2. Bunuh Diri

356 45 19
                                    

Setelah diusir dari rumahnya, hidup Fildan kian menyedihkan. Kemana pun ia pergi, tatapan sinis dan sikap kasar selalu menyambutnya. Hingga akhirnya dia terus berjalan dengan menutup sebagian wajahnya menggunakan masker. Tubuhnya yang dahulu padat berisi pun mulai mengalami perubahan, mungkin bisa dibilang sangat kurus meskipun masih tampak sisa - sisa daging yang membalut kulitnya. Bahkan kulit luarnya yang mulai memutih seiring perjalanan karir Fildan yang menanjak pun kembali kepada asalnya ketika memulai karir dari Papua, menggelap meski tak sepenuhnya menghitam.

Fildan menatap nanar jalanan yang ia lalui. Bayang - bayang perpisahan dengan buah hati dan isteri tercinta melekat dalam hati dan pikirannya. Terbuang, terhina, dan menjadi gelandangan, itulah dirinya sekarang.

Sejenak pikirannya melanglang buana ke masa lalu. Dahulu, ia adalah sang pangeran entertaint. Multitalenta yang dimilikinya membuat ia dipuja - puja, terutama oleh kaum hawa. Meski saat memulainya ia sudah menjadi seorang pria beristeri dan beranak satu. Namun itu tak melunturkan pesonanya sebagai sang Bintang Segala Bintang.

Dan kini di setiap pagi, Fildan menyusuri jalan raya untuk sekedar menyanyi dengan peralatan seadanya yang ia miliki, sebuah kencrengan dari botol yang diisi beberapa buah batu kerikil. Suara merdunya yang selalu membuat hati bergetar pun berubah serak dan kurang bertenaga karena kondisi fisiknya yang sakit, semenjak hidup beratap langit dan beralas bumi. Ya, ia tak memiliki rumah lagi. Ia tidur di emprengan toko atau lapak - lapak jualan yang ditinggalkan pemiliknya di malam hari.

Untuk makan, ia dapatkan dari sisa - sisa dan pemberian orang lain, atau sesekali ia beli sendiri dari mengamen atau menjadi buruh kasar.

Mandi? Ah, rasanya Fildan nyaris lupa bagaimana cara mandi dengan benar. Selama ia luntang lantung di jalanan, ia hanya dapat membasuh diri dengan pergi ke masjid atau mushalla yang ditemuinya.

"Fildanistic bubar karena lo ga belajar untuk merangkul mereka. Lo sibuk mengurusi kerja dan keluarga, sampai lo lupa siapa yang membawa lo untuk bisa sampai pada titik ini, lo lupa kalau bukan hanya keluarga lo yang bergerak di balik layar kesuksesan lo, lo ga belajar lebih dari sekedar apa yang udah loe tahu saat ini?."

Peringatan keras dari sang manager juga sering mengganggu pikirannya, membuat ia semakin merutuki nasib. Mengapa ia tak mendengarkan perkataan manager sekaligus salah satu sahabat terbaiknya itu. Bukankah itu demi kebaikannya sendiri?.

Perkataan dari orang yang paling ia cintai pun senantiasa menambah perih hatinya, "mulai hari ini kamu pergi dari rumah ini, Adhan puteraku, dia tinggal sama aku," terngiang terus menerus seolah kaset rusak di pikirannya.

"sejak hari itu, aku kehilangan segalanya. Karir, sahabat, isteri bahkan puteraku tercinta. Kesalahan? Jujur aku tak benar - benar mengerti apa kesalahanku. Aku ditinggalkan hanya dengan sebuah tas berisi pakaian - pakaian lamaku. Aku dihinakan, bahkan dianggap tak ada. Harta jiwa dan raga kuberikan, namun ia jadikan semua sia - sia. Semua orang pergi, atau lebih tepatnya memaksa aku pergi." Bathin Fildan berusaha menepis sesak di dadanya.

Fildan pun mengingat kebodohan yang beberapa bulan lalu ia lakukan. Kebodohan terakhir yang menyayat kelembutan hatinya. Setelah berbagai ujian yang datang bak ombak besar menyapu pasir tepi pantai, ia merasa tak mampu bertahan, ia putuskan untuk mengakhiri pelik dalam hidupnya. Ia mencoba untuk bunuh diri.

Siang itu, suasana jembatan tinggi di salah satu sudut kota terasa lengang. Semua orang sibuk dengan urusan dunianya masing - masing. Fildan ingin mengakhiri segala penderitaannya dengan menjatuhkan diri dari atas jembatan itu. Ketika ia menaiki tepi jembatan dan mengangkat satu kakinya, sebuah tangan menariknya kuat sehingga terjatuh di jalanan atas jembatan.

Plaakk
Tamparan keras dari sosok yang menariknya tadi membuat tubuhnya menegang. Pandangan Fildan kosong beberapa detik hingga akhirnya menyadari siapa pemilik tangan yang menamparnya itu.

Cinta KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang