Lari dan kabur, hanya dua kata itu yang ada dipikiran Julian. Dia tidak tahu lagi harus melakukan apa, suara teriakan dari belakang terus mengikuti derap kakinya. Beberapa orang melempari dengan bebatuan, membuat tubuh penuh luka lebam. Julian tidak menyerah terus berlari tanpa henti, sebelum terlambat dia harus menyelamatkan orang tuanya dan kabur dari Aranta.
Sesaat kemudian langkah Julian tertahan, dari arah berlawanan ia melihat Ghilbas dan Sheerlyn, dua orang yang tidak ingin Julian temui saat ini, tidak ada kesiapan sama sekali jika segalanya harus terbongkar di depan mereka juga.
"Sial, aku harus ke mana?" risaunya. Ada dua gang di depannya, tapi Julian belum hapal benar jalan menuju rumah selain jalan yang dia lewati bersama Jason.
"Julian!"
Terlalu lama berpikir dia tidak sadar kalau Ghilbas sudah melihat posisinya. Kakak dari gadis yang Julian sukai itu mengembangkan senyum seraya melambaikan tangan.
Tidak dapat berbuat banyak dia cuma bisa mengumpat, demi apa pun Julian membenci kebodohannya sendiri. Enggan berurusan, apa lagi menjelaskan pada Ghilbas pemuda pucat ini lebih memilih menghindar, mengambil jalan lain.
Dahi Ghilbas berkerut tidak paham, tidak biasa Julian mengabaikan sapaannya. "Ada apa dengannya?"
Lalu sekumpulan orang yang mengejar Julian datang berbondong-bondong, menambah rasa heran di benak Ghilbas. Apa lagi mereka berlarian dengan menyerukan kalimat kasar serta umpatan pedas lainnya.
"Kak ada apa sebenarnya? Apa mereka sedang mengejar Julian?" tanya Sheerlyn khawatir.
Ghilbas menggeleng, dia harus mencari tahu apa yang terjadi. "Sheerlyn kamu pulang ke nyonya Devina, jangan pergi sampai aku datang. Aku akan menyusul mereka," pesannya.
Tanpa menunggu balasan, Ghilbas berlari menyusul seraya bergumam. "Ada yang tidak beres.'
Sementara itu, di kediaman Julian pun tampak ramai, seruan penuh caci maki memenuhi halaman rumah, beberapa orang memaksa masuk, ada pula yang merusak kaca, mengobrak abrik halaman. Rumah Alfred terkepung.
"Ayo, keluar kalian dasar menjijikkan!!"
Lagi-lagi Reno yang berperan, dia tanpa belas kasih menyeret Lucian. Lalu melemparnya hingga tersungkur, Alfred pun tidak luput dari penyiksaan. Bertubi tubi tubuhnya di pukuli menggunakan benda tumpul, sekujur tubuh penuh lebam, darah mengucur dari pelipisnya saat kepala terantuk batu bata ketika mendapat pukulan telak dari tongkat Font.
"Bawa mereka!" perintah Reno seolah memimpin.
Mereka kembali menyeret tubuh keduanya, sesekali melayangkan pukulan. Lucian merintih, memegangi bagian perut yang beberapa kali di tendang. Alfred sendiri tidak bisa membantu istrinya, dia juga kesulitan, punggungnya berkali-kali di sodok dengan kayu sambil diteriaki untuk berjalan lebih cepat.
Kondisi mereka amat mengenaskan, ketika sampai di balai pun tidak ada istirahat, kembali di aniaya. Kepala keluarga itu muntah darah sesaat tongkat milik Font menusuk ulu hati bersamaan dari belakang seseorang menekan punggungnya.
Lucian menjerit histeris, tidak kuasa melihat suaminya diperlakukan sedemikian keji.
"To-long, jangan sa-sakiti a-anak sa-ya." Terbata Alfred mengucapkannya.
Walau dalam keadaan mengenaskan seperti ini yang dipikirkannya saat ini adalah Julian. Entah apa yang menimpa Julian, Alfred enggan membayangkan, dia masih ingat saat anak Jake dibunuh lantas dijadikan pakan ternak. Demi apa pun, Alfred tidak ingin itu menimpa anaknya. Biar dirinya menjadi pengganti, asal jangan Julian yang disiksa.
"To-lo-"
"Berisik! Manusia menjijikkan sepertimu tidak pantas memohon!" hardik Reno menampar wajah Alfred dengan kakinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/240937392-288-k684686.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Curse Of Mahana (End)
Fantasía"Dengar wahai bangsa manusia. Aku Jhoan Nieve Diavolo, Raja dari kaum Mahana, penguasa kegelapan. Mengutuk bangsamu, kehancuran akan menimpa dunia, kelak keturunanku akan lahir di tengah-tengah kalian. Merekalah yang akan membalaskan dendam atas pen...