TIGA
Ternyata Baskara tidak berbohong, tepat setelah Alana mengiyakan tawaran lelaki itu perawatan Ibu jadi sangat terjamin. Bukan hanya itu saja, Baskara juga langsung membuat Bapak naik jabatan.
Sudah berhari-hari sejak pertemuan pertamanya dengan Baskara, Alana tidak mendapatkan kabar apapun dari lelaki itu hingga hari ini. Sebuah pesan singkat yang berasal dari Baskara berisi tentang ia akan segera menjemputnya setelah selesai kelas.
Alana merasa berdebar, matanya bergerak awas keseluruh penjuru jalanan depan kampus. Hingga sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti tepat di hadapannya. Ia tidak perlu menebak siapa yang ada di dalam, karena plat nomor mobil tersebut sudah cukup jelas siapa pemiliknya.
Wajah Baskara muncul dari jendela yang terbuka sedikit dan mengisyaratkannya untuk masuk. Tangan Alana bergetar ketika membuka kenop pintu dan memasuki mobil tersebut.
"Halo, Alana." Meski Alana tau tujuan Baskara untuk menyapa, tapi entah kenapa suara lelaki itu terdengar menyeramkan di telinganya.
Alana tersenyum canggung. "Iya, Pak."
Baskara terkekeh, melepas kacamata hitamnya dan menatap Alana. "Memang saya tua banget sampai dipanggil, Pak?"
Wow. Memangnya ia harus memanggil Baskara seperti apa? Itu adalah panggilan tersopan untuk lelaki yang umurnya berada di atas Alana dengan jabatan yang tinggi pula. Tidak mungkin Alana memanggil Baskara dengan sebutan layaknya teman kan?
"Hehehe maaf..."
Baskara masih memasang senyum merekah di wajah rupawannya itu. "Its okay, nanti saya kasih tau bagaimana kamu harus memanggil saya. But now, kita ke salon dulu."
"Ke salon untuk?"
Mata Baskara menatap Alana dari ujung kepala hingga kaki sebelum menjawab. "For you."
Sungguh Alana masih kebingungan. Apa Baskara ingin merubah penampilan Alana karena ia terlalu biasa?
"Oh..mau make over ya?"
Baskara menyeringai sebelum mendekat dan membisikkan kata yang membuat wajah Alana bersemu.
"You must be so beautiful."
10
Alana menoleh untuk menatap Baskara, namun ia terlonjak karena sesuatu yang lembab mendarat di bibirnya. Benda asing yang ternyata bibir Baskara terus bergerak dan memanggut Alana dengan sangat menuntut.
Itu ciuman pertama Alana! Dan ia tidak tau harus berbuat apa karena tubuhnya seperti membeku. Ini adalah sensasi baru yang sangat aneh bagi Alana.
Baskara dengan sengaja menggigit bibir bawah Alana, membuat gadis itu merintih dan otomatis membuka mulutnya. Memberikan akses lebih untuk Baskara menginvasi gadis itu lebih jauh.
Wajah Alana bersemu merah, pasalnya supir Baskara ada di kursi pengemudi dan bisa melihat dengan jelas apa yang mereka lakukan. Namun Baskara terlihat sangat cuek dan malah memperdalam ciumannya.
Alana mengeluarkan suara yang sangat ia tidak sukai ketika Baskara memindahkan sentuhannya ke bagian leher dan rahang gadis itu.
Astaga ini sangat memalukan. Alana ini mendorong Baskara menjauh saat lelaki itu terus menghimpitnya ke arah pintu.
"Good girl.." Akhirnya Baskara melepaskan diri setelah merasakan gelagat tidak nyaman dari Alana. Wajah gadis itu sangat cantik, padahal ini belum seberapa. Baskara jadi tidak sabar untuk mencoba hal- hal lain dengan Alana.
Tidak ada kata yang keluar dari mulut Alana karena gadis itu masih syok dan kebingungan. Rasanya ia ingin lari saat ini juga.
"Ayuk, sudah sampai." Kata Baskara. Alana menoleh ke kanan dan kiri hingga menyadari sebuah salon yang megah.
Baskara melangkah dengan sangat percaya diri, mengacuhkan tatapan kagum dari para pengunjung lainnya. Kaki panjangnya itu terus melangkah hingga sebuah ruangan bertuliskan VVIP terlihat.
"Masuk." Perintahnya kepada Alana.
"Ya?"
"Masuk."
Sungguh aura Baskara sangat menyeramkan, lelaki itu tidak terlihat seperti Baskara yang ramah saat sedang ada diseminar-seminar yang biasa Alana lihat.
Alana melangkah dengan takut-takut. Ruangan itu terlihat jauh lebih mewah dan eksklusif.
"Siang, Pak Baskara." Baskara mengulas senyum tipis kepada pegawai salon.
"Like usual. Dua jam lagi saya kesini untuk jemput Alana."
Total tiga pegawai yang ada di ruangan ini tersenyum patuh mendengar perintah Baskara. Apa lelaki itu sering ke salon? Batin Alana bertanya-tanya.
11Baskara berbisik sebelum meninggalkan ruangan itu. "See you in two hours..."
Alana meremang bukan hanya karena suara berat Baskara yang menyapa telinganya, tapi juga rematan
lelaki itu di pinggangnya.
***
Baskara hadir tepat setelah dua jam meninggalkan Alana di salon ini. Ternyata untuk menjadi cantik itu menyakitkan, Alana sampai harus menahan tangis karena berbagai macam prosedur kecantikan yang harus ia jalani.
Lagi-lagi Baskara mengajak Alana ke suatu tempat, yaitu sebuah restoran megah kalangan atas. Dan tentu saja lelaki itu menyewa sebuah ruangan privat untuk makan malam mereka.
Alana sangat tidak nyaman karena dari seberang kursinya ia merasa tatapan Baskara yang sangat lekat. Mata cokelat itu terlihat begitu intents memperhatikannya.
"Hari ini kamu saya antar pulang. Tapi besok," Baskara sengaja memberi jeda agar Alana mengangkat kepala dan menatapnya.
"Besok kamu nginap di tempat saya." Alana mengangguk. "Baik."
Acara makan malam berlangsung dengan cukup cepat, tapi ketika mereka bergegas pergi tiba-tiba Baskara menghimpit Alana pada tembok dan mencium gadis itu dengan sangat barbar.
Alana sangat terkejut. Kali ini Baskara jauh lebih mendominasi, ia bahkan tidak bisa bergerak karena tubuh lelaki itu yang mengurungnya.
Sesuatu yang asing mulai menggelitik perut Alana ketika Baskara semakin mengikis jarak diantara mereka dan mengangkat kaki kanan wanita itu untuk melingkar di pinggangnya.
Nafas Alana memburu ketika Baskara melepaskan diri dan berpindah ke lehernya. Kepalanya sangat pening karena hal gila ini.
Jemari lelaki itu bergerak dengan sangat lihai dan menyentuh sesuatu yang sangat sensitif. Membuat Alana memekik tertahan.
"You like it?" Bisik Baskara ketika berhasil menenggelamkan dua jarinya di inti Alana. Tenggorokan Alana seperti tercekat, jangankan untuk menjawab pertanyaan Baskara bahkan sekedar
membuka mata saja sulit.
"Can't imagine how good you feels around my cock."
12Alana mendesah ketika Baskara mempercepat pergerakan jarinya. Astaga, ini sangat gila. Dengan kesadaran penuh, Alana yakin ia telah menenggelamkan diri pada sesuatu yang salah.
Sesuatu di dalam dirinua seperti bertalu-talu, mengingkan sesuatu yang sulit dijelaskan namun Alana tau tujuannya.
"If you cum, i will punish you."
Sungguh Baskara sangat menyukai pemandangan ini. Bagaimana tubuh Alana bergerak dengan sangat
gelisah dan wajahnya yang memerah karena menahan pelepasan. Sangat...menggairahkan.
"Stop." Itu pertama kalinya Baskara mendengar suara Alana disesi panas ini, dan tentu saja ia mendengarkan permintaan gadis itu.
Baskara menyeringai karena wajah Alana terlihat kecewa setelah ia menarik jari-jarinya keluar. "You want me to stop, right?" bisiknya.
Memang betul Alana berucap demikian, tapi tubuhnya berkata lain. Ia merasa ada sesuatu yang harus dituntaskan.
Alana menundukan kepalanya karena malu. Tindakannya tadi pasti sangat menjijikan?
"Stop or...?" Baskara kembali bertanya sambil terus menggoda inti Alana.
"I need words, baby."
Ini baru pertama kali Alana melakukan tugasnya, namun ia sudah tunduk kepada Baskara. Membiarkan lelaki itu kembali menyentuh miliknya.
Alana mengeluarkan suara-suara kotor yang diselingi oleh ringisan kesakitan. Sialan Baskara sangat tidak sabar, padahal ini belum apa-apa.
Hingga akhirnya Alana bisa menarik napas panjang. Ia benar-benar orgasme hanya dengan jemari Baskara.
"Be ready for tomorrow, baby."