Twenty One

85 20 0
                                    


Chanyeol panik bukan main saat mendengar isakan Rina. Ia berusaha menenangkan adiknya. Namun bukannya berhenti, tangis Rina semakin keras.

"Dek udah dong nangisnya. Mas kan gak marah," ucap Chanyeol.

"Justru hiks. Aku jadi ngerasa bersalah karena Mas gak marah," isak Rina.

"Terus kamu maunya gimana hmm?"

Rina diam tak menjawab. Gadis itu masih menangis. Akhirnya mereka semua diam, membiarkan Rina menyelesaikan tangisannya.

Beberapa menit kemudian, tangis Rina mulai mereda. Chanyeol menghapus sisa air mata di pipi adiknya dengan lembut. Kemudian Chanyeol mengecup kening Rina.

"Udah gak usah nangis. Mending sekarang kita makan kuenya," ucap Chanyeol. Ketika ingin beranjak, Rina menahan ujung kaos Chanyeol membuat laki-laki itu kembali berjongkok.

"Kenapa?" tanya Chanyeol.

"Tadi...Mas lanjutin projek lagu baru ya?" tanya Rina.

"Kalau iya kenapa?"

"Mas mesti ulang dong?"

Chanyeol tersenyum.

"Mas tadi sekalian nulis di kertas kok."

"Tetep aja. Pasti ada lagu yang harus dirilis dekat-dekat ini kan? Tapi laptopnya malah aku rusakin."

Sebenernya iya sih. Chanyeol nyesek juga. Tapi mau gimana lagi? Menyalahkan Rina juga tidak akan menyelesaikan masalah. Yang ada malah menambah masalah.

"Bang boleh jujur gak?" ucap Eunwoo buka suara. Ia sudah lelah melihat drama di depannya itu.

"Jujur apa?" tanya Chanyeol tak mengerti.

"Sebenernya..." Eunwoo sengaja menggantungkan kalimatnya. Ia menatap Hyunjae. Seakan mengerti, Hyunjae perlahan mendekat dan menyerahkan kado dari mereka untuk Chanyeol.

"Buka kadonya. Nanti lo pasti ngerti," ucap Kai saat melihat tatapan bingung Chanyeol.

Dengan ragu, Chanyeol membuka kado dari adik-adiknya. Matanya membulat saat melihat laptop baru disana.

"Kok.."

"Sebenernya kita mau prank lo, Bang," ucap Eunwoo.

"Maksudnya?"

"Jadi kita tuh mau ngasih lo laptop baru. Lo kan akhir-akhir ini sering ngeluh kalau laptop lo suka ngehang. Rencananya kita mau play video layar laptop rusak. Terus nanti kita kasih laptop baru ke lo. Eh tapi malah rusak beneran karena gak sengaja tadi," jelas Juyeon.

"Tapi tenang aja. Semua file lo udah disalin ke laptop yang baru," lanjut Sehun.

"Ya palingan cuma lagu yang tadi lo lanjutin yang gak selamat," tambah Kai.

Chanyeol menghembuskan napasnya lega mendengar penjelasan adik-adiknya.

"Alhamdulillah kalau gitu. Makasih ya. Kalau kalian gak ngide mau ngerjain gue, udah pasti kerjaan gue berantakan semua," ucap Chanyeol.

"Karena itu kita juga beliin lo hardisk. Jadi setiap lo selesai ngerjain, lo simpan di hardisk juga. Biar lo ada cadangannya," ucap Eunwoo.

"Kak Luna, sini!" panggil Younghoon. Luna mendekat dan duduk di sebelah Younghoon.

"Nah sekarang waktunya makan kue. Nih potong kuenya," ucap Doyoung seraya mengambil kue ulang tahun Chanyeol.

Chanyeol pun memotong kuenya dan menaruhnya di piring kecil yang Sehun berikan. Mereka mulai memakan kue sambil bercanda seakan kejadian tadi bukanlah apa-apa.

***

Chanyeol melangkahkan kakinya memasuki sebuah pemakaman umum. Ia berhenti di antara dua buah makam, dimana keduanya adalah makam ayah dan ibunya. Dengan perlahan, Chanyeol berjongkok. Ia mencabuti rumput-rumput yang tumbuh. Setelah itu Chanyeol mengadahkan kedua tangannya, guna membaca alfatihah untuk keduanya.

"Assalamualaikum Mama, Papa. Apa kabar? Alhamdulillah  Chanyeol sama adik-adik disini sehat."

Chanyeol mengelus nisan ibunya dengan sayang sebelum melanjutkan ucapannya.

"Hari ini Chanyeol ulang tahun. Gak nyangka ternyata Chanyeol udah setia ini. Maaf kalau sampai sekarang, Chanyeol belum bisa membahagiakan Mama sama Papa disana. Tapi Chanyeol selalu berusaha yang terbaik untuk Chanyeol dan adik-adik. Mama sama Papa gak perlu khawatir. Kami semua baik-baik aja. Sekarang Kai lagi sibuk bangun cabang di daerah lain. Sehun juga bentar lagi lulus. Kalau Doyoung, dia bakalan lanjut S2."

Chanyeol menarik napasnya sebentar kemudian menghembuskannya perlahan.

"Anak kesayangan Mama, si Kembar yang nakal itu, sekarang udah makin dewasa. Jaehyun udah jadi chef yang hebat. Hyunjae, Eunwoo, sama Younghoon lagi mempersiapkan skripsi mereka. Mama gak nyangka kan kalau anak Mama yang nakal itu sebentar lagi akan jadi sarjana? Sama Ma, Pa. Chanyeol juga gak nyangka."

Chanyeol beralih ke nisan ayahnya. Ia juga mengelus nisan itu dengan lembut.

"Kalau anak kesayangan Papa sekarang lagi sibuk ujian. Rina lagi mempersiapkan ujian masuk kuliah. Jadi dia sibuk banget akhir-akhir ini. Kalau Juyeon, dia juga lagi sibuk organisasi. Anak Papa yang satu itu pendiem banget. Chanyeol sampe bingung gimana bisa dia ikut banyak organisasi."

Chanyeol menunduk saat merasakan air matanya menetes. Ia segera menghapusnya dan memasang senyum terbaiknya di depan nisan kedua orangtuanya.

"Ma, Pa, Chanyeol balik dulu ya. Hari ini, adik-adik pada minta traktiran. Jadi, Chanyeol harus nyusul mereka sekarang. Mama sama Papa yang tenang ya disana. Karena kami semua baik-baik aja. Semoga Mama sama Papa bahagia disana. Chanyeol sayang sama Mama sama Papa. Chanyeol balik ya. Assalamualaikum."

Chanyeol bangun. Ia terdiam sebentar. Kemudian, Chanyeol segera melangkahkan kakinya keluar dari area pemakaman sebelum air matanya menetes lebih deras lagi.

Karena sejatinya, hidup tanpa orangtua itu sulit. Chanyeol yang terbiasa mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya kini harus menggantikan tugas mereka untuk memberikan kasih sayang ke adik-adiknya. Tapi itu tidak masalah. Karena bagi Chanyeol, kebahagiaan adik-adiknya adalah kebahagiaannya.

Chanyeol berharap, Luna masih mau menunggu. Sampai Chanyeol yakin jika adik-adiknya mampu berdiri dengan kedua kakinya sendiri.

Ya. Hanya sampai saat itu.

Luna maukan menunggunya?

***

Akhirnya setelah sekian lama, aku bakal lanjutin ini lagi.

So, jangan lupa vote dan komen ya ^^

Mas-Mas BobrokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang