DUA PULUH TIGA
"Ya lo harusnya kasih tau gue dong, Al!" Kata Jennie kesal.
Alana menunduk, ia mengaduk es jeruknya lalu menatap wajah Jennie yang sudah seperti kucing
ngambek. "Sorry...abis gue ngerasa gak terlalu penting?"
"Kalau lo pacaran dengan cowok seumuran kita, emang gak penting. But he's Baskara and he's 14 years
old older than us."
"Yaudah-yaudah, sekarang lo udah tau kan?"
Jennie akhirnya menghela napas. Ia meluruhkan semua perasaan gregetnya karena sikap Alana. "Oke, fine. Tapi selama pacaran sama dia, lo tau kan konsekuensinya? Apa yang harus lo lakuin?"
"Iya gue tau."
"Lo pakai pengaman kan?" Bisik Jennie. "Hmm."
Sebenarnya semua sikap defensif Jennie dikarenakan satu fakta yang membuatnya sedikit kecewa, yaitu Alana sudah melakukan sesuatu yang cukup jauh dengan Baskara. Jennie takut sekali jika sahabatnya itu akan menjadi korban atau pihak yang tersakiti nantinya.
"Si Bee gimana? Gagah gak?"
Alana langsung menoleh ke arah Jennie dan menadapati wajah iseng gadis itu yang sedang menatapnya antusias. Kemana perginya Jennie si cewek galak barusan?
"Bee?" Tanya Alana kebingungan.
Jennie mengangguk. "Iya nama samaran pacar lo, gimana? Cerita dong, biar gue ngerti dikit-dikit." ucapnya heboh.
Untuk menjawab pertanyaan Jennie, Alana harus mengingat kembali bagaimana Baskara ketika sedang menguasai dirinya. Lelaki itu benar-benar seorang dominan yang luar biasa gagah dan juga menjengkelkan.
Alana menatap Jennie lurus dan bertanya balik. "Menurut lo gimana setelah lihat gue kemarin?"
Secara tiba-tiba, Jennie memeluk tubuhnya sambil memekik heboh. "Aaak! Alana mah!" Lanjutnya, "menurut pengamatan gue...he's totally awesome?"
"He's jerk and..huge."
Pipi Jennie langsung merona ketika mendengar ucapan Alana. Astaga, ia tidak pernah menyangka jika
sahabatnya sudah berubah banyak karena seorang lelaki bernama Baskara.
81
Jika harus jujur, sebenarnya Alana sangat malas menghadiri festival musik yang diadakan kampusnya ini. Selain ia tidak terlalu hapal dengan lagu-lagu milik guest star, Alana juga lebih ingin istirahat di rumah saja. Kalau bukan Jennie yang terus merengek dan memintanya menemani, Alana pasti enggan.
Alana menoleh ke arah Jennie, ia melihat senyuman di wajah gadis itu yang sangat cantik.
"Jen, gue beli air dulu ya?" Tanya Alana.
Jennie mengangguk. "Jangan lama-lama, gue tungguin disini!" katanya.
Suara riuh terdengar sangat jelas dari booth tempat Alana membeli minum. Mungkin yang sedang tampil adalah salah satu guest start terfavorit, batin Alana.
Setelah selesai, Alana kembali ke tempat dimana Jennie menunggunya. Namun yang membuatnya kaget adalah suara Erza yang sangat jelas dan tatapan orang-orang ke arahnya.
"There she is. Cewek yang palai baju rajut warna cokelat dan pegang dua cup minuman, she is my girlfriend." Ucapnya lantang dan sahutan heboh terdengar dengan sangat nyaring.
Tidak sampai situ saja, Alana semakin dibuat menganga oleh ucapan Erza selanjutnya. "Alana, i love you!"
Sungguh Alana yakin sekali jika sekarang Erza sedang mempermalukannya karena demi apapun ia masih ingat ucapan pedas yang lelaki itu lontarkan kepadanya.
Alana melangkah menjauhi kerumunan orang-orang dan mencari tempat yang lebih sepi. Brengsek! Airmatanya menetes karena hal ini. Ia benar-benar akan menampar wajah menyebalkan Erza.
Suara Jennie yang meneriaki nama Alana membuat gadis itu menghentikan langkahnya. Jennie terlihat tersengal karena berlari mengejar Alana.
"Alana..." ia hanya mengucapkan itu dan langsung memeluk tubuh Alana erat. Jennie tau jika Erza sedang mempermainkan sahabatnya tadi.
"Lo tau kan Jen, gue gak ada hubungan apa-apa sama dia?"
"Iya gue tau."
"Terus ngapain dia ngomong gitu?"
Tentu saja tujuan di balik tindakan Erza tadi masih abu-abu, baik Jennie atau pun Alana masih sama-sama tidak tau apa tujuannya.
"Erza udah gila kali ya? Atau terobsesi sama lo? Atau sakit hati karena lo pacaran sama omnya?"
Dari tiga kemungkinan yang Jennie sebutkan tadi, poin ketiga adalah hal yang paling masuk akal. Pasti semua ada kaitannya dengan Baskara.
Ditengah suasana yang sudah kacau, suara penyebab semua masalah kembali terdengar. Erza menyusul Alana dan Jennie.
82"Alana, kok lo pergi sih?" Tanyanya dengan ekspresi yang dibuat sekhawatir mungkin, padahal Alana sudah tau jika itu hanya acting belaka.
Alana menahan gejolak amarahnya yang hampir meledak, ia tidak mau menimbulkan masalah lagi. "Maksud lo apasih kayak gitu tadi? Pacar apaan, gue bukan pacar lo, Za!" bentaknya.
Erza mendekat, menghampiri Alana dan ingin menggenggam tangan gadis itu namun secepat mungkin Alana tepis.
"Gue tanya sekali lagi, maksud lo apa?"
"Gue mau lo jadi pacar gue, Al."
Alana mendengus. "Gila! Lo pengen liat gue disiram air got lagi sama Mami lo?"
Mungkin ini batasnya, Alana sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi kepada Erza. Ia menunjuk wajah lelaki itu. "Jangan libatkan gue dalam--"
Ucapan Alana terhenti karena secara tiba-tiba Erza menciumnya. Bajingan sialan! Sekuat tenaga, Alana mendorong Erza mejauh ia menampar lelaki itu dengan sangat keras.
"Brengsek, apa-apaan sih lo?!"
Alana bersumpah ia bisa melihat seringai di wajah Erza untuk beberapa detik. Dengan santainya, ia mengedikan bahu. "Dicium aja marah. Biasanya juga lebih—"
"Za, apaan sih lo?!" Timpal Jennie yang ikut terpancing emosinya, pasalnya ia melihat dengan jelas bagaimana lelaki itu bersikap layaknya orang gila sekarang.
"The show is only begin, Al."
Ucapan Erza membuat Alana menyerit kebingungan, namun detik berikutnya ia mengerti maksud dari
perkataan tersebut.
Alana hampir kehilangan nafasnya ketika melihat Baskara yang berdiri tidak jauh di belakang Erza. Lelaki itu berpenampilan sedikit berbeda, tidak ada pakaian formal seperti biasanya.
"So you want to show me this?" Baskara berbicara dengan gadis di sebelahnya, seingat Alana itu adalah Vanessa.
"Erza suruh gue kesini, katanya ada yang seru ternyata cuman nontonin dia pacaran." Wow, satu lagi manusia yang sama menyebalkannya dengan Erza.
Rahang Baskara mengeras karena ia melihat dengan mata kepalanya sendiri atas apa yang Alana dan Erza sialan itu lakukan. Jika ia tidak segera pergi dari sini, mungkin Baskara akan menimbulkan kekacauan karena amarahnya.
"Alana, kamu mau bicara sama saya atau tetap disini dengan pacar kamu?" Itu tidak terdengar seperti pertanyaan, Alana merasa terancam oleh perkataan Baskara.
83"A-aku ikut kamu."
Jadi sekarang Alana sedang terseret dengan keluarga kaya raya yang lihai menjebak satu sama lain. Sialnya, lagi-lagi Alana harus menjadi pihak yang dirugikan.