~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Fildan PoV
Kupandangi wajah partner duet terbaikku di layar TV tuan toko tempatku bekerja. Maasyaa Allah, betapa cantiknya dia. Di usia mudanya dia sudah mencapai titik - titik kesuksesan. Tak hanya itu, ia juga mampu mempertahankan bahkan terbang semakin tinggi. Tayangan itu tentang dia yang menjadi juri dalam kompetisi menyanyi, itu membuatku terbawa kepada masa - masaku, masa dimana pertama kali aku bernyanyi dengannya dalam kompetisi yang ku ikuti.
Saat itu aku benar - benar dilanda kegugupan, karena dia yang biasanya kutatap di layar TV sekarang akan berduet denganku. Bahkan air hangat yang telah disiapkan OB untuk menenangkan diriku masih tak mampu menguapkan dinginnya tubuhku. apalagi saat kulihat dia yang berjalan mendekatiku, memulai intro dari lagu yang akan kami bawakan. Aku memang tersenyum, namun aku begitu kaku. Ya, sang penyanyi yang disebut pangeran bollywood Indonesia ini kaku karena menatap sang kejora. sampai - sampai bunga mawar yang kupegang, nyaris tak dapat kuserahkan padanya. aku bahkan tak sadar kapan bunga itu berpindah ke tangannya. Aku terus bernyanyi dan menatapnya penuh kekaguman.
Di detik - detik lain, aku tersenyum dan sedikit menertawai diriku sendiri, ketika dia dengan cerianya mengatakan kepada orang di hadapan kami bahwa tanganku ini dingin dan basah. Ah, malunya aku, dia menyadarinya. Bagaimana tidak?, dia yang memulai menggengam erat tanganku.
Saat aku ingin mengeratkan pegangannya, tanganku yang terasa licin karena basah keringatku ini terus tergeser dan nyaris melepas genggamannya, namun ia tetap mempertahankannya.
Seandainya tak mempermalukan dirinya, ingin sekali aku keluar dari panggung ini dan bersembunyi untuk menutupi gugup yang menyatu dengan nyanyian kami. Pasti wajahku lucu sekali, hingga dia terus tersenyum menatapku. Apalagi beberapa bait lagu ini suaraku terasa diredam. yaa Allah kejora.....
Lamunanku tentang masa itu dipecahkan oleh berisiknya suara kawan - kawan penyanyi jalananku. Ya, mereka adalah para pengamen yang sekarang sudah menjadi kawan panggungku di jalanan. Saat tugasku di toko ini sudah selesai, mereka akan menjemputku untuk menyanyi bersama di pasar, jalanan atau warung - warung dan toko - toko kecil. Mereka mengatakan bahwa suara permainan gitarku sangat bagus, karena itu mereka ingin aku mendampingi mereka. Tentu aku menerimanya dengan senang hati. Namun aku tak pernah memperlihatkan suara khas menyanyiku, aku tak ingin mereka mengetahui siapa aku. Untuk apa? agar mereka menjadi bagian dari orang - orang yang meninggalkanku atau menjadi bagian dari yang menghinakanku?.
Akupun memohon diri kepada tuan toko lalu mengambil gitar sederhana yang kubeli dari mengumpulkan recehan mengamen dan kerja buruhku.
"ayoo Idhan" seru mereka. Ohya, aku sekarang lebih dikenal dengan nama Idhan. Sengaja memang aku memakai nama itu agar tak ada satupun yang mengenaliku. Penampilanku juga sedikit berubah, lebih terlihat gelap dengan rambut yang mulai menggondrong.
Kami pun pergi ke daerah sebuah warung di dekat pasar. Aku bertugas sebagai pengiring musik dengan gitarku, dan temanku Adnan yang menyanyi. Menurutku, suaranya cukup bagus, hanya perlu sedikit dilatih agar sempurna. Ah, jiwa juriku masih ada rupanya.
"idhan, lagu bukan diriku dari samsons ya." pinta Adnan. Aku menghela napas sejenak untuk menetralkan perasaanku. Itu lagu yang sangat menyesakkan dada, baik yang mendengarkan maupun yang menyanyikannya. Akupun mulai memetik gitarku. memainkan nada untuk para tetamu warung ini. Namun ketika memasuki satu bait lagu, aku merasa semakin sesak.
Kini maafkanlah aku
bilaku menjadi bisu kepada dirimu
bukan santunku terbungkam
hanya hatiku berbatas
tuk mengerti kamu,
maafkanlah aku
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kedua
Romance"Aku mencintai kamu, tetapi cintaku padanya belumlah hilang sempurna, apa kamu mampu memahaminya?" Terimakasih apresiasinya Rank : 1 (11/11/20) #Fildan 1 (11/11/20) #Lebihdariselamanya 1 (11/11/20) #Samarinda 1 (11/11/20) #mlf 1 (11/11/20) #Filles