17

2 1 0
                                    

TUJUH BELAS
Hampir satu minggu lamanya Alana menjauh dari dua lelaki yang membuatnya merasa tidak nyaman, siapa lagi kalau bukan Baskara dan juga Erza. Sebisa mungkin Alana tidak terlibat interaksi apapun dengan keduanya, bahkan ia mengacuhkan panggilan Baskara yang terus menerornya.
Sejak kejadian di kantor Baskara, Alana benar-benar tidak tau bagaimana dirinya harus bersikap. Apa yang harus ia lakukan di depan Erza dan sungguh, dirinya masih sangat kecewa dengan Baskara.
Alana yakin sekali jika Baskara dengan sengaja mempertemukan dirinya dan juga Erza. Tidak mungkin semua hanya kebetulan semata.
Kaki Alana melangkah dengan cepat menyusuri koridor kampus, ia harus segera pulang sebelum bertemu Erza dan merasa canggung. Tapi sialnya, sosok itu sudah ada di hadapannya dan Alana tidak bisa lagi bersembunyi.
"Lo kemana aja, Al?" Suara Erza masih terdengar sama, namun Alana bisa melihat sorot matanya yang menyembunyikan sesuatu.
"Gue gak kemana-mana.."
Jika Erza dan keluarga tidak tersandung masalah dengan perempuan simpanan atau apapun itu namanya, mungkin Alana akan biasa saja.
"Gue cuman mau tanya satu hal doang sama lo. Apa pekerjaan yang lo lakuin sama Paman gue?" Mata Erza menatap Alana lurus, tidak sedetik pun lelaki itu mengalihkan pandangannya ke lain arah.
"Gue freelancer."
Alana tau untuk sekarang jawaban itu mungkin terdengar bodoh, tapi ia benar-benar kehabisan kata. Toh,
Erza sebenarnya juga sudah tau kan?
Erza mendengus, ia mengusap wajahnya secara kacar sebelum kembali bersuara. "What kind of job that
you take? I can see his semen all over you shirt, Al."
Betul kan tebakan Alana jika Erza sebenarnya sudah tau.
"You shouldn't asking me when you already knew the answer." Sahut Alana, ia mengulas senyum tipis sebelum bergegas meninggalkan Erza. Tidak ada gunanya juga kan membela diri saat Erza sudah tau yang sebenarnya?
Alana melangkah dengan cepat, berusaha tidak memperdulikan Erza lagi di belakangnya. Persetan lah dengan pikiran lelaki itu tentang dirinya. Hal seperti ini akan terjadi cepat atau lambat.
Suara Erza yang menyapa telinganya ternyata berhasil membuat Alana menghentikan langkahnya.
62
"Gue kira lo beda, Al. Ternyata lo pun juga rela melakukan semuanya demi uang, lo...gak sebaik penampilan lo."
***
Ternyata Alana tidak sekuat itu untuk melupakan perkataan Erza yang membekas di kepalanya. Sungguh itu sangat menyakitkan, meski yang dikatakan Erza mungkin saja tidak sepenuhnya salah.
Tapi Erza atau siapa pun itu, tidak tau alasan di balik Alana melakukan semua ini. Mereka tidak tau kenapa Alana rela menenggelamkan dirinya pada lubang yang penuh dosa.
Ponsel Alana kembali berdering untuk kesekian kalinya hari ini, dan nama yang sama muncul pada layar ponselnya.
Alana mengangkat panggilan tersebut, ia juga ingin meluapkan kekesalannya pada Baskara sialan itu. "Aku di depan rumah kamu. Keluar sekarang atau aku masuk."
Tanpa menjawab apapun, Alana langsung mematikan panggilannya dan bergegas keluar rumahnya menemui lelaki itu.
Mobil Baskara terparkir sepuluh meter dari rumah Alana, gadis itu berjalan dengan cepat memasuki mobil Baskara.
"Bisa biasa aja gak tutup pintunya?" Tegur Baskara. "Kamu mau apa?" Tanya Alana balik dengan nada sinis.
Wow, Baskara cukup tercengang dengan respon yang Alana berikan. Apa yang terjadi dengan gadis penurutnya ini?
Baskara menatap Alana lekat, ia benar-benar tidak tau apa yang ada di kepala gadis itu. "Kamu kemana aja? Aku telepon kamu berkali-kali tapi satu pun gak ada yang diangkat." ucapnya.
"Aku sibuk." Jawab Alana cepat.
"Sibuk apa? Sibuk membujuk gebetan kamu, hmm?"
Alana menolehkan kepalanya, menatap balik Baskara. "Kamu mau apasih, Bas? Aku udah bilang sama kamu kalau aku gak ada hubungan apa--"
Baskara memotong ucapan Alana lalu bertanya. "Tapi kenapa kamu gak angkat telepon aku?"
"Aku sibuk." Jawab Alana.
"Sibuk membujuk gebetan kamu kan?"
Demi apapun, Alana sangat kesal saat ini. Baskara benar-benar seperti bocah tolol yang sulit diberi pengertian.
63

"Berapa kali sih aku bilang kalau aku gak ada hubungan apa-apa dengan Erza atau siapa pun? Kamu mau bukti apalagi?" Alana menghela napas sejenak lalu kembali melanjutkan ucapannya, "I suck your dick, i do everything you said. What else i have to do for you?"
Baskara tidak percaya jika yang berteriak padanya adalah Alana. Gadis itu sangat berbeda dengan biasanya. "Don't yell at me." ucapnya tegas.
Alana mengerang frustasi. "Kamu mau aku kayak gimana? Aku udah—"
"Don't ever yell at me!" Baskara mencengkram wajah Alana erat. Matanya menyorotkan kemarahan yang sangat membara.
"So please don't do that again..." ditengah-tengah ketakutannya, Alana mencoba menyuarakan isi hatinya kepada Baskara dan alasan dibalik sikap acuhnya kepada lelaki itu selama seminggu terakhir ini.
"Aku tau di depan kamu mungkin aku udah gak ada harga dirinya lagi, i know. Tapi Erza teman aku, apa aku gak boleh mempertahankan harga diri aku di depan mereka? Apa seluruh dunia harus tau jika aku seorang perempuan bayaran? Begitu, Baskara?"
Cengkraman Baskara mengendur, amarah yang semulanya sangat menggebu-gebu perlahan menguap seiring penjelasan yang Alana berikan.
"Seingat aku, kita berdua sepakat untuk merahasiakan tentang hal ini. Tapi kenapa kamu malah bersikap seperti aku?"
Airmata Alana menetes tepat setelah ia selesai mengatakan hal tersebut. Gadis itu benar-benar merasa kecewa atas sikap Baskara beberapa waktu lalu.
"Kamu mau menunjukan—"
Baskara tidak mau mendengar ucapan Alana selanjutnya, oleh karena itu ia membungkam bibir Alana dengan bibirnya. Entah kenapa ia merasakan sesuatu yang janggal ketika melihat gadis itu menangis.
Setelah mengenal Baskara, ini adalah pertama kalinya Alana menikmati ciuman yang lelaki itu berikan. Baskara tidak kasar atau pun menuntut seperti biasanya, lelaki itu memperlakukan Alana dengan sangat baik.Kepala Alana sampai pening karena ciuman yang memabukkan ini. Ia terlarut dan rasanya tidak ingin melepaskan bibir Baskara yang sedang bergerak mengunci bibirnya.
Baskara menarik diri, tangannya menangkup wajah Alana sambil mengecup semua bagian wajah gadis itu dengan lembut. "Aku minta maaf...i don't mean to do that. I just, i just want to show him that you are mine and mine only."
"But if i hurt you, i'm really sorry."
64

.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang