Fourty Nine

66 10 0
                                    


Chanyeol kembali dari kamar mandi dengan wajah sembab. Di belakangnya ada Juyeon yang setia mengekor. Chanyeol duduk kembali di tempatnya. Ia menghela napasnya sebelum membuka suara.

"Gue bakal ceritain semuanya ke kalian. Jadi waktu itu.."

Flashback*

Chanyeol menggenggam tangan Luna dengan erat. Ia berusaha menguatkan Luna dari apa yang baru saja wanita itu dengar.

"Kita harus segera melakukan kuret Pak. Jika tidak itu bisa berbahaya untuk sang Ibu."

Luna menggelengkan kepalanya dengan wajah bersimbah air mata. Ia menatap memohon ke arah Chanyeol.

"Bayi ini pasti bisa diselamatkan. Mas kamu bilang sesuatu dong. Bayi kita masih bisa hidup kan? Dia masih bisa selamat," ucap Luna. Chanyeol memejamkan matanya sebentar sebelum menatap ke arah istrinya dengan pandangan lembut.

"Aluna--"

"Gak. Aku gak mau denger apapun. Kamu pasti mau nyuruh aku buat gugurin ini kan? Aku gak mau Mas aku gak mau!"

Luna beranjak dan berlari keluar dari ruangan. Chanyeol langsung mengejar istrinya itu. Dengan kakinya yang panjang, Chanyeol berhasil menyusul Luna. Ia langsung menarik istrinya ke dalam pelukannya.

"Mas..." isak Luna lirih.

"Iya Sayang. Mas disini," bisik Chanyeol.

"Aku mau pertahanin bayi kita," ucap Luna memohon. Chanyeol menangkup wajah Luna. Ditatapnya mata istrinya itu dengan lembut.

"Nurut kata dokter ya? Demi kebaikan kita semua. Mau sekeras apapun kamu mempertahankan anak kita, pada kenyataannya dia sudah meninggal. Kamu gak kasian sama dia?" tanya Chanyeol.

"Aku mau pulang!"

Luna langsung berbalik dan berlari menuju mobil Chanyeol. Chanyeol menghembuskan napasnya. Ia menyusul istrinya itu dan masuk ke dalam mobil.

Setelah tiba di rumah, Luna langsung masuk ke dalam kamar kemudian mengunci pintunya. Chanyeol mengetuk pelan pintu kamarnya itu, berharap Luna mau membukakannya.

"Luna, Love. Buka dulu ya pintunya? Kita omongin baik-baik," ucap Chanyeol.

"Aku mau sendiri!"

"Please Luna..."

"Pergi Mas!"

Chanyeol kembali menghela napasnya.

"Kalau kamu butuh sesuatu, Mas ada di ruang kerja Mas."

Chanyeol menunggu jawaban dari Luna. Namun istrinya itu tak kunjung menjawab. Dengan lesuh, Chanyeol masuk ke ruang kerjanya. Ia segera menghubungi temannya yang juga berkecimpung di dunia kedokteran.

"Ya Yeol?"

"Bang Suho, gue butuh bantuan lo."

"Bantuan apa?"

Chanyeol menceritakan semua yang dialaminya pada Suho.

"Gue mesti gimana Bang?"

Suho tampak terdiam di seberang sana. Ia jelas tahu resiko terbesar jika Luna tetap ingin mempertahankan kandungannya. Itu sangat berbahaya untuk Luna.

"Siapa dokter kandungannya?"

"Dokter Irene."

"Lo kesini sekarang. Kita bahas sekalian sama dokter psikolog kenalan gue."

Chanyeol segera menutup teleponnya. Ia berjalan menuju kamarnya. Diketuknya dengan pelan pintu kamarnya yang masih terkunci rapat.

"Luna, Sayangku. Aku harus ke kantor sekarang. Nanti sore aku pulang."

Mas-Mas BobrokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang