Malam itu Julian sudah siap, dia mengenakan pakaian terbaiknya. Kain hitam bermodel jas kuno yang melapisi kemeja merah, terlihat begitu elegan membalut tubuh tegapnya. Sebuah crafat berwarna emas menyampir di kerah kemeja. Rambut hitam di sisir rapi membentuk poni yang menggantung memperlihatkan dahi mulus Julian, tidak lupa sebuah kain kecil senada dengan kemeja terselip di saku jas. Sempurna, dia terlihat seperti bangsawan penguasa negeri.
Sebelumnya baik Lucian maupun Alfred tidak setuju Julian menghadiri pesta, mereka tidak mengizinkan takut hal buruk menimpa putra semata wayang. Apa lagi mengetahui Ghilbas tidak ikut. Namun, karena Julian berhasil meyakinkan keduanya, malam ini ia bisa berangkat, tinggal menunggu Jason atau Font menjemput.
"Kamu terlihat semakin tampan, nak," puji Lucian.
Melihat Julian keluar kamar dengan penampilan rapi, ia mengulas senyuman, walaupun matanya tidak bisa menyembunyikan pancaran kecemasan. Entah kenapa firasat Lucian tidak enak, khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Putranya ini sangat polos, terlalu awam dengan pergaulan dunia luar.
"Ibu tidak perlu khawatir, Julian akan baik-baik saja. Kata Reno, ini hanya pesta kecil jadi aku juga tidak akan pulang terlalu larut." Dia bisa membaca kekhawatiran Lucian, lantas mencoba menenangkan.
Bukan masalah pesta yang dikhawatirkan, melainkan pembuat pestanya. Reno itu pemuda liar, pergaulannya jauh dan bebas. Rumor yang pernah didengar dia sering sekali mengadakan pesta minum, lalu yang ditakutkan Lucian tidak lain kalau pesta kali ini pun tidak jauh berbeda dengan sebelumnya.
Akan tetapi melihat bagaimana Julian begitu ingin datang, dia tidak tega kalau harus menolak permintaannya.
"Ibu percaya kamu bisa jaga diri, tapi ingat kalau mereka menyuruhmu meminum cairan yang tidak kamu tahu jangan turuti," pesannya. Bagaimanapun, pesta anak muda rentan terhadap minuman beralkohol, Lucian tidak mau anaknya mencicipi minuman mabuk tersebut. Arak hanya akan mengotori perut Julian, lagi tidak baik untuk kesehatan.
"Iya, Julian janji."
Tidak lama terdengar seruan dari luar memanggil nama Julian, temannya sudah datang.
"Jason sudah datang, Julian berangkat ya, Bu, Yah." Sekali lagi dia berpamitan.
Tidak ingin membuat Jason menunggu dia berlari kecil menuju pintu, benar saja itu Jason, suara serak miliknya memang terdengar berbeda.
"Maaf, lama. Tadi mampir dulu ke rumah Reno, nitip gandengan." Jason berucap jenaka, meski memang benar dia mengantar kekasihnya lebih dulu ke sana sebelum menjemput Julian.
"Tidak apa."
Mereka berjalan kaki menunju rumah Reno, pada saat itu memang belum ada kendaraan apa pun, masih berada di zaman yang serba terbelakang. Satu-satunya kendaraan yang ada cuma kereta kuda, itu pun hanya bangsawan yang memilikinya atau paling tidak orang yang berkecukupan.
Jika bisa dikatakan, Lucian sangat berat membiarkan Julian pergi ke pesta. Ada perasaan tidak enak yang tiba-tiba hadir di sudut hatinya, dia tidak percaya pada teman Julian yang lain kecuali Ghilbas, juga belum mengenal kepribadian satu per satu dari mereka. Terlalu berlebihan memang jika semua kekhawatiran berlebih itu ditunjukkan untuk seorang pemuda, tapi tidak ada pilihan lain. Julian masih jauh dari paham tentang dunia luar.
"Sudah, Lucian. Dia sudah besar, pasti bisa lebih menjaga dirinya sendiri." Diusap punggung istrinya, Alfred tahu kecemasan berlebihan Lucian, karena dia juga bisa merasakannya. Lagi pula tidak berguna juga kalau terus-terusan khawatir, bagaimanapun juga Julian pasti ingin memiliki kehidupan normal seperti yang lain.
Di kediaman Reno begitu ramai, hiruk pikuk orang berlalu lalang keluar masuk. Suara gelak tawa dari beberapa orang yang ada di dalam terdengar saling bersahutan, menimbulkan kerutan di dahi Julian yang baru saja sampai, bahkan belum sempat masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Curse Of Mahana (End)
Fantasi"Dengar wahai bangsa manusia. Aku Jhoan Nieve Diavolo, Raja dari kaum Mahana, penguasa kegelapan. Mengutuk bangsamu, kehancuran akan menimpa dunia, kelak keturunanku akan lahir di tengah-tengah kalian. Merekalah yang akan membalaskan dendam atas pen...