SEBELAS
Alana terbangun ketika cahaya mentari sudah mulai mengusiknya. Gadis itu merenggangkan tangannya, sial ia merasa sangat lelah.
Ternyata Baskara sudah tidak ada di kamar, mungkin lelaki itu sudah pergi untuk mengurus pekerjaannya.
Perlahan, Alana bangkit dari kasurnya. Oh ternyata begini suasana pagi hari di Bali, sebentar ternyata ini sudah tidak pagi lagi. Alana bangun ketika matahari sudah bersinar sangat terang.
Ah sial, pemandangan indah ini berbanding terbalik dengan mood Alana. Gadis itu merasakan perasaan yang selalu mengganjal setiap mengingat apa yang ia dan Baskara lakukan semalam.
Setelah selesai mandi, Alana melangkahkan kaki ke arah kolam renang. Kalau dipikir-pikir, sebenarnya sedikit menyeramkan berada di villa sebesar ini sendirian. Makanya Alana memilih untuk berada di luar ruangan dengan pemandangan yang cukup mendistraksi pikirannya.
Kalau Alana bisa berenang, mungkin ia akan menyeburkan diri ke dalam kolam jernih itu. Namun sayangnya gadis itu sangat payah, jadi yang bisa Alana lakukan hanya merendam kakinya ke dalam kolam renang.
Pemandangan lautan yang terhampar dengan sangat indah benar-benar membuat Alana tenggelam dalam pikirannya sendiri, ia bahkan tidak menyadari jika ada seseorang yang berdiri di belakangnya sejak beberapa menit lalu.
Sentuhan pada pundak Alana membuat gadis itu terlonjak kaget, beruntung ia tidak jatuh ke dalam kolam karena respon berlebihannya tersebut.
"Kamu ngagetin aku..." Alana menyentuh dadanya yang masih bergemuruh karena terkejut.
Sosok yang diajak bicara hanya menghela napas, tidak habis pikir dengan respon Alana yang berlebihan itu.
"Kamu emang lagi mikirin apasih?" Tanya Baskara.
Alana bangkit dari posisinya sebelum menjawab. "Mikirin dunia." Sahutnya.
Baskara melirik Alana tajam, oh sekarang gadis itu terlihat kesal dengan dirinya. Dasar aneh.
"Udah sarapan?" Tanya Baskara.
"Sarapan dimana?"
"Astaga." Baskara mengerang kesal, Alana ini bodoh atau apasih? "Kan ada layanan servis. Kamu tinggal telepon dan pesan makan apa aja nanti dibuatin sama chef nya."
Alana benar-benar merasa tidak cocok berada di tempat ini. Dari pertama kali datang sampai sekarang, Baskara selalu marah-marah jika ia tanyakan tentang hal yang Alana tidak tau.
38
Padahal Alana hanya menanyakan hal sederhana yang tidak perlu jawaban kritis. Contohnya seperti cara menyalakan shower, atau mem-flush kloset. Bukannya Alana terlalu norak, tapi fasilitas yang ada di tempat ini memang belum ia temui sebelumnya karena tekhnologi yang terdapat di dalamnya jauh lebih canggih.
"Aku kan gak tau." Dari semua kekesalannya, Alana hanya mampu mengatakan hal tersebut di depan Baskara.
Baskara menghela napas. "Yaudah kamu masuk gih, terus makan. Sama aku punya bingkisan untuk kamu."
Sungguh Alana sangat penasaran dengan bingkisan yang Baskara maksud. "Bingkisan apa ya?" "Masuk."
Alana merengut, dasar lelaki menyebalkan yang otoriter.
Kaki Alana melangkah memasuki villa disusul Baskara di belakangnya. Lelaki itu menatap kaki mungil Alana yang menggemaskan, seperti kaki anak ayam karena menurutnya sangat kecil. Selain itu, Baskara baru menyadari jika ini pertama kalinya ia melihat Alana menggunakan hot pants. Ia harus menyuruh gadis itu sering-sering menggunakannya nanti karena celana pendek seperti itu sangat cocok di tubuh Alana.
Ketika sampai di ruang tamu, Alana menghitung paper bag yang berjejer di sofa dalam hati. Sial itu lumayan banyak dan pasti harganya mahal.
"Itu isinya apa?" Lagi-lagi Alana bertanya dengan penuh rasa penasaran.
Baskara menyeringai, lalu Alana sudah bisa menebak jika isi dari paper bag tersebut adalah sesuatu yang mungkin saja tidak dirinya sukai.
"Nanti malam kita party, ya?"
"Ya?"
"Kamu sama aku. Tapi sekarang kamu makan dulu, habis itu kita berenang."
Menyebalkan, kenapa harus berenang sih? Padahal kan Alana sudah memberi tahu jika ia tidak bisa berenang.
"Aku gak bisa berenang." Kata Alana. Baskara mengalihkan atensinya dari layar ponsel dan menatap gadis itu. "Tapi aku bisa."
Setelah itu mereka terjebak dalam keheningan dan pikirannya masing-masing. Alana tidak berani memainkan ponselnya di depan Baskara, entah kenapa ia selalu takut jika berada di dekat lelaki itu.
Bermenit-menit berlalu mereka terjebak dalam keheningan, hingga suara bel berbunyi. Alana kembali menatap Baskara dengan penuh tanya, lalu beberapa orang dengan pakai seragam memasuki villa mereka beserta hidangan yang sangat banyak.
39Alana mengikuti Baskara dari belakang, berbisik kepada lelaki itu seraya matanya menatap makanan yang mereka bawa. "Itu buat siapa?" Tanyanya.
"Us."
Hah? Sebanyak itu? Oh, mungkin Baskara akan menyimpan makanan-makanan tersebut untuk malam
nanti. Makanya lelaki itu memesan banyak sekali.
Semua staff villa terlihat sangat menghormati Baskara, mereka tersenyum dan membungkuk di depan lelaki itu.
Selesai menata makanan di meja, Baskara memberikan puluhan lembar uang kepada salah satu staff lalu menyuruhnya membagikan uang tersebut kepada rekan-rekannya.
Mata Alana sampai melotot, jika dilihat-lihat uang tip yang Baskara berikan bisa sampai berjuta-juta. Hah yang benar saja!
Dari semua makanan yang dihidangkan, Alana paling menyukai dessert yang merupakan cake in jar. Tanpa sadar Baskara sampai tersenyum melihat gadis itu yang heboh sendiri karena rasa lezat atas kue tersebut.
"Kalau sudah makan, kita berenang."
Alana tersedak mendengar ucapan Baskara. "Sekarang?" "Kalau sudah selesai."
***
Ternyata bingkisan yang Baskara bawa berisi beberapa bikini dan juga dress yang seksi. Alana jadi semakin tidak mood setelah mengenakan salah satu bikini yang Baskara berikan, ia merasa sangat risih. Bikini ini terlalu mengekspos tubuhnya. Yang memang sih, sebenarnya Baskara sudah melihat seluruh tubuh Alana namun bagaiamana pun rasanya tetap berbeda.
Baskara membuka pintu kamar mandi dengan perasaan kesal, Alana sangat lelet padahal hanya mengganti pakaiannya dengan sebuah bikini. Namun setelah melihat gadis itu, rasa kesal Baskara menguap.
Meskipun sudah berkali-kali melihat Alana tanpa balutan apapun, tapi melihat pemandangan ini Baskara merasakan sesuatu yang berbeda. Alana sangat cantik, menggemaskan dan juga menggairahkan di saat yang bersamaan.
"Kalau lima menit lagi kamu masih di kamar mandi, kamu bakal ngerasain hal yang persis kayak semalam."
Alana mengangguk dengan cepat. Ia tidak mau mengulanginya lagi, Baskara sangat kasar dan juga menyeramkan.
40Pada awalnya Alana hanya duduk di pinggiran kolam, memperhatikan Baskara berenang dengan sangat lihai layaknya seorang atlet. Namun itu tidak berlangsung lama ketika lelaki itu menariknya ke dalam air, membuat Alana panik dan melingkarkan tangannya pada leher Baskara.
Wajah Alana bersemu karena jarak yang sedekat ini dengan Baskara. Ternyata lelaki itu sangat rupawan, tubuhnya pun juga sangat proposional. Gadis itu tidak pernah menyadarinya hal ini sebelumnya.
Baskara terlihat sangat rupawan.
Tangan Alana yang berada di dada lelaki itu ternyata bisa merasakan debaran jantungnya. Baskara berdebar karena ia sudah lama tidak pernah merasa hatinya sehangat ini hanya karena dekat dengan seorang perempuan.