Flashback

28 6 0
                                    

Flashback ini akan memakan enam chapter sekiranya, maaf atas ketidaknyamanannya. So keep enjoy 🙂
.
.
.
.

Waktu mundur berpuluh puluh abad yang lalu.

Pangeran Aiden Vareez Diavolo membuka portal dimensi lain. Sudah tidak ada tempat di dunia manusia untuk bangsa mereka, setelah hidup nomaden bertahun-tahun dengan menutup identitas pada dunia luar, akhirnya dia berhasil menemukan penghubung dunia lain dengan dunia manusia.

Tempat yang bernama Tanah Abadi, di sana tumbuh lebat pohon berdaun rindang dengan dahan besar pun badan yang lebar. Jika manusia yang melihatnya itu mungkin menjadi tempat yang amat di jauhi, tapi justru berbanding terbalik karena sangat cocok dengan kepribadian bangsa Mahana.

Aiden melebarkan sayapnya, terbang mengitari hutan. Dari atas dia bisa melihat betapa luas hutan di bawahnya, tepat di titik tengah dia berhenti. Sayap lebar mengepak sekali, angin kencang berhembus menumbangkan puluhan pohon berakar lebat. Lahan kosong terbuka berhektar-hektar di bawahnya.

Mereka yang melihat tercengang, dalam sekejap hutan lebat itu telah beralih menjadi lapangan luas, kekuatan yang dimiliki Aiden mengagumkan.

"Hidup pangeran Aiden Vareez Diavolo!" sorak mereka.

Aiden mendarat, menatap seluruh rakyatnya. "Bangunlah rumah di sekitar tempat ini. Mulai sekarang inilah tempat kita menetap," perintahnya.

Mereka serentak bersiap, mulai berurai melaksanakan apa yang diperintahkan oleh penguasa. Sementara Aiden menyuruh adiknya Deveon membangun istana di tengah pemukiman.

Deveon meletakkan kedua tangannya di permukaan tanah, mulutnya menggumamkan sesuatu. Tidak lama bangunan megah muncul, berangsur keluar dari bawah tanah. Dinding tebal menyusul muncul setelah bangunan utama sepenuhnya berdiri, dinding setinggi empat meter membentang melingkari istana.

Deveon menepuk tangan membuang debu, dia beralih pada Aiden menunjukkan hasil kerjanya. "Sudah selesai, kak."

"Mengagumkan, kau memang hebat dalam kekuatan seni," puji Aiden.

Kecintaan Deveon pada hal keindahan seperti seni tidak di ragukan. Dia bisa mengubah apapun menjadi sesuatu yang menakjubkan, termasuk membuat patung bernilai seni tinggi, penuh nilai estetika luar biasa.

Di tanah itu, mereka menetap. Membangun kembali kerajaan yang dulu di cerai beraikan oleh ke salah pahaman. Aiden mulai diangkat menjadi raja setelah ayahnya Jhoan Nieve Diavolo memilih untuk tidur selamanya dan menyerahkan kekuasaan pada putra pertama.

Aiden memberikan kebebasan pada adiknya, Deveon. Menyerahkan seluruh  keputusan antara ingin membuka kerajaan baru atau menjadi tangan kanannya. Sebagai adik yang ta'at dia memilih berada di sisi raja sampai akhir hayatnya. Deveon menjabat sebagai penasihat pun menjadi ahli seni dalam bidang arsitektur, sesekali dia juga memahat patung menambah hiasan di beberapa tempat seperti taman atau halaman istana.

Suatu hari Aiden meminta pada adiknya untuk membangun sebuah kastil yang letaknya cukup jauh dari istana utama. Bukan hanya itu, dia juga meminta dibuatkan beberapa bangunan pendukung di sekitar kastil seperti perpustakaan atau ruangan istimewa yang hanya boleh di masuki para pewaris sah.

Sama seperti saat membangun istana dalam satu hari keinginan Aiden terselesaikan, tiga bangunan yang terletak puluhan kilometer dari kediaman utama telah direalisasikan. Deveon meminta kakaknya untuk melihat dan meminta pendapat jika ada sesuatu yang kurang.

"Aku tidak pernah meragukan karyamu Deveon," sanjungnya.

Semua ucapan yang keluar dari mulut Aiden bukan omong kosong atau pujian belaka. Namun, melihat bagaimana kastil di depannya berdiri menjulang penuh ke sombongan menjadikannya terlihat begitu agung dan misterius.

"Mulai saat ini, aku akan tinggal di kastil ini, Deveon."

Mendengar penuturan Aiden, mau tidak mau Deveon berani menanyakan alasan padanya, sesuatu yang sangat jarang dilakukan. Karena Deveon adalah orang yang sangat loyal, dia tidak pernah menanyakan alasan apa pun pada keputusan raja-nya, tapi kali ini dia harus menanyakan alasan apa di balik keinginan kakaknya ini.

"Istana tidak boleh kosong tanpa pemimpin Yang Mulia," ujarnya seraya menunduk sopan. "Maaf atas kelancangan hamba, tapi apa ada alasan khusus tentang ini?"

"Aku tidak memiliki keberanian untuk mengorbankan siapa pun untuk menerima kutukan yang telah ayah dan aku turunkan pada mereka."

Deveon diam mendengarkan, dia tahu kakaknya adalah orang yang sangat belas kasih. Semua kalangan mengenal tentang hatinya yang begitu lembut, bahkan saat Aiden melontarkan kutukan, Deveon dapat melihat setetes air meluncur dari sudut mata kakaknya. Dia orang yang sangat dekat dengan bangsa manusia, berkali-kali hampir mati demi menyelamatkan mereka dari segala bencana alam yang menimpa. Membangun kembali pemukiman yang telah runtuh porak poranda diterjang amukan alam. Kakaknya telah berkorban banyak, tapi pada akhirnya dibalas dengan kotoran yang sangat menghina harga dirinya.

"Di tempat ini, aku akan mengubur segala emosiku. Semua ini agar ayah bisa berdamai dalam tidurnya. Kau, Deveon." Aiden menatap adiknya. "Sepeninggalnya aku, kau-lah yang akan memimpin."

"Saya ..."

"Tidak perlu khawatir, aku mempercayaimu," terangnya.

Deveon akhirnya mengerti, meski Aiden dan ayahnya mengutuk manusia pada akhirnya mereka memilih untuk mati agar semua itu tidak terwujud. Jika salah satu dari mereka masih hidup maka kutukan itu akan tetap terlaksana, tapi jika keduanya mati maka kutukan pun akan lenyap.

"Anda selalu lembut pada manusia, saya hanya berharap jika masa depan lebih baik. Namun, agar semua itu berjalan lancar tentu anda harus siap untuk memutus seluruh darah titisanmu dengan kerajaan."

"Saniya tengah hamil, beritahu dia agar berlapang dada saat kehilangan kehidupan di dalam dirinya," pesan Aiden.

Ia menusuk hatinya sendiri dengan sebilah belati, lantas memberikan pada Deveon. Untuk terakhir kali Aiden meminta pada adiknya agar menyebarkan kematian dirinya bahwa ia telah bunuh diri dan menghilang.

Deveon menatap dalam diam kakaknya yang perlahan masuk ke dalam kastil, tempat ini akan menjadi kuburan baginya. Deveon sendiri tidak menyangka, kalau bangunan yang didirikannya justru untuk mengubur kakaknya sendiri.

"Semoga Yang Mulia beristirahat dengan damai." Deveon menekuk lutut di permukaan tanah, menunduk dengan tangan menyentuh dadanya sebagai penghormatan terakhir.

.
.
.
.

22 Agustus 2020

The Curse Of Mahana (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang