Keributan antar kerajaan benar-benar mereda. Bergabungnya Casova menjadi sekutu Ardennes melahirkan pertahanan mutlak yang luar biasa kuat. Berkat kebijakan Levios semua kembali, kedamaian dan keamanan negeri mereka telah makmur lagi.
Namun, hal lain terjadi. Saat waktunya menentukan pengangkatan pemimpin, karena singgasana tidak mungkin akan terus kosong dalam waktu yang lama. Keputusan Levios membuat semua tercengang. Apa yang dia inginkan tidaklah masuk akal, sebagai orang yang memiliki kemampuan melebihi yang lain, seharusnya dia bisa dengan mudah memimpin negeri. Sangat pantas untuk menjadi pengganti Geelbas yang telah gugur.
Sayangnya, Levios tidak pernah menginginkan kerajaan Ardennes, tidak barang secuil kekuasaan pun dia harapkan. Sejak dulu, Levios hanya ingin berkecimpung dalam dunia medis, membantu rakyatnya secara langsung dan bercengkrama layaknya saudara. Jika dia menjadi raja, akan ada kesenjangan di antara mereka nanti, akan banyak yang segan dan kaku terhadap dirinya, belum lagi rasa canggung.
"Tapi Levios! Kau satu-satunya orang yang pantas memegang gelar raja, apa kau mau menelantarkan kewajibanmu?" protes Casanta.
Semenjak pertarungan yang mempermalukan dirinya, Casanta menjadi sahabat dekat Levios. Dia selalu merecoki Levios, mengganggu ketenangan dan menyita banyak waktu hanya untuk meladeni keberisikannya. Beruntung Levios adalah penyabar yang ulung, tidak masalah baginya meladeni pria banyak bicara seperti temannya ini.
"Bukan itu maksudku, Casanta." Ia memejamkan mata, mencoba tenang agar semua ini tidak menjadi rancu atau berbelit. "Aku tahu ini adalah keputusan yang sepihak atas kehendak pribadi, aku sangat mencintai duniaku di mana obat-obatan adalah sesuatu yang jauh lebih menarik ketimbang berpolitik. Oleh karena itu, aku juga memikirkan solusi yang terbaik. Kepemimpinan akan aku serahkan pada pangeran kedua, Clavanth Loseos Diavolo. Setelah itu, apa pun yang berhubungan denganku tidak ada lagi berkaitan dengan urusan kerajaan, baik aku, istriku ataupun anakku kelak."
"Tunggu," sela Clavanth. Ia tidak bisa menerima begitu saja penyerahan kekuasaan itu hanya karena kakaknya tidak mau menjadi raja.
"Apa kau juga keberatan adikku?"
"Tentu saja. Bagaimana bisa aku menerimanya sementara itu hanya keputusanmu, jangan hanya karena kau tidak mau menerima jabatan itu lantas dengan mudah melemparnya pada siapa pun yang kau mau," terang Clavanth.
Sebagai seorang pangeran, meski hanya putra kedua dia juga memiliki harga diri. Sekaligus memiliki suatu rencana jika kekuasaan itu harus berada di tangannya.
"Apa yang membuatmu keberatan?"
"Cara penyerahanmu, aku tidak suka."
Levios tau, harga diri adik pertamanya ini sangatlah tinggi, belum lagi sifat keras kepala yang sulit sekali dilawan. Dia juga selalu memiliki argumen untuk menentang perkataan orang yang lebih tua, jika itu bertentangan dengan keyakinannya.
"Jadi, cara seperti apa yang ingin kau lakukan?"
"Mengadu kekuatan," usulnya.
Usul itu disetujui, Clavanth menulikan telinga saat semua mulut meremehkan dirinya. Memang benar, semenjak tahu pusaka pedang merak ada di tangan sang kakak, kebanyakan orang telah mengetahui kemampuan luar biasa pangeran pertama.
Pangeran yang disebut paling lemah itu tidak terduga sama sekali, siapa yang akan menyangka bahwa hanya dengan kemampuan pengobatan dan pertahanan sederhana dia bisa memanggil sebuah pusaka legendaris. Itu pasti karena selama ini dia menyembunyikan kekuatannya.
"Anda bisa mengalahkannya, Tuan Muda. Percayalah dengan kekuatan yang telah anda dapat."
Aried terus berada di sisinya, meyakinkan Clavanth bahwa selama ini latihan yang dijalankannya tentu akan memberikan perubahan besar dalam tubuhnya, baik kekuatan maupun fisik.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Curse Of Mahana (End)
Fantasi"Dengar wahai bangsa manusia. Aku Jhoan Nieve Diavolo, Raja dari kaum Mahana, penguasa kegelapan. Mengutuk bangsamu, kehancuran akan menimpa dunia, kelak keturunanku akan lahir di tengah-tengah kalian. Merekalah yang akan membalaskan dendam atas pen...