Nineteen

102 24 0
                                    


Rina berjalan mengendap-endap menuju kamar tamu yang ada di lantai atas. Sejak ia selesai membereskan kamar itu, sampai sekarang jam menunjukkan pukul sembilan malam, Doyoung sama sekali tak mau keluar. Bahkan laki-laki itu melewatkan makan siang dan makan malamnya. Hal itu membuat Rina khawatir. Maka dari itu, Rina membawakan susu coklat dan juga sepiring nasi dengan lauk rendang untuk Doyoung.

"Bang Doy buka dong pintunya. Gue bawain makanan nih," ucap Rina.

Rina mengerutkan keningnya saat tak mendengar balasan dari dalam. Ia pun memanggil Sehun yang kebetulan lewat.

"Mas Sehun. Bantu bukain pintunya dong," ucap Rina. Sehun segera menghampiri Rina dan membukakan pintu kamar tamu. Mereka berdua masuk ke dalam dan menemukan Doyoung yang sibuk dengan buku-bukunya.

"Doy, makan dulu!" ucap Sehun tegas.

Doyoung hanya melirik ke arah Sehun kemudian kembali fokus menulis sesuatu. Rina menaruh nampan berisi makanan untuk Doyoung di meja.

"Makanannya gue taruh disini ya. Gue keluar dulu," ucap Rina. Kemudian gadis itu menarik tangan Sehun keluar dari kamar tamu.

Setelah kepergian Rina, Doyoung langsung menutup bukunya. Ia beranjak untuk mengambil makanan yang Rina bawakan. Kemudian laki-laki itu langsung memakan makanannya dengan lahap.

Tok tok tok

Doyoung menatap pintu kamar yang diketuk. Tak lama pintu itu terbuka dan Chanyeol masuk ke dalam sambil menenteng sekantong plastik.

"Nih gue beliin kopi karamel sama roti keju. Kalau capek istirahat dulu aja. Nanti jam tiga subuh lanjut lagi," ucap Chanyeol.

"Makasih."

Chanyeol tersenyum tipis. Ia menepuk kepala Doyoung sebelum keluar dari kamar.

Setelah dari kamar Doyoung, Chanyeol masuk ke kamar Younghoon. Ia menghampiri adiknya yang sudah tidur itu. Chanyeol menghela napasnya melihat foto mendiang orangtuanya yang terpajang di meja nakas. Younghoon tidak akan memajang foto itu jika ia tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Perlahan, Chanyeol mundur dan keluar dari kamar Younghoon. Ia menutup pintu kamar adiknya dengan pelan. Kemudian, Chanyeol segera melangkahkan kakinya keluar dari rumah.

Studio adalah satu-satunya tempat yang terlintas di otaknya.

***

Rina terbangun saat merasakan elusan di kepalanya. Ia tersenyum ketika matanya melihat wajah teduh Younghoon.

"Pagi Mas," ucap Rina serak, khas orang baru bangun tidur.

"Pagi juga," jawab Younghoon.

Rina bangun dan menyandarkan tubuhnya di headboard. Younghoon memberinya segelas air putih yang langsung Rina tenggak hingga tersisa setengah.

"Sana siap-siap. Hari ini Mas yang anterin kamu," ucap Younghoon.

"Mas gak kuliah?" tanya Rina.

"Kuliah nanti," jawab Younghoon.

"Mas semangat ya kuliahnya. Gak usah pedulikan orang-orang yang mau menjatuhkan Mas. Mereka cuma iri doang kok sama Mas," ucap Rina. Younghoon tersenyum lembut.

"Iya. Mas akan buktikan kalau apa yang mereka tuduhkan ke Mas itu salah. Makasih ya," ucap Younghoon.

Rina ikut tersenyum mendengarnya. Namun senyumnya perlahan luntur ketika mengingat Doyoung.

"Soal Mas Doy--"

"Mas udah bicara tadi sama dia," potong Younghoon cepat.

"Jadi kalian udah baikan?"

Younghoon mengangguk membuat senyum Rina kembali terbit di wajah cantiknya.

"Sana mandi. Mas tunggu ya di bawah."

Rina mengangguk semangat dan segera berlari menuju kamar mandinya. Sepeninggal Rina, senyum Younghoon perlahan pudar. Younghoon menghela napasnya sebelum akhirnya keluar dari kamar Rina.

Younghoon masuk ke dalam dapur dan menemukan Doyoung yang sedang membuat sarapan. Dengan ragu, Younghoon duduk di meja bar seraya matanya terus menatap Doyoung.

"Kenapa?" tanya Doyoung.

"Gapapa," jawab Younghoon.

Doyoung memindahkan nasi goreng buatannya ke tempat nasi. Setelah itu, Doyoung mengambil piring untuk disusun di meja makan. Tanpa sepatah katapun, Younghoon beranjak dan ikut membantu Doyoung. Sehun yang baru saja ingin pergi ke dapur buru-buru bersembunyi. Senyum tipis terukir di wajah tampannya.

Biar bagaimana pun juga, saudara tetaplah saudara bukan?

***

Rina menerima es jeruk yang Jeno berikan. Ia meminum es jeruknya sambil memandang kerumunan di depannya dengan pandangan malas. Jeno yang melihat itu terkekeh kecil.

"Kenapa mukanya kayak gitu?" tanya Jeno.

"Mereka lebay. Padahal Mas Juyeon gak seganteng itu," gumam Rina.

"Terus menurut kamu, yang ganteng banget siapa?" tanya Jeno lagi. Rina melirik sebentar ke arah Jeno sebelum akhirnya kembali melihat ke arah Juyeon yang sedang melatih anak paskibra di sekolahnya.

"Kamu ganteng. Tapi Mas-mas aku juga pada ganteng," jawab Rina acuh. Jeno tersenyum mendengarnya.

"Udah makan lagi sana," ucap Jeno. Rina mengangguk dan mulai menyuapkan bakso ke dalam mulutnya. Meski begitu matanya masih terus memandang Juyeon.

"Liat deh Jen. Gatel banget tuh cewek mau deket-deket Mas Juyeon. Padahal kan Mas Juyeon udah punya pacar," ucap Rina.

"Huss udah lah gak usah diurusin. Mending kamu fokus sama buku di depan kamu itu," ucap Jeno menegur. Rina menggembungkan pipinya namun akhirnya menurut pada Jeno.

Saat sedang fokus mengisi soal matematika, Rina dikejutkan dengan kedatangan Hana yang tiba-tiba. Gadis itu langsung duduk di sebelah Rina dan mencomot bakso milik Rina dengan wajah cemberut.

"Ini lagi satu. Kenapa sih Han?" tanya Jeno.

"Bete. Abang lo ngapain sih pake ke sekolah segala," ucap Hana. Rina terkekeh dan kembali mengerjakan soalnya.

"Sana samperin," ucap Rina.

"Males ah. Tadi aja pas gue sengaja lewat depan dia, gue cuma dilirik doang. Senyum juga kagak," ucap Hana.

"Mau gue bantuin? Tapi kalau anak-anak taunya gue yang pacarnya Juyeon, lo jangan marah," ucap Rina. Hana memutar bola matanya malas.

"Semua angkatan udah pada tau kali Rin kalau lo adeknya. Tapi angkatan baru itu loh. Ish sebel gue," ucap Hana.

"Tuh dia ngelirik kesini," ucap Jeno.

"Paling ngawasin Hana. Takut bininya kabur sama cowok lain," ucap Rina.

"Eh anjir kok dia kesini sih?" gumam Hana panik.

"Lah kan lo yang mau diperhatiin. Itu giliran Mas Juyeon mau samperin, lo nya malah panik," ucap Rina.

"Bilang ya gue kebelet berak. Bye adek ipar!" ucap Hana sebelum akhirnya ngacir ke toilet. Rina terkekeh melihat kelakuan temannya itu.

"Hai cewek. Sendirian aja," ucap Juyeon seraya mendudukkan dirinya di sebelah Rina. Jeno mendengus melihatnya.

"Gue kurang gede apa Bang sampe gak keliatan gitu?" sindir Jeno. Juyeon terbahak.

"Bercanda Jen. Oh iya, Hana mana?" tanya Juyeon.

"Kebelet berak katanya. Mules kali liat muka sok kegantengan Mas," jawab Rina. Juyeon mengacak-acak rambut adiknya gemas.

"Yang penting kan Mas sukanya cuma sama Hana. Ya udah bentar ya. Mas mau bujuk Hana dulu. Kalian lanjutin aja belajarnya."

Mas-Mas BobrokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang