22

31 2 8
                                    

Hari demi hari berlalu, tak terasa sudah satu setengah tahun aku dekat dengan Indri, meskipun keadaan belum berubah. Status hubungan kami memang masih belum jelas. Tapi tak masalah buatku, yang penting bisa selalu dekat dengan Indri.

Selama kurun waktu satu tahun ini banyak yang berubah dari diriku. Aku sudah tidak terlalu sering bolos kuliah, kebiasaan merokok sudah ku kurangi serta kini aku masuk sebuah organisasi yaitu Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis bersama Indri. Kami masuk di divisi yang sama, yaitu Divisi Pengabdian Masyarakat. Indri memang memiliki jiwa sosial yang tinggi, makanya sejak awal dia semangat sekali untuk masuk divisi tersebut. Sementara aku? Kalian sudah bisa menebak. Ya, aku hanya ikut-ikutan Indri agar bisa selalu dekat dengannya.

Menjadi aktivis organisasi ternyata tidak semudah yang kubayangkan. Aku yang tak biasa berfikir dalam tekanan, harus membiasakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan seperti itu. Menyiapkan konsep program kerja, rapat dan diskusi menjadi agenda wajib dalam setiap minggunya. Namun semua itu terasa menyenangkan karena Indri selalu bersamaku.

Oh, iya. Teman-temanku, Ardi, Rendi dan Heru juga kini memiliki kesibukannya masing-masing. Heru yang kini tengah fokus merintis usaha makanan, Ardi yang mulai meninggalkan gamenya dan sibuk mengurus bisnis orang tuanya, sementara Rendi kini menekuni usaha jual beli motor klasik bersama dengan teman SMAnya. Ditambah lagi jadwal kuliah kami di semester ini jauh berbeda. Aku yang kini mengambil semua kelas di pagi hari karena mengikuti jadwal Indri, sementara mereka rata-rata memilih kelas di waktu siang agar tetap bisa fokus pada usahanya. Meskipun begitu, kami tetap sering menyempatkan waktu untuk sekedar ngopi dan nongkrong bersama.

***

Pagi-pagi sekali aku sudah berada di kampus. Hari ini memang divisiku akan melaksanakan program kerja pengabdian masyarakat dengan memberikan penyuluhan kepada kelompok tani di Desa Setiawargi yang letaknya tidak jauh dari kampus. Kurang lebih sekitar tiga puluh menit perjalanan menggunakan sepeda motor. Kami berkumpul di kampus dan berangkat bersama menuju desa. Aku yang mendapat tugas sebagai Ketua Pelaksana kegiatan, memang harus mengecek semua hal yang diperlukan sebelum acara dimulai.

Pada pukul sembilan pagi, kegiatan dimulai. Acara hari ini berjalan lancar. Ya, ini memang pertama kalinya aku mengikuti organisasi dan diberikan amanah sebagai Ketua Pelaksana program. Memang awalnya aku sempat ragu dan merasa tidak mampu mengemban amanah ini, namun Indri selalu menguatkanku. Tentu saja ada kebanggan tersendiri yang aku rasakan. Setelah kegiatan selesai, semua rekan-rekan organisasiku memberikan ucapan selamat.

Setelah selesai membereskan peralatan dan makan bersama, kami berpamitan kepada pihak pemerintah desa. Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam. Aku mengantar Indri menuju tempat kosnya.

"Makasih, ya, In. Berkat bantuan kamu, program kerja tadi berjalan lancar."

"Itu berkat usaha kamu juga, loh, Ta."

"Hhmm, ya sudah, aku pulang dulu, In. Udah malem."

"Eh, sebentar, Ta. Ada sesuatu yang mau aku omongin"

"Sesuatu apa, In?"

"Soal yang dulu, Ta. Eee... Aku udah siap menerima kamu."

"Bener, In? Nggak lagi becanda, kan?"

"Bener, Ta." Indri meyakinkan dengan senyumnya yang khas.

Ahh, semesta. Entah apa yang harus aku lakukan untuk menunjukan betapa bahagianya aku saat ini. Satu setengah tahun menanti kepastian sang senja, dan pada akhirnya, senja yang dinantikan itu berlabuh di cakrawala.

"Ta, kenapa senyum- senyum sendiri?"

"Ahh, nggak, In. Aku bahagia."

"Aku juga, Ta."

"In, aku tidak akan menjanjikan apapun padamu saat ini. Yang pasti, demi kamu dan demi masa depanku nanti, aku akan melakukan yang terbaik, sebisaku. Terimakasih sudah mengizinkanku masuk kedalam duniamu, dan merelakan dirimu masuk ke duniaku. In, duniaku tak terlalu indah, tak juga gemerlap di hiasi kemilau cahaya, bahkan mungkin tidak akan dihinggapi pelangi setiap harinya. Yang pasti, akan ada senja yang datang di penghujung hari, yang mungkin bisa kamu nikmati saat kamu mulai bosan akan hiruk pikuk dunia."

Indri hanya tersenyum, matanya berkaca-kaca. Mulai terlihat air mata menetes dari sudut matanya.

"In, kenapa nangis?"

"Izinkan aku menikmati senja itu bersamamu, Ta. Selalu bersamamu."

Aku memeluknya dengan erat, sungguh tidak ada kenyamanan yang lebih dari saat ini bersama Indri. Rasanya seperti menemukan tujuan dari segala pencarian yang selama ini kulakukan.

Semesta, terimakasih. Aku akan menjaganya untukmu.

DEBARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang