Gosip tentang anak Jake belum padam, beberapa orang masih membicarakan. Apa lagi kejadiannya belum lama ini, di mana semua orang mengetahui Jake selaku ayah dipukuli layaknya binatang, diarak keliling kampung untuk dipermalukan. Sebagian orang mungkin kasihan, tapi tertutup oleh ketidak sukaan pada fakta kalau Jake memiliki anak kutukkan.
Adalah Reno, pelaku yang paling berperan di sana. Dia tidak sengaja melihat Jake membeli sekantung darah dan membawanya secara sembunyi-sembunyi. Reno mengikutinya, perangai buruk membuat dia tanpa sungkan masuk begitu saja kerumah minimalis milik Jake, lalu memergoki anak kecil sepuluh tahun sedang meminum darah.
Mengetahui itu Jake memohon agar anaknya tidak dilaporkan, Reno mengusulkan negoisasi, dia akan tutup mulut kalau Jake mau membayar mahal untuknya. Bimbang serta kebingungan melanda, dia sendiri hanya petani gandum, dari mana dia mendapatkan uang untuk membungkam Reno.
Tidak kunjung mendapat jawaban, kesabaran Reno habis. Dia menyeret paksa anak Jake, mereka terlibat perkelahian singkat yang berakhir ketika Reno menendang Jake hingga membentur dinding. Keributan mengundang warga sekitar, mempermudah Reno untuk memberitahu mereka tentang apa yang baru saja dia ketahui.
Warga terprovokasi, ramai-ramai menyeret anak dan ayah. Seorang wanita yang merupakan istri Jake tercengang sepulang dari kebun, melihat suami serta anaknya habis dipukul masa. Tidak terima dengan perlakuan kasar mereka, dia kalap menusuk salah satu warga.
Lagi-lagi Reno yang bertindak, dia mengembalikan pisau tersebut dengan menancapkan di jantung istri Jake. Tidak ada yang menyalahkan, justru bersorak gembira atas keberanian Reno.
Pemuda dengan codet kecil di bawah dagu tertawa keras, dia mengingat jelas kejadian tersebut. Merasa paling pemberani lantaran berhasil membunuh istri Jake juga mengungkap kebenaran. "Aku seperti pahlawan, kan?" pujinya pada diri sendiri.
Seperti biasa mereka berkumpul di gazebo umum, dua yang lain tertawa, berbeda dengan Ghilbas, alih-alih merespon sifat jumawa Reno, dirinya justru terdiam. Dia tidak sepaham dengan Reno.
Apa yang hebat dari membunuh orang? pikirnya.
Semua itu terlihat seperti binatang yang menerkam binatang lemah di matanya, seakan hukum tiba-tiba lenyap dari dunia, mengubah pola pikir manusia seolah berada di hutan rimba.
Mengerikan, mereka bersorak di atas kemalangan saudara sendiri. Mungkin sudah hilang kemanusiaan di hati mereka sampai tanpa belas kasih menyiksa orang lain dengan air muka bahagia.
"Kau keren, Reno. Apa kau tidak takut? Bagaimana kalau bocah itu justru menghisap darahmu?" Di sela tawa Jason ikut menimpali.
Semakin terbahaklah Reno, dia menepuk bahu Jason tanpa menghentikan tawa. "Ya, aku bunuh di tempatlah kalau itu terjadi, gila aja darah suciku dihisap bocah, mending sama adiknya Ghilbas yang cantik, ya, kan, Ghilbas?" Menarik turunkan alisnya.
Walau terdengar seperti gurauan semata, perkataannya ini di dasari oleh perasaan yang telah lama bersarang di hatinya, sudah lama Reno menyukai adik Ghilbas, tapi tidak pernah mendapat sambutan hangat di pintu masuknya. Selalu saja ditolak mentah-mentah sama Ghilbas, kerap kali mereka juga berkelahi disebabkan Ghilbas lepas kendali akan perkataan Reno yang sering tanpa saringan.
"Kalau kau siap mati, silakan," balas Ghilbas syarat akan ancaman.
Perilaku dingin Ghilbas tidak digubris justru membuat mereka semakin tertawa, siapa pun mengenal Ghilbas yang bergitu protektif terhadap adiknya. Jangankan manusia yang mendekat, serangga kecil pun dicemburui.
Terlepas dari itu, sebenarnya Ghilbas penasaran apa yang terjadi dengan keluarga malang yang berurusan dengan Reno. Namun, dia enggan bertanya, tidak sanggup mendengar lebih banyak lagi dari yang dia tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Curse Of Mahana (End)
Fantasy"Dengar wahai bangsa manusia. Aku Jhoan Nieve Diavolo, Raja dari kaum Mahana, penguasa kegelapan. Mengutuk bangsamu, kehancuran akan menimpa dunia, kelak keturunanku akan lahir di tengah-tengah kalian. Merekalah yang akan membalaskan dendam atas pen...