Hujan turun begitu deras sore ini. Sejak tadi pagi memang mentari tidak terlihat batang hidungnya. Menurut perhitungan bulan, sekarang memang sudah masuk musim hujan.
Aku duduk di sebuah kursi yang ada di teras tempat kosku. Secangkir kopi dan sebuah novel bergenre romantis menemani aktivitas nongkrongku, dengan diiringi gemericik suara rintik air yang jatuh menghujani bumi.
Kali ini memang kopiku tidak ditemani pasangannya. Ya, yang kumaksud adalah rokok. Lintingan tembakau itu memang sedang berniat kutinggalkan. Aku ingin membuat Indri semakin yakin padaku, akan kuturuti apapun yang menjadi keinginannya. Meskipun susah, akan berusaha kucoba dengan sekuat tenaga.
"Lah kok ujan? Jemuran gua, anjirr!!!" Suara Indra mengagetkanku, ia sepertinya baru bangun tidur dan tidak menyadari bahwa hujan sudah turun sejak tadi. Iapun berlari mengangkat jemurannya yang sudah basah kuyup.
"Parah, loe, Ta. Udah tau hujan tapi nggak angkatin jemuran gue." Wajahnya basah kuyup dan terlihat kesal.
"Mana gue tau, loe jemur pakaian." Memang tempat menjemur pakaian terletak di belakang kosan, jadi aku tidak tahu kalau Indra sedang menjemur pakaian. Kebetulan memang hari ini aku tidak mencuci pakaianku, biar nanti saja sekalian, satu kali dalam seminggu.
"Ya harusnya loe bangunin gue"
"Ehh, kebo! Emang gue tau kalo loe lagi tidur?"
"Ngelamun mulu, sih, loe." Ia pun masuk kekamar mengantarkan pakaian nya sejenak sebelum ahirnya keluar kembali menghampiriku.
"Sini kopinya, bagi!" Ia masih berbicara dengan nada ketus padaku.
"Yee, kalo minta tuh yang sopan."
"Hehe, iya maaf. Jangan ngegas dong, Ta. Kalo boleh sama rokonya juga, dong."
"Ga ada, gua mau berhenti ngerokok."
"Yaelah, pasti gara-gara cewek."
"Kok loe tau?"
"Ya tau lah. Apalagi yang bisa bikin seorang Genta Cakrawala berubah, selain cewek."
"Bener juga, loe."
"Terus sekarang kenapa loe ngelamun?"
"Kepo loe, mau tau aja urusan gue."
"Sialan, loe. Ehh, Ta, ada film baru tuh di bioskop. Loe nggak ada niatan buat ngajakin cewek loe nonton?"
"Film apaan? Gue nggak suka nonton-nonton nggak jelas kaya gitu."
"Kalo nggak salah, judulnya tuh Bumi Manusia. Gue juga tau gara-gara cewek gue ngajakin nonton."
"Males, ah. Buang-buang duit aja."
"Eh, Genta. Sesekali, loe tuh harus ngelakuin hal yang beda dan ga biasa loe lakuin sama cewek loe. Kalo loe terus ngulangin kebiasaan-kebiasaan yang sama, nanti cewek loe bakal bosen."
"Iya juga, yah." Mungkin ini salah satu cara untuk membuat Indri semakin bisa membuka hatinya, tidak ada salahnya aku mengikuti saran dari Indra.
"Ya, iya lah."
"Tapi gimana cara beli tiket nya? Gue nggak pernah nonton di bioskop soalnya."
Aku memang belum pernah nonton film di bioskop seumur hidupku, aku tidak terlalu suka hal-hal seperti nonton dan jalan-jalan di mall. Itu hanya akan membuat dompetku semakin tipis. Selain itu memang di Kotaku tidak ada bioskop, biasanya teman-temanku harus pergi ke Purwokerto untuk sekedar nonton. Kali ini sepertinya harus kulakukan. Ya, demi Indri.
"Ya Tuhan, kasian banget loe, Ta. Hidup loe jauh dari kata modern, primitif kayak manusia purba."
"Sialan, malah ngeledek, loe. Pokonya loe harus anterin gue beli tiket nonton."