Harapan untuk sang bayi

1K 105 16
                                    

Dari perjanjian Jungkook di waktu itu,

Hingga kini—

Tak terasa waktu sudah berjalan selama lima bulan lebih rupanya.

Lantas,

Tentu saja,

Sudah nampaklah perut Jihyo yang semakin membesar disana.

Kini tinggal menunggu hari untuk melahirkan sang buah hati tercinta nanti.

Dan tentu,

Itu menjadi hari yang selalu Jihyo dan Jungkook tunggui saat ini.

"Maafkan aku, anak pertama kita perempuan. Bukan laki laki" ujar Jihyo

Pasutri itu kini tengah menghabiskan malamnya di atas ranjang sambil berbincang bincang ria disana.

Akhir akhir ini,

Jungkook sering menghabiskan waktunya untuk bekerja dan bekerja.

Tentunya,

itu juga demi masa depan sang anak di kedepanya nanti.

Sebenarnya,

Jika urusan dana, mereka tidak perlu repot repot mencarinya.

Karena sudah semua orang tahu, jika Jungkook dan Jihyo bukanlah terlahir dari keluarga yang kurang.

Namun,

Mereka terutama Jungkook sendiri ingin mengumpulkan uangnya dari hasil keringat dan jeri payahnya sendiri.

Jungkook akan menjadi seorang ayah.

Dan tentu,

Itu mendorongnya untuk bisa menjadi lebih dewasa dan lebih bekerja keras untuk keluarga kecilnya ini.

"Perempuan atau laki laki itu tidak jadi masalah. Yang terpenting, bayi kita harus lahir dengan selamat dan sehat nanti" jawab Jungkook

"Tapi biasanya para pria selalu menginginkan bayi laki laki"

"Mungkin iya. Tapi tidak semua, Hyo. Itu tidak terlalu penting bagiku"

"Benarkah?"

Jungkook kini menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis.

Lama rasanya ia tidak memeluk dan memanjakan Jihyo seperti ini.

Karena seperti yang sudah dibilang tadi.

Jungkook lebih banyak menghabiskan waktunya bersama pekerjaannya itu.

Sehingga tentu,

Jihyo selalu terabaikan jadinya.

"Maafkan aku"

Jihyo mengadahkan kepalanya untuk menatap manik mata Jungkook sekarang.

"Untuk apa?"

"Aku jadi jarang menghabiskan waktuku bersamamu. Pagi aku pergi ke kentor, dan kadang aku pulang larut malam karena harus lembur. Bahkan, kadang aku juga jarang memperhatikanmu. Apa aku jahat, Hyo?"

Jihyo seketika tersenyum lebar

Sambil meraih sebelah pipi Jungkook untuk ia tangkup disana

"Yang kau lakukan itu benar. Kau tidak jahat, kook. Kau juga tidak salah, karena kau telah bekerja keras untuk anak kita bukan? Dan kau juga sudah melaksanakan kewajibanmu sebagai seorang suami dan seorang ayah yang baik. Itu sudah cukup bagiku"

Jungkook sangat beruntung bisa memiliki istri yang baik, yang tidak memiliki banyak tunjangan dan keinginan yang aneh aneh seperti Jihyo ini.

Dan Jungkook juga sangat bersyukur pada tuhan,

Karena telah memiliki wanita pendamping hidupnya yang mau siap mengerti keadaan juga perasaannya

"Terimakasih"

"Aku juga mencintaimu" balas Jihyo

Kepalanya ia tenggelamkan pada dada bidang Jungkook setelah berucap seperti itu tadi.

Mungkin itu suatu ciri jika Jihyo malu dengan apa yang ia ucapkan pada Jungkook tadi.

Pasalnya,

Itu memang bukan jawaban yang tepat, dan yang menyambung dari apa yang Jungkook katakan padanya.

Namun,

Itu tentu membuat Jungkook kembali mengukir senyuman lebarnya di bibir.

Dieratkannya dekapan dari tangannya untuk memeluk tubuh Jihyo ,

Sambil mengecup singkat puncuk kepala Jihyo dengan sayang disana

"Kook" panggil Jihyo setelah sekian lama diam dalam keheningan

"Hm?"

"Apa kau sudah memikirkan nama untuk anak kita?" tanya Jihyo

"Belum, masih belum terpikir olehku"

"Boleh aku bertanya lagi padamu?"

"Tentu saja! Kenapa tidak?"

Jihyo menggigit bibir bawahnya sebelum kembali berucap.

Sebenanya,

Entah mengapa juga,

Jihyo tiba tiba ingin bertanya ini pada sang suami

"Apa harapanmu untuk anak kita?" tanya Jihyo akhirnya

Jungkook kini malah terlihat sedikit mengadahkan kepalanya ke atas.

Seolah tengah berpikir jawaban apa yang harus ia berikan terhadap pertanyaan Jihyo padanya

"Harapan untuk sang bayi, ya? Hm. . . ."

"Emmm aku hanya ingin, semoga dengan lahirnya dia nanti, kita bisa menjadi pasangan yang lebih dewasa dan lebih harmonis nanti. Aku juga berharap, semoga bayi kita dapat memberikan kebaikan dan kebahagiaan bagi kita" jawab Jungkook

"Mungkin hanya itu saja? Tapi, Hyo. Aku tidak terlalu berharap lebih untuk itu. Karena, kita nanti harus bisa menerima kondisi apapun yang terjadi terhadap bayi kita. Dan kita hanya bisa berharap semoga tuhan memberkatinya dengan segala kebaikan nanti"

Tanpa sadar,

Jihyo menitikkan air matanya karena haru disana.

Haru karena Jungkook sudah berubah total sekarang.

Jungkook yang sekarang pula jadi lebih dewasa, dan memahami benar, apa arti beryukur dan berlapang dada atas apa yang akan tuhan uji padanya.

Dari cara berpikirnya pun,

Jihyo bisa merasakan adanya perubahan peningkatan disana.

"Sudahlah, ini sudah malam. Tidak baik bagimu harus tidar terlalu malam" akhir Jungkook.

Diraihnya lampu tidur disebelahnya, dan di matikannya tombol off disana.

"Selamat malam. Aku mencintaimu"

♡♡♡

Yeay!
Welcome bulan Oktober-!
Akhirnya author publish squelnya juga,

Bagi pendatang baru, diharapkan baca yang [I'm Sorry] nya dulu ya di work author, biar gak pusing sama alur cerita disininya nanti.

Nah,

Segini dulu ya ceritanya.

Lanjut lagi nanti ya! Author juga mau pamit.

See you in next chapter!

01 Oktober 2020

The Next Problem [Squel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang