"Jadi kapan kalian pindah ?" Tanya Jimin pada Taehyung yang sedang berdiri dihadapannya .
"Mungkin minggu depan ." Taehyung berbalik , kembali duduk dikursi yang berada disamping Jimin . Keduanya menatap kedepan , sebenarnya tak ada aapapun yang menangkap perhatian mereka didepan sana , hanya beberapa tumbuhan yang memang sudah ada disana . "Jim, mau tinggal denganku ?"
"Bersama kalian berdua ?" Tanya Jimin dengan heran .
Taehyung mengangguk , mengiyakan .
Jimin tertawa , pasalnya pertanyaan Taehyung itu memang terdengar lucu . "Gila kau Tae"
"Jim , aku serius . " Taehyung menatap pada Jimin , sama sekali tak ada senyuman atau tawa disana , menandakan jika Taehyung memang tak sedamng bercanda.
"Jelaskan dulu maksudmu " Jimin yang benar benar tak mengerti akan maksud Taehyung meminta penjelasan . Ya orang gila mana yang sudah menikah bukannya tinggal berdua dengan istrinya malah mengajak sahabatnya juga untuk tinggal bersama .
Taehyung menolehkan kepalanya kebelakang , memastikan jika tak ada orang lain disana termasuk Irene yang sedang tertidur dikamar Jimin ataupun Joy yang baru saja pergi dengan mobilnya .
"Aku tidak yakin akan selalu dirumah bersama Irene . Aku khawatir jika dia sendirian "
"Tunggu , Tae apa maksudmu ? " Potong Jimin . "Tae , jangan bilang kau .."
"Iya ." Kini Taehyung yang memotong Jimin dengan cepat , sudah mengerti yang akan ditanyakan oleh Jimin .
"Gila , Kim Taehyung " Jimin bangkit dari duduknya , terlalu terkejut dengan jawaban Taehyung . "Aku akan cari cara lain , kau ini gila ? Tae sebentar lagi kau akan menjadi ayah , Irene sedang mengandung anakmu . Kenapa kau harus kembali seperti ini ? Kau gila ? " Jimin mengepalkan tangannya , kesal . Tak habis pikir dengan sohibnya itu , terlalu tak bisa diterima dengan akalnya .
"Jim , aku juga sudah menahannya selama ini . Tapi tidak bisa . Aku membutuhkan nya , aku merasa seperti aku selalu membutuhkannya . Kau tidak tahu rasanya "
"Tapi tetap saja kau tahu itu salah .Salah besar Tae! Bagaimana jika Irene tahu ?"
"Maka dari itu , kumohon jangan sampai ada yang tahu . Dan aku ingin kau tinggal bersama kami , setidaknya aku tidak ingin Irene sendiri saat aku pergi . Hanya kau yang bisa kupercaya saat ini . Aku berjanji , aku juga sedang berusaha untuk mencari cara lain . Tapi untuk saat ini , biarkan aku dulu "
Jimin mengacak rambutnya kesal , rasanya kepalanya ingin meledak saat itu juga . Ini terlalu membingungkan untuknya , ini seperti membuatnya haruss memilih diantara dua sahabatnya itu . Yang jelas membuatnya tak bisa bahkan sekedar untuk memilih , keduanya terlalu berharga untuknya . Keduanya sama sama berarti untuknya .
"Sudah coba bertemu dengannya lagi ?" Suara Jimin mulai melembut kembali setelah diam beberapa saat . Mencoba menenangkan dirinya sendiri.
"Belum , tidak bisa dihubungi lagi "
"Lalu ? Mau mencoba nya dengan yang lain ? " Tanya Jimin hati-hati .
Taehyung menggedikkan bahunya . "Aku juga bingung , karna itu lah aku tidak bisa apa-apa saat ini . "
"Kemarin , kau berbohong pada Irene ?"
Taehyung mengangguk perlahan , kemudian menundukan kepalanya . Bagaimanapun dia juga merasa sangat bersalah pada Irene , tak sepantasnya dia berbohong pada wanita Bae itu .
Jimin memperhatikan Taehyung , hatinya seakan ikut tersentuh . "Baiklah , aku setuju untuk tinggal bersama kalian . Tapi kau yang berikan alasan yang bagus pada Irene . Dan satu hal lagi , berjanjilah untuk berhenti secepatnya " Jimin menghela nafasnya dalam , hanya ini yang bisa dia lakukan untuk saat ini .
"Taehyung "
"Ya ?"
"Setidaknya pikirkan juga bayimu"
_____
Rumah besar berlantai dua itu akhirnya benar-benar ditinggali mereka bertiga . Dengan alasan jika Taehyung tak ingin rumah sebesar itu hanya diisi mereka berdua membuat Irene mengiyakan dengan mudah . Irene sama sekali tak menaruh curiga , yang ia pikirkan hanya keseruan jika mereka tinggal bersama , walaupun Joy tak bisa ikut bergabung . Benar , bicara tentang Joy dia sempat marah dan tidak terima . Selain hanya dia yang tidak bergabung untuk tinggal bersama , tetapi juga dia harus tinggal seorang diri dirumahnya ya walaupun ada beberapa penjaga dan pelayan disana . tapi tetap saja .
Bersyukur Jimin memiliki mulut yang manis , bisa dengan mudah merayu adikknya dengan berbagai alasan hingga akhirnya Joy setuju . Jimin saja sebenarnya tak ingin ikut jika bukan permintaan dari Taehyung , ini sama saja dengan mencampuri urusan rumah tangga antara Taehyung dan Irene . Tapi bagaimana lagi , dia tak tega dengan keduanya . Ya yang Jimin harapkan hanya semuanya baik baik saja , tak ada yang harus terluka atau semacamnya . Khusus nya Irene yang tengah mengandung .
"Jimin , kau pilih saja kamarmu sendiri . Kamarku dan Irene ada dilantai atas " Ucap Irene pada Jimin yang baru saja datang dengan beberapa barang bawaan nya .
"Aku pilih kamar yang lantai bawah saja kalau begitu "
"Tidak ingin melihat lihat dulu kamarnya ? satu lagi kamar diatas lebih luas " Tanya Irene
Jimin menggelengkan kepalanya . "Tidak usah , nanti bisa bisa aku mendengar suara suara aneh " ucap Jimin sembari terkekeh .
Irene mengernyit bingung , tak paham dengan apa yang dimaksud Jimin . "Suara aneh ? Aku dan Taehyung sudah dua malam disini dan tak ada suara aneh disini"
Satu sentilan didahi Irene mendarat dengan mulus . "Astaga , kau ini memang polos atau lemot . Bisa bisanya kau dan Taehyung melakukannya hingga menghasilkan tapi perkataanku saja tak mengerti "
Irene membuka mulutnya terkejut , dengan satu tangan yang mengusap dahinya sendiri "Sialan , Jimin kau . Aku sedang berbicara serius agar kau memilih kamar , mana aku tahu kalau yang kau maksud hal itu . Otakmu itu kotor , perlu kubawa ke laundry untuk dicuci "
Jimin malah tertawa mendengar ocehan Irene . "Bilang saja bodoh . Lagipula sejak kapan ada pembicaraan serius diantara kau dan aku ."
Benar , yang dikatakan Jimin itu tepat sekali . Jimin dan Irene ini tak pernah berbicara dengan serius , tak ada pembahasan serius yang mereka lakukan . Jikapun ada mungkin hanya di awal , kemudian berakhir kembali dengan candaan atau semacamnya . Bukannya tak ingin , tapi jika mereka membahas sesuatu berdua memang rasanya selalu bisa dicairkan dengan candaan . Terlalu aneh jika mereka membahas sesuatu dengan serius tanpa ada candaan sedikitpun .
"Disini kan kamarnya ?" Tanya Jimin saat dia sampai didepan pintu kamar yang tak jauh dari tempatnya dan Irene tadi .
"Iya , kamarnya sudah dibereskan sebelumnya . Jadi tinggal bereskan saja barang barangmu sendiri . Ah iya , kalau sudah selesai bantu Taehyung dihalaman . Dia perlu mengangkat beberapa tanaman yang belum dibereskan "
"Bae , lihat barang ku banyak . Mana sempat aku membantu Taehyung juga " Protes Jimin . "Bae Irene" Ucapnya lagi . Kini dia memanggil nama Irene dengan nada yang berbeda , sedikit diayunkan seperti nada manja .
"Apa hah ?" Irene tahu , jika sudah seperti itu ada maunya .
"Nona Bae Irene yang cantik , yang selalu baik hati tanpa terkecuali . Sepertinya barang barangku akan cepat beres jika ada yang membantu . ya ya ? Mau kan nona Bae yang cantik ini membantuku , mau kan ? mau kan ?" Sekarang Jimin bertingkah imut .
"Jimin , menjijikan . Hentikan dan belikan makanan , lalu aku akan membantu ."
"Setuju "
Sebenarnya tanpa diminta juga Irene berniat membantu , karena suaminya juga butuh bantuan disana . Tapi tak ada salahnya untuk memanfaat kan keadaan bukan ? apalagi memanfaat kan Park Jimin , sangat diwajibkan .
.
.
.
Hayo kira kira ada apa sama Taehyung ?
Jangan lupa vote dan komentarnya ya . Dan pendapat kalian soal cerita ini .
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA [END]
FanfictionMenikah di usia muda bukanlah hal yang tepat. Pasalnya, menikah muda tidak semudah itu, tidak seperti dalam cerita indah tentang cinta yang selalu berakhir bahagia. Nyatanya dua sahabat itu, Taehyung dan Irene, menikah muda karena kesalahan keduany...