Irene duduk disamping Taehyung yang sudah setengah berbaring bersanndar dikasurnya , dengan mata yang ia tutupi dengan lengannya sendiri . Irene perlahan menggeser lengan Taehyung , menyingkirkannya agar tak menutupi wajahnya dengan lembut . Tangannya terulur menyeka sudut bibir Taehyung dimana luka yang mengeluarkan sedikit darah disana . Bau alkohol sudah jelas tercium dengan kuat dihidung Irene , Taehyung benar benar banyak minum sepertinya .
Irene mengobati luka Taehyung dengan lembut , sedangkan yang diobati hanya diam dengan mata yang terpejam . "Tae" . Irene berusaha berbicara dengannya .
"Taehyung " Lagi . Irene kembali memanggil nama suaminya itu yang tak kunjung membalas bahkan sampai ia selesai mengobatinya .
"Bisakah kau ceritakan padaku apa yang terjadi padamu dan juga Jimin ? " Tanya Irene hati hati. Dia sudah hafal dengan sifat Taehyung jika sedang mabuk , sensitif . Tapi dia juga harus tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga mereka berkelahi seperti itu . Dua pria yang biasanya lengket tak terpisahkan itu seperti ini pasti ada penyebab besar dibaliknya bukan ?
"Aku lelah , berhenti bertanya " Jawab Taehyung dengan suara beratnya . Kini ia bergeser dan membaringkan tubuhnya dengan sempurna dan membelakangi Irene .
"Tae , Kalian sudah dewasa . berhenti bersikap seperti anak kecil , aku ingin kalian selesaikan masalah kalian saat ini juga "
"Kubilang aku lelah , Bae Irene !"
Irene tersentak saat Taehyung berteriak padanya , membuat Irene lebih memilih terdiam beberapa saat . Sebelum akhirnya ia melangkah meninggalkan Taehyung yang sepertinya memang sedang tak bisa diajak bicara saat ini .
Irene mengetuk pintu kamar Jimin yang tertutup , sebelum akhirnya ia membuka pintu setelah mendengar Jimin yang mempersilahkannya untuk masuk .
"ah benar , aku lupa membawa-"
"Tidak apa-apa . Tak usah , sebentar lagi juga sudah menghilang memarnya " potong Jimin sambil tersenyum .
"Kau yakin ? " tanya Irene meyakinkan . Dan sebuah anggukan menjadi jawaban dari Jimin untuyk pertanyaan Irene .
"Taehyung ? " Jimin duduk dengan kaki yang menyilang diatas kasurnya , melihat pada Irene yang sudah berjalan mendekat dan duduk disisi kasurnya .
"Kurasa sekarang dia tidur . " Irene menatap pada Jimin . "Jimin , aku tadi bertanya pada Taehyung , tapi dia tidak menjawabnya . Bisakah kau menjawabku ? Apa yang sebenarnya terjadi pada kalian sampai tiba tiba seperti ini ? "
Jimin terkekeh , berusaha mencairkan suasana saat Irene bertanya dengan serius dan banyak kekhawatiran disana . "Tidak apa-apa , hanya sedikit masalah kecil saja . Kita minum terlalu banyak tadi , kau tahu kan kita memang meresahkan kalau sudah mabuk ? "
"Tidak , aku kenal kalian . Aku sudah mengenal kalian tak hanya satu atau dua bulan , aku mengenal kalian sudah bertahun-tahun . Tidak mungkin hanya karena mabuk kalian sampai saling memukul satu sama lain seperti ini , aku hafal sekali jika kalian sudah mabuk . Bukan saling menyakiti . " Irene meneteskan airmatanya , ia menangis . Akhir-akhir ini ia sedang sensitif , dan kejadian ini tak mungkin bisa membuatnya berfikir dengan positif . Dia benar-benar tak bisa membendung rasa khawatir untuk keduanya , ada sesuatu yang ia takuti saat ini . Entah apapun itu dia merasa jika hal ini adalah hal buruk untuk nya .
" Hei , jangan menangis ." Jimin segera menyeka airmata Irene . Menatapnya dengan lembut dan juga senyuman yang ia bentuk dibibirnya , berusaha menenangkan . "Aku jamin semuanya akan baik baik saja . Aku yang memukul Taehyung lebih dulu tadi , jadi besok aku akan berbicara dan meminta maaf padanya . Aku pastikan kita akan baik baik saja , kau tahu sendiri semarah apapun aku pada Taehyung aku tetap menyanyanginya seperti saudara ku sendiri . Dan begitupun sebaliknya . Mengerti ?" Kini tangan Jimin mengusap kepala Irene .
"Tapi aku kjhawatir dengan kalian , kalian tak biasanya seperti ini . Aku merasa ada yang kalian sembunyikan "
Jimin terkekeh pelan . "Kau lupa aku dan Taehyung juga pernah bertengkar hanya karena pangsit ? "
"Itu berbeda , itu dulu sekali "
"Sama saja . Pokonya kau tenang saja ya ? Besok aku dan Taehyung akan baik-baik saja , aku berjanji " Jimin menyodorkan jari kelingkingnya didepan Irene , yang disambut dengan jari kelingking Irene dan mereka saling menautkan jari kelingking mereka satu sama lain . "Sekarang kau lanjutkan tidurmu , maafkan aku sudah mengganggu waktu istirahatmu . Tidurlah lagi , ingat kau sedang hamil . Jangan memikirkan apapun. benarkan baby ?" Ucap Jimin sembari mengelus perut Irene . Membuat Irene menyunggingkan senyumnya .
Irene bangun dari duduknya . "Kau juga tidurlah " ucapnya pada Jimin dan sebuah anggukan dari Jimin mengiyakan .
________
Taehyung dan Jimin duduk berhadapan dengan rambut yang masih berantakan , mereka memutuskan untuk berbicara saat berpapasan didapur setlah bangun dari tidurnya masing masing.Dan disinilah mereka sekaarang , duduk berhadapan dimejam makan yang biasanya mereka gunakan untuk makan namun kini berubah menjadi ruang diskusi mereka . Namun bukannya langsung berbicara , keduanya malah terdiam . Hening . Diantara bingung untuk memulai darimana atau tak berani untuk berbicara lebih dulu . Benar-benar hening untuk beberapa waktu .
"Irene semalam berbicara denganku " Ucap Jimin membuka pembicaraan , mau tak mau dia harus berbicara . Ia juga sudah berjanji pada Irene . "Sebelumnya maafkan aku untuk yang semalam , aku memang benar benar kesal padamu "
"Aku juga, meminta maaf . Aku juga kesal padamu. Lalu apa yang kau katakan padanya ? " Taehyung ikut berani bersuara setelah Jimin yang membuka suara terlebih dulu .
"Aku tidak mengatakan apapun pada Irene . Karena kurasa aku tak berhak mengatakan apapun , jadi kuserahkan semuanya padamu ." Jelas Jimin . "Aku hanya mengatakan jika kau dan aku akan baik baik saja hari ini , untuk itu aku mengajakmu berbicara . Irene menangis semalam "
Taehyung mengangguk anggukan kepalanya . " Aku tahu dia pasti menangis , dia sudah berkaca-kaca saat aku membentaknya ." Taehyung menundukan kepalanya . "Jimin , aku merasa tak pantas untuknya saat ini . Aku takut menyakiti Irene lebih jauh lagi "
"Itulah sebabnya aku tak ingin kau kembali seperti dulu ." tegas Jimin . Sungguh , dia juga tak ingin sohibnya itu mengambil jalan yang salah .
"Tapi sulit . untuk saat ini sangat sulit untuku memilih . " Ucap Taehyung dengan suara yang melemah . Dia benar benar bersungguh sungguh dengan ucapannya itu . Dia tak bisa memilih .
"Hanya ada dua pilihan yang harus kau pilih salah satunya , kau tahu apa saja pilihan itu . Tetapi jika aku berada diposisimu , aku kan memilih Irene . Dia istri mu , dan dia sedang mengandung darah dagingmu . Kau bahkan tahu bagaimana Irene menyayangimu selama ini , bertahun tahun bahkan jauh sebelum kau juga membalas perasaannya ." Jimin mengehla nafasnya sebentar . Diam memperhatikan Taehyung untuk sesaat . " Aku memang masih mencintai Irene , sebagai sahabat . seperti aku mencintaimu juga sebagai sahabatmu . Tapi jika kau masih tak bisa memilih , bukan hal yang sulit untukku kembali mencintainya sebagai wanita "
Taehyung semakin menundukan kepalanya . Perkataan Jimin itu menyakitkan , tapi dia mengerti jika maksud Jimin juga baik untuknya . Lagipula apa yang dilakukan Taehyung sendiri justru lebih menyakitkan bagi mereka bertiga . Ia banyak berbohong pada Irene , dan juga menyeret Jimin kedalam kebohongannya pada Irene , tak ada yang lebih menyakitkan bukan daripada apa yang dilakukannya . Bahkan , perpecahan mereka bisa saja terjadi suatu saat nanti akibat dari perbuatannya . Dan itu adalah skenario paling buruk untuk hubungan mereka bertiga .
.
.
.
Jadi , sampai sini menurut kalian gimana dengan ceritanya ?
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA [END]
FanfictionMenikah di usia muda bukanlah hal yang tepat. Pasalnya, menikah muda tidak semudah itu, tidak seperti dalam cerita indah tentang cinta yang selalu berakhir bahagia. Nyatanya dua sahabat itu, Taehyung dan Irene, menikah muda karena kesalahan keduany...