6. Kisah kita Belumlah Lengkap

303 48 8
                                    

Aku menyimpan rindu ini untuknya,

yang mungkin telah mengakhiri kisahku dengannya

yang mungkin telah lupa bagaimana sentuhanku padanya

yang  melepas genggaman tanganku, tetapi tidak hatiku

Riani, ya, itulah namanya. kekasih hatiku yang kucintai sepenuh jiwa

seumur waktuku bersamanya

mungkin untuk selamanya

Cintaku, harapanku, semangatku, suksesku, bidadari hatiku,

Kisah Kita Belumlah Lengkap

Meski tak ku ungkapkan, jauh di lubuk hatiku aku ingin sekali bertemu dengan isteriku tercinta. Apalagi setelah beberapa hari ini aku dapat melihat kembali wajahnya dari sebuah gambar yang ia posting di instagram handphone salah satu langganan toko tuanku. Betapa rindunya aku padanya. Aku berharap iapun dapat merasakan apa yang aku rasakan. 

Di sisi lain, akupun merindu darah dagingku yang amat kusayangi. belahan jiwaku yang di setiap aliran darahnya mengalir doa dan harapanku. Kulihat ia tampak bahagia bersama sang Mama. Adhan, anakku, merindukah dirimu pada Papa?.

Sejak kepergianku dari rumah itu, aku hanya mendengar kabar yang berhembus tentangnya. Ia kini sibuk dengan berbagai kegiatan bersama para sahabatnya yang ada di Jakarta. Entah benarkah mereka itu sahabatnya atau bukan?. Seingatku, isteriku itu jarang menghabiskan waktunya di luar dari rumah, selain denganku dan puteraku. Atau para sahabat dari yang aku kenalkan. Mengapa setelah kepergianku, tiba - tiba saja para sahabat itu datang?. Semoga Allah menjaganya.

Tiga bulan kepergianku, meskipun sebenarnya dengan sisa - sisa kemampuanku aku mencoba menghubungi atau menemuinya. Tetapi ia menghindar. Dan hari ini aku kembali ke rumah ini, menatap sendu setiap sudut rumahku yang masih terawat. Padahal dahulu, jika bukan diriku, maka tak ada yang mengurus halaman ini dengan baik.

Isteriku adalah ratuku di dalam rumah, aku tak biarkan keindahannya tampak oleh tetanggaku di luar sini, sehingga akulah yang bergerak membersihkan setiap bagian luarnya. Isteriku pun tak ingin menyewa jasa pembantu, karena keadaan kami masih sangat mampu untuk mengurus rumah yang kurasa masih tak begitu besar ini. Namun sekarang rumah ini tetap indah meski tanpa diriku.

Bersandarlah tubuh lelah ini di dinding pagar rumahku. Berharap sang empunya sekarang keluar dan membalas tatapan rinduku dengan keindahan kedua matanya. Namun sekian lama, tak ada suara, tak ada gerakan dari manapun. Apakah ia tengah berada di lain tempat? ataukah sedang beristirahat melepas penat di atas kasur empuknya?. Ah tidak, seingatku dalam beberapa tahun pernikahan kami, isteriku tak pernah tidur sebelum waktu shalat Dhuhur tiba, dan ini masih pukul 11.30 WIB. kemana dia? Satu - satunya mobil yang kami punya masih terparkir rapi di garasi halaman ini. Lalu kemana dia?. 

Samar - samar netra mataku menatap sebuah mobil yang mendekat dari kejauhan. Aku memandangi mobil itu yang terasa asing bagiku. sebuah mobil Alpard Hitam, yang kemudian terparkir di depan pagar rumahku dan menyala klaksonnya yang mengejutkanku. Namun belum usai keterkejutanku, sosok yang keluar dari sana membuatku lebih terkejut sekaligus bahagia. 

"Riani" lirihku dengan mata berkaca - kaca. Wanita yang amat kucintai kini berada di hadapanku. Maasyaa Allah betapa kecantikan isteriku tak pernah luntur dari wajahnya. Apalagi tampak ia tengah menggendong Adhan. Mengelus lembut punggung puteraku dalam dekapannya. Ia tampak terkejut melihatku berdiri menatapnya di depan rumah kami. ah, bukan rumah kami. melainkan rumah yang telah kusahkan atas namanya. 

Cinta KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang