WARNING
"Baskara dengerin aku.."
DUA PULUH EMPAT
Alana bersumpah jika kini ia sudah sangat kesakitan dengan semua perilaku yang Baskara berikan.
Baskara mengeratkan cengkramannya pada leher Alana, tidak memperdulikan semua rintihan gadis itu. "You fucking cheatting behind me!"
Alana menggeleng. Jika tangannya tidak diikat ia mungkin bisa sedikit berontak dan menahan lengan Baskara agar tidak terlalu erat melingkar di lehernya.
"Aku gak ngapa-ngapain..." Meskipun sulit, Alana mencoba membela dirinya karena sungguh semua dugaan Baskara salah.
Dalam hidup Baskara, ia tidak pernah dipemainkan oleh wanita. Apalagi sampai diselingkuhi seperti ini. Sungguh Baskara sangat murka.
"You let him kissed you!" "M-maaf..."
Alana memejamkan matanya ketika Baskara bergerak dengan sangat menyakitkan. Airmata sudah merembes membasahi wajahnya.
"You will see your mother die because her cancer."
Mata Alana terbuka karena ucapan Baskara. Apa tadi katanya? Kanker?
"Kanker? S-siapa?"
Wajah Baskara yang sudah menyeramkan jauh lebih mengerikan ketika lelaki itu menyeringai. "Kamu bakal tau akibatnya, because you--"
Alana menggeleng. "Sumpah Baskara aku enggak ngapa-ngapain...Baskara sakit!"
Baskara benar-benar acuh dengan suara kesakitan Alana. Ia sudah hilang akal dan hanya ingin memberi gadis itu pelajaran karena sudah main-main.
Dengan sekuat tenaga, Alana memberontak dan menarik tangannya yang terikat. Hal itu membuahkan hasil karena ia berhasil meloloskan kedua tangannya dari dasi Baskara yang mengikatnya.
"Baskara, tolong dengerin aku..." Alana terisak di punggung lelaki itu sambil memohon. Apa yang sedang Baskara lakukan kepadanya bukan hanya sekedar hubungan seks, tapi lelaki itu benar-benar menyiksanya.
85
Persetan dengan semua ucapan Alana, Baskara tidak peduli karena bayang-bayang Erza yang mencium gadis itu masih begitu lekat menempel di pikirannya.
Jemari Alana menangkup wajah Baskara, ia juga menatap lelaki itu lurus. "Aku berani sumpah kalau aku gak ngapa-ngapain..tolong berhenti." pintanya.
Baskara menghembuskan nafasnya dengan keras, wajah Alana yang terlihat begitu tersiksa seperti perlahan-lahan mengembalikan kesadarannya.
Hal ini tentu dimanfaatkan dengan baik oleh Alana, gadis itu mengambil nafas panjang lalu mengecup pipi Baskara. "Aku berani sumpah kalau aku gak ngapa-ngapain dengan siapapun. I'm totally yours, Baskara."
Sesungguhnya Baskara bisa mendengar ketulusan dari ucapan Alana, namun egonya masih sangat tinggi hingga sulit sekali untuk percaya.
"Maafin aku..." bisik Alana. Gadis itu membuang jauh-jauh harga dirinya untuk membujuk Baskara. Alana mendaratkan kecupan pada wajah lelaki itu berkali-kali.
"I don't trust you."
Alana mengangguk, meski terlihat menyerah tapi gadis itu tidak sepenuhnya mundur. "I'll do everything
you want. Everything. Please forgive me."
Padahal setelah mengatakan itu, Alana akan mendapatkan neraka nya karena ulah Baskara. Namun ia
tidak peduli, gadis itu rela menahan segala rasa sakit agar Baskara mau memaafkannya. Juga, demi pengobatan Ibu.
Alana remuk berkeping-keping sore ini, bukan hanya tubuhnya yang kesakitan tapi hatinya pun juga. Apalagi setelah mendengar dari Baskara jika Ibu menderita kanker, itu adalah mimpi buruk yang tidak pernah Alana bayangkan sekali pun.
***
Dengan sangat hati-hati, Alana meraih ponselnya yang tergeletak di nakas sebelah tempat tidur. Ia mengetikan pesan kepada keluarganya jika malam ini tidak bisa pulang, juga kepada Jennie karena lagi- lagi Alana meminjam nama sahabatnya itu untuk sebuah kebohongan. Meskipun sebenarnya terlambat karena ini sudah dini hari.
Alana terbangun karena tenggorokannya sangat kering. Ia berniat pergi ke dapur untuk mengambul minum, namun tubuhnya sakit bukan main.
Setelah Alana memohon berkali-kali, Baskara memang memaafkannya. Tapi lihat apa yang terjadi dengan dirinya sekarang? Alana benar-benar seperti perempuang menjijikan.
Selama mengenal Baskara, ini adalah malam paling mengerikan bagi Alana. Lelaki itu berubah menjadi monster yang tidak kenal kata ampun. Baskara melakukan banyak hal yang belum pernah ia lakukan kepada Alana, dan semua hal tersebut hanya menimbulkan rasa sakit bagi gadis itu.
86Pergerakan yang berasal dari Baskara, membuat Alana langsung menoleh was-was. Ternyata lelaki itu sudah membuka mata dan menatap Alana dengan sangat tajam.
Jantung Alana berdebar dengan sangat cepat. Apalagi yang sekarang Baskara inginkan?
Tetapi, semua diluar perkiraan Alana. Baskara bangkit dari kasur dan memakai celana tidurnya lalu melangkah keluar kamar. Gadis itu sedikit kebingungan, namun ia juga bergegas untuk memakai pakaiannya satu persatu.
Tepat setelah Alana selesai mengenakan pakaian dalamnya, Baskara muncul dengan sebuah kertas di tangan kanannya. Lelaki itu tidak terlihat ramah sama sekali.
Demi apa pun, Alana benar-benar takut dengan sosok Baskara yang bediri menatapnya sekarang. Ia tidak berani mengatakan sepatah kata pun pada lelaki itu.
"Perjanjian kita selesai. Ini cek yang sudah saya tanda tangani, kamu bisa berapa pun nominalnya." Alana menyerit ketika mendengar ucapan Baskara. "Hng? K-kenapa?"
Baskara mengambil rokoknya, lalu menyesap sebelum menghembuskannya tinggi-tinggi di udara. "Saya gak mau berhubungan dengan perempuan yang menjual dirinya ke beberapa pria berbeda."
Alana melongo, apa yang Baskara maksud barusan adalah tentang dirinya? "M-maksudnya?"
"Saya jijik berbagi dengan orang lain. And i'm sure, you are kind of whore who sleep around with a lot of mens."
Hati Alana begitu terluka ketika mendengar perkataan Baskara. Tentu saja Alana bukan perempuan yang seperti itu. "Kamu salah sangka, Baskara. Aku beneran kok gak ada--"
"Harusnya kamu berkaca Alana, perempuan miskin seperti kamu itu gak terlalu istimewa. Saya sudah berbaik hati dengan kamu, tapi kamu malah gak tau diri, serakah."
Baskara tidak menunjukan ekspresi apapun ketika mengeluarkan kata-kata pedas itu yang ia lontarkan kepada Alana.
"Apa maksud kamu adalah aku benar-benar menjual diri aku ke banyak lelaki karena uang? Begitu?"
"Yaiyalah! Sekarang yang baru ketahuan Erza, aku gak tau kalau mungkin aja ada banyak lelaki lain yang—"
Alana tidak kuat jika harus mendengarkan ucapan selanjutnya dari Baskara. "Aku gak serendah itu, Baskara."
Lelaki itu mengedikan bahunya santai. "Who knows? Siapa tau kamu juga ada main sama dosen kamu, temen kamu yang lain. You have nothing except your body."
87Meski Alana sudah menahan airmatanya sekuat mungkin, namun bulir kristal itu tetap jatuh membasahi pipinya.
"Padahal kamu adalah lelaki yang luar biasa cerdas, tapi ternyata kamu gak secerdas itu." Lanjut Alana, "I am virgin when the first time we meet. You know every detail of it and now, kamu bersikap seakan-akan aku adalah perempuan jalanan yang kamu pungut dari sampah."
Rahang Baskara mengeras ketika mendengar ucapan Alana. "Becareful with that little mouth!" "Aku udah jelasin ke kamu sebenar-benarnya, aku rela diperlakukan sedemikian rupa—" Baskara memotong ucapan Alana cepat. "Sekarang kamu pergi."
Brengsek, ini pukul tiga pagi dan Baskara mengusir Alana layaknya seekor kucing.
"Baik." Alana memakai celana jeansnya dengan cepat lalu mengambil barang-barangnya yang lain dan bersiap untuk pergi. Tapi ia tidak mengambil cek yang Baskara berikan.
"Bawa cek yang saya kasih." Kata Baskara tegas.
Alana sudah berada di depan pintu sebelum menyahuti. "Saya gak butuh."
Baskara tertawa dan hal itu membuat Alana kebingungan. "Bawa cek kamu daripada kamu menyesal nanti Ibu kamu meninggal karena kurang perawatan.
"Don't you dare to say anything about my mother!" Alana berteriak sambil menunjuk Baskara, meski suaranya bergetar dan matanya dihiasi oleh airmata yang jauh deras Alana tidak takut sama sekali dengan respon Baskara selanjutnya.
Baskara baru saja ingin menimpali ucapan gadis itu namun Alana sudah kembali berucap. "Kamu mau aku bawa ceknya? Fine aku bawa. Apalagi? Kamu mau apalagi?"
"Pergi."
Alana menarik nafas lalu mengangguk. "Kamu keterlaluan Baskara. Dari awal kamu yang memanipulasi keadaan tapi sekarang, kamu juga yang membuat aku persis seperti perempuan murahan yang hanya bisa jual diri."
"Kamu lelaki paling brengsek yang pernah aku kenal."
