9

1 1 0
                                    

SEMBILAN
Pandangan Alana terfokus pada layar laptop yang berada di hadapannya. Ia masih mengerjakan tugas yang seharusnya selesai tadi sore bersama Jennie dan Erza. Sebagai permintaan maaf, makanya Alana rela begadang.
Ketika sedang terfokus dengan tugasnya yang tinggal sedikit lagi selesai, tiba-tiba ponsel Alana berbunyi. Gadis itu sedikit sangsi karena ini sudah hampir tengah malam, dan siapa juga yang meneleponnya saat ini?
Ternyata itu adalah panggilan video dari Baskara, melihat nama itu muncul di layar ponselnya Alana langsung mengangkat panggilannya.
"Halo Baskara.." Alana menyapa dengan sedikit canggung, pasalnya ini pertama kalinya ia melakukan sebuah videocall tengah malam dengan seorang lelaki.
"Kamu lagi ngapain?" Tanya Baskara, lelaki itu sangat penasaran dengan apa yang sedang Alana lakukan malam-malam begini.
"Aku lagi ngerjain tugas..."
Pandangan Alana beralih dari layar laptop ke ponselnya, ia baru menyadari jika Baskara sedang shirtless. Wajahnya mendadak memerah karena hal ini.
"Besok ke tempat saya."
Mata Alana langsung menatap Baskara kaget, masalahnya besok kan masih weekdays. Kenapa Baskara menyuruhnya datang? Bukannya Alana hanya bekerja setiap weekend?
"Bukannya weekend ya, aku ke tempat kamu?" Tanya Alana takut-takut.
"Pulang kampus ke tempat saya. Soalnya kita mau short tip."
"Hah?"
Alana harap pekikannya tidak terlalu nyaring dan terdengar oleh Adfar atau orangtuanya. Short trip kata Baskara? Kemana?
Sungguh, ekspresi Alana ketika kaget sangat menggemaskan. Baskara jadi ingin memakan gadis itu hidup-hidup.
"Saya ada kerjaan di luar kota. Jadi daripada bosan, mending kamu saya ajak. Gimana?"
Ada satu hal yang langsung terlintas di kepala Alana. Yaitu bagaimana cara mendapatkan izin dari orangtua nya? Bagaimana Alana membuat alasan?
Alana menggaruk tengkuknya. "Aku izinnya gimana?" tanyanya.
31
"Besok kuliah aku jemput. Nanti aku kasih tau gimana caranya."
Ah sepertinya Baskara sudah memikirkan hal ini matang-matang. Batin Alana. "Oke..."
Fikiran Alana menjadi sulit untuk fokus kembali dengan tugasnya setelah perkataan Baskara. Selain ia tidak pernah ke luar kota dengan orang lain kecuali keluarganya, Alana juga jadi bertanya-tanya apa yang akan dirinya lakukan disana nanti.
Baskara kembali bersuara. "Ngomong-ngomong, kamu cantik juga kalau pakai tank top kaya gitu."
Wajah Alana langsung merona, semoga hal ini tidak terlihat di layar ponsel Baskara. Tangan Alana mengambil sebuah boneka beruang yang bertujuan untuk menutupi tubuhnya.
"Hehehe iya, soalnya udah mau tidur." Baskara tidak menyahuti ucapan Alana, lelaki itu hanya menyeringai. Membuat Alana bergedik ngeri.
"Yaudah, kamu tidur. Sekalian packing barang-barang kamu." "Iya."
"Good night."
***
Beruntung pagi ini Alana tidak kesiangan, jadi ia bisa menyisihkan waktu untuk menggunakan make up. Menutupi kantung matanya yang kurang tidur.
"Lo ngantuk banget sih, Al?" Tanya Jennie, gadis itu menghampirinya sambil membawa susu kaleng dan memberikan kepada Alana.
"Begadang gue." Jawab Alana.
Jennie hanya manggut-manggut, pasti karena menyelesaikan tugas. Alana kan anaknya sangat bisa dipercaya dan juga diandalkan, ya meskipun terkadang usahanya terlalu berlebihan.
"Ngapain bedagang. Tugasnya gak usah bagus-bagus banget, nanti dosen nyadar lagi kalau yang ngerjain elu doang."
Kali ini Alana terkekeh, Jennie sudah sering mengucapkan hal demikian. Karena sudah beberapa kali dosen menanyakan kelompok mereka tentang siapa yang mengerjakan tugasnya, ya pasti Alana. Dosen pun tahu bagaimana kemampuan Alana menyelesaikan tugasnya selalu dengan sangat baik.
"Tinggal bilang aja lo bagian beli gorengan." Ledek Alana.
"Setuju. Eh gak beli gorengan juga ya! Gue sering beliin ayam geprek ama chatime!" Protes Jennie yang mengundang gelak tawa Alana.
Jennie kembali bersuara. "Ngomong-ngomong, weekend jalan yuk Al? Temenin gue ke mall?"
32

Alana menoleh ke arah Jennie dengan raut wajah sendu. "Maaf ya, gue gak bisa. Weekend gue kan freelance."
Jennie menghembuskan nafas, baru tersadar jika sekarang Alana sibuk menjadi seorang freelancer. "Ah iya. Gapapa kok, tapi gue kangen aja gitu. Kayaknya udah lama gak sih, Al, kita gak hangout?"
Alana mengangguk setuju. Mungkin sekitar satu bulan lamanya ia dan Jennie tidak pernah pergi berdua lagi kala weekend, tentu saja karena sekarang waktu weekend Alana sudah sepenuhnya milik Baskara.
"Yaudah jangan sedih, nanti gue cari waktu deh buat nemenin pipi donat!" Jennie langsung merengut. "Gue tirus ya!"
"Hahaha iya iya." Semua orang juga tau kalau pipi Jennie memang sangat menggemaskan dan minta dicubit.
Setelah selesai menjalani kegiatan kampus, Alana sengaja menunggu Baskara di tempat yang tidak terlalu ramai. Sedikit menjauh dari gerbang kampusnya.
Sungguh Alana sedikit gelisah dan waswas, ia takut jika ada yang melihat dirinya nanti. Apalagi di jemput menggunakan mobil mewah, pasti langsung berpikir yang tidak-tidak karena Alana bukan dari kalangan kelas atas seperti itu.
Dari jarak sepuluh meter, Alana sudah melihat mobil sedan berwarna putih mendekat. Itu mobil Baskara, Alana tau.
Dengan cepat Alana langsung memasuki mobil tersebut, tanpa menoleh ke belakang lagi untuk memeriksa apakah ada yang melihat atau tidak.
Alana sih yakin, kampus sudah cukup sepi. Dan beberapa teman sekelasnya pun sudah banyak yang pulang karena cuaca mendung. Tapi Alana tidak tahu jika masih ada sepasang mata yang melihat Alana memasuki mobil itu.
Sosok itu pun hapal dengan mobil mewah berplat nomor yang dipesan khusus. Ia yakin jika itu adalah mobil seorang Baskara Haris, namun pertanyaannya adalah ada hubungan apa Baskara dengan Alana?

.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang