4

5 2 1
                                    

EMPAT
"Hello baby!" Baskara menghampiri Alana sambil mengecup pipinya sekilas. Tindakan spontan ini membuat Alana sedikit terlonjak dan tidak nyaman, karena bagaimana pun ia masih sangat baru mengenal lelaki itu.
"Halo..." sahut Alana. Matanya masih memandang sekeliling, dinding kaca dengan pemandangan kota Jakarta sangat luar biasa. Ini adalah pertama kalinya Alana melihat pemandangan serupa. Pasti sangat nyaman tinggal di tempat yang seperti ini, batinnya.
Mungkin Alana terlalu terfokus hingga tidak menyadari tindakan Baskara yang mendekapnya dari belakang. "Kamu bisa lihat-lihat lagi nanti, but now you're mine."
Bulu kuduk Alana langsung meremang mendengar kata-kata barusan. Ia hampir saja lupa apa tujuannya ada di tempat ini. Batinnya sedang berperang, menanyakan keputusan Alana tentang hal ini, sekali lagi. Sebelum ia salah melangkah.
Sungguh Alana tidak menyangkan akan terjebak dalam situasi yang seperti ini. Ia kira Baskara akan perlahan-lahan memperkenalkan diri hingga akhirnya ia bisa merasa nyaman. Namun lelaki itu malah menertawainya keras-keras ketika Alana menanyakan tentang hal ini.
Rasanya sangat memalukan dan juga menyeramkan diwaktu yang bersamaan. Tubuh Alana sudah polos sempurna di bawah Baskara. Di dalam kamar yang mewah ini Alana merasa tidak nyaman dan ketakutan.
Baskara berjalan ke arah lemarinya dan mengambil sebuah dasi berwarna merah hati. Alana menatapnya dengan lekat dan bingung, untuk apa dasi tersebut?
Hingga Baskara naik ke atas kasur dan mengambil pergelangan Alana. "K-kenapa diikat?" Tanyanya takut-takut.
Baskara menyeringai dan mengikat kedua pergelangan tangan Alana dengan kencang lalu disangkutkan pada headboard kasur.
"This is my fetish, baby." Mungkin Alana terlalu naif jika tidak mengetahui ada orang yang memiliki fetish dengan hal-hal aneh. Ia kira itu hanya bualan semata?
Atmosphere di kamar Baskara semakin memanas ketika lelaki itu sudah mendaratkan kecupan-kecupan ringan pada permukaan kulit Alana. Mulai dari leher hingga terus merembet turun.
Tepat ketika kecupan Baskara berhenti di depan dada Alana, gadis itu mencengkram dasi yang mengikatnya lebih erat. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat karena hal ini, apalagi melihat mata Baskara yang menatapnya dengan sorot gairah yang sangat kentara.
Sungguh kepala Alana pening karena memikirkan tentang keputusan ini lagi, karena demi apapun yang ada di dunia ini, Alana ingin kabur. Sapuan lidah Baskara pada dadanya membuat gadis itu merasa sangat kotor. Namun ia tau jika permainan bahkan belum dimulai.
14
Bayangan Alana tentang Baskara yang ramah dan berkharisma hilang begitu saja, semua kebaikan yang lelaki itu buat dan diketahui khalayak ramai menguap. Ia tidak pernah membayangkan akan melihat sosok Baskara yang seperti ini. Sangat mendominasi dan juga menyeramkan, mata elangnya menyiratkan gairah yang sangat kentara.
Alana mengambil nafas banyak-banyak saat Baskara melepaskan kaos hitamnya. Menampilkan tattoo besar bermotif burung phoenix berwarna merah yang terletak di pinggangnya, satu lagi fakta yang belum gadis itu ketahui sebelumnya.
Saat Baskara kembali merendahkan diri, Alana benar-benar merasa takut. Pasalnya lelaki itu semakin mendekat pada daerah yang sangat sensitif di bawah sana. Tangan Alana terus bergerak mencoba melepaskan diri, ia ingin mundur. Gadis itu ingin membatalkan semua perjanjian bodohnya karena...Alana takut.
Baskara mendesah ketika menatap inti Alana yang sangat menggairahkan. Ia semakin bersemangat dan tidak sabar untuk menikmati surga dunia itu.
Airmata Alana menetes ketika ia merasakan sapuan lidah Baskara pada intinya. Ia merasa sangat kotor karena melakukan hal ini dengan lelaki yang bukan suaminya.
Tubuh mungil itu bergerak dengan sangat gelisah. Ini benar-benar sesuatu yang baru bagi Alana dan ia tidak bisa menahan sensasi seperti ini lebih lama lagi.
"Ngh..." Alana mendesah, ia merapatkan kakinya secara otomatis karena baru saja mendapatkan pelepasan. Namun Baskara belum juga bangkit, ia tetap menyentuh milik Alana hingga tubuh gadis itu bergetar.
Wajah rupawan itu terlihat sangat puas ketika melihat Alana yang sedang mengatur nafasnya. Baskara merasa sangat bangga dengan apa yang sudah ia perbuat pada gadis itu.
Tanpa menunggu lama lagi, Baskara bangkit dan melepaskan celananya. Bergerak ke atas Alana untuk segera memulai permainan yang sesungguhnya. Pipi gadis itu terlihat sangat merona karena ini pertama kalinya bagi Alana melihat laki-laki tanpa sehelai benang yang menempel pada tubuhnya secara langsung.
"The show is only begin.." Alana melenguh ketika merasakan sesuatu yang bergesekan dengan intinya. Entah darimana ide ini muncul, Alana mencoba berbicara, mendiskusikan kembali hal ini dengan
Baskara. "I'm not ready...maksud aku—"
Namun sebelum menyelesaikan ucapannya, Alana memekik dengan keras ketika Baskara berhasil menyatukan tubuh mereka secara langsung. Itu luar biasa menyakitkan, Alana seperti terbelah menjadi dua bagian karena penyatuan ini.
"I want you to scream, baby...holy shit!" Baskara mengumpat kesal. Milik Alana sangat sempit dan hangat, apalagi ketika melihat cairan berwarna merah mengalir dari kewanitaannya. Gadis itu menangis karena hal ini, entah karena menahan perih atau ada faktor lain Baskara tidak peduli. Ia malah sangat menikmati hal ini.
15

Tangan Alana mencengkram dasi pengingat dengan sangat erat ketika Baskara mulai menggerakan pinggulnya.
He pulls out to the tip and sets a hard rythym, pressing the full length of his cock into her with each thrust.
"Daddy. Call me Daddy." Baskara melingkarkan lengannya pada leher Alana, sebuah pelampiasan atas sensasi yang luar biasa nikmat karena kewanitaan gadis itu.
Bulir airmata menetes membasahi wajah Alana karena hal ini, ia merasa semakin bersalah karena tubuhnya sangat bertolak belakang dengan otaknya. Otaknya memaki Alana karena keputusan bodoh ini, namun tubuhnya seperti bersorak nikmat.
Baskara terlihat semakin bersemangat karena Alana mulai mengeluarkan suara-suara yang sangat menggairahkan, pertanda jika gadis itu mulai menikmati percintaan ini.
"Baskara pelan...sakit." Alana merintih saat Baskara bergerak terlalu kasar dan cepat, ini pertama kalinya bagi Alana namun lelaki itu sangat acuh dengan fakta ini.
Rintihan dan desahan Alana mengalun dengan indah di telinga Baskara, membuat lelaki itu semakin terbakar dan tidak sabar untuk segera mendapatkan pelepasan.
Kedua insan itu sudah tenggelam dalam dunianya sendiri. Hanya ada suara desahan dan erangan yang saling besahutan.
Setiap hentakan dan pergerakan yang Baskara lakukan membuat sesuatu dalam diri Alana seperti ingin meledak. Baskara membuat tubuhnya terbakar oleh gairah, melupakan penyesalannya untuk sesaat.
"Baskara..." Desahan Alana membuat Baskara semakin bersemangat menghujam inti gadis itu. Apalagi sekarang tubuh Alana sudah bergerak kesana kemari karena gairah.
"You wanna cum?" Alana mengangguk cepat. "Call me daddy."
Alana kembali mengangguk, ia sudah tidak bisa berpikir jernih karena tubuhnya sudah meronta-ronta, mendamba akan sesuatu yang hanya bisa diberikan oleh Baskara untuk saat ini.
"Daddy..please."
Baskara menggeram, ia menggerkan pinggulnya lebih cepat. Sialan, Alana sangat nikmat. Milik gadis itu bukan hanya menghimpitnya, tapi juga seperti menghisapnya kuat-kuat. Jangan lupakan wajah gadis itu yang sangat menggairahkan, Alana jauh lebih cantik saat sedang terangsang.
Jemari Baskara bergerak menyentuh klitoris Alana, membuat gadis itu memekik tertahan."Cum baby, come on."
16

Alana benar-benar tidak sanggup. Milik Baskara yang menghujam intinya dengan keras, jemari lelaki itu pada klitorisnya dan juga mulut Baskara yang tidak berhenti memberi tanda pada sekujur tubuhnya. Ia akan meledak karena hal ini.
Alana mendesah dengan keras ketika pelepasan. Tubuhnya bergetar hebat, pantas saja orang beramai- ramai membicarakan hal ini ternyata perasaan yang ia dapat dari sebuah orgasme sangat sulit di jelaskan.
Milik Alana yang sangat sensitif membuat Baskara kehilangan akalnya. Ia mencengkram pinggul gadis itu erat-erat sambil terus bergerak dengan keras.
"Shit.."
Hentakan demi hentakan akhirnya mengantarkan Baskara pada puncaknya. Lelaki itu mendesah dengan
keras, cairannya mengalir sangat banyak dari inti Alana hingga selangkangan gadis itu.
Wow, ini baru pertama kalinya dan Baskara sudah sangat puas. Ia bahkan tidak pernah keluar sebanyak itu sebelumnya.
Tubuh Alana terkulai lemas, basah oleh keringat sehingga terlihat mengkilap dan juga cantik. Jangan lupakan tanda berwarna keungungan yang Baskara tinggalkan dan juga wajah memerah yang sangat cantik.
"Tolong buka..." ucap Alana pelan. Tangannya sangat pegal dan mati rasa karena ikatan ini. Ia meringis ketika Baskara menarik miliknya keluar.
Baskara menyeringai sebelum melepaskan ikatan pada tangan Alana. Terlihat bekas berwarna merah pada pergelangan gadis itu karena ikatan yang terlalu kencang.
"But we are far from done, princess." Kata Baskara penuh makna.
Nafas Alana tercekat. Apa maksudnya mereka akan melanjutkan kegiatan seperti tadi? Padahal Alana kira
semuanya sudah selesai namun ternyata belum... "L-lagi?"
"Yes. Untill you can't walk and begging me to stop."

.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang