

"Wah bisa di amuk singa gw!" Teriak Akbar.

Kring... Kring...

"Selamat pagi anak-anak" Sapa bu Ellen.

"Pagi... " Balas murid-murid.

"Hari ini kalian kedatangan dua murid baru, silahkan masuk" Suruh bu Ellen.

"Hai nama gw Aluna Maheswara, panggil aja gw Luna" Ucap Aluna.

"Gw Khatulistiwa Pratama panggil aja gw Khatu" Lanjut Khatulistiwa.

"Bu maap saya telat, hehe" Ujar Molin.

"Duduk kalian" Suruh bu Ellen.

***
B

el istirahat sudah berbunyi, kedelapan anak muda tengah berjalan menuju kantin. Siapa lagi kalau bukan Akbar, Gio, Dino, Khatulistiwa, Aluna, Vanya, Molin dan Lala.

Setelah menempuh perjalanan yg cukup jauh, menurut Lala. Karna gadis itu tak pernah bisa menahan lapar, apa lagi tadi bu Ellen memberi banyak tugas dan cenderung lebih banyak berbicara.

"Mau pesen apa kalia?" Tanya Lala.

"Bakso pak Jenggot aja semua" Jawab Akbar.

Lala mengangguk lalu mengajak Molin untuk membantu membawa bakso pak Jenggot, kini Vanya tengah asik mendengar musik sambil menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan miliknya.

Akbar, Gio dan Dino sudah terbiasa melihat kelakuan satu gadis ini. Hanya mendengarkan musik sambil tidur, atau tidak ia bisa bernyanyi.

Beberapa menit kemudian, Lala dan Molin membawa pesanan mereka. Mereka pun makan tanpa ada yg membuka suara, sampai Aluna memecahkan keheningan.

"Eh nanti mau main di rumah gw nggak? Itung-itung ngenalin kalian sama ayah bunda gw" Celetuk Aluna.

"Yaampun Luna, gw belum jadi apa-apa udh ngenalin ke orang tua lo aja" Ucap Gio.

"Garing lo Gi!" Kesal Molin.

Mereka pun tertawa bersama, mereka memang sereceh ini. Apa lagi Lala, dia kalau ketawa nggak bisa berhenti.

Beda dengan yg lain, Vanya hanya terkekeh. Humornya tak seanjlok itu, walaupun masalah banyak menimpanya. Vanya tetap bersyukur mempunyai teman seperti sahabat-sahabatnya ini, apa lagi mempunyai teman seperti Dino.

VANYA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang