METANOIA-05

1.2K 198 32
                                    

Irene duduk disamping Taehyung yang sudah setengah berbaring bersanndar dikasurnya , dengan mata yang ia tutupi dengan lengannya sendiri . Irene perlahan menggeser lengan Taehyung , menyingkirkannya agar tak menutupi wajahnya dengan lembut . Tangannya terulur menyeka sudut bibir Taehyung dimana luka yang mengeluarkan sedikit darah disana . Bau alkohol sudah jelas tercium dengan kuat dihidung Irene , Taehyung benar benar banyak minum sepertinya .

Irene mengobati luka Taehyung dengan lembut , sedangkan yang diobati hanya diam dengan mata yang terpejam . "Tae" . Irene berusaha berbicara dengannya .

"Taehyung " Lagi . Irene kembali memanggil nama suaminya itu yang tak kunjung membalas bahkan sampai ia selesai mengobatinya .

"Bisakah kau ceritakan padaku apa yang terjadi padamu dan juga Jimin ? " Tanya Irene hati hati. Dia sudah hafal dengan sifat Taehyung jika sedang mabuk , sensitif . Tapi dia juga harus tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga mereka berkelahi seperti itu . Dua pria yang biasanya lengket tak terpisahkan itu seperti ini pasti ada penyebab besar dibaliknya bukan ?

"Aku lelah , berhenti bertanya " Jawab Taehyung dengan suara beratnya . Kini ia bergeser dan membaringkan tubuhnya dengan sempurna dan membelakangi Irene .

"Tae , Kalian sudah dewasa . berhenti bersikap seperti anak kecil , aku ingin kalian selesaikan masalah kalian saat ini juga "

"Kubilang aku lelah , Bae Irene !"

Irene tersentak saat Taehyung berteriak padanya , membuat Irene lebih memilih terdiam beberapa saat . Sebelum akhirnya ia melangkah meninggalkan Taehyung yang sepertinya memang sedang tak bisa diajak bicara saat ini .

Irene mengetuk pintu kamar Jimin yang tertutup , sebelum akhirnya ia membuka pintu setelah mendengar Jimin yang mempersilahkannya untuk masuk . 

"ah benar , aku lupa membawa-"

"Tidak apa-apa . Tak usah , sebentar lagi juga sudah menghilang memarnya " potong Jimin sambil tersenyum .

"Kau yakin ? " tanya Irene meyakinkan . Dan sebuah anggukan menjadi jawaban dari Jimin untuyk pertanyaan Irene .

"Taehyung ? " Jimin duduk dengan kaki yang menyilang diatas kasurnya , melihat pada Irene yang sudah berjalan mendekat dan duduk disisi kasurnya .

"Kurasa sekarang dia tidur . " Irene menatap pada Jimin . "Jimin , aku tadi bertanya pada Taehyung , tapi dia tidak menjawabnya . Bisakah kau menjawabku ? Apa yang sebenarnya terjadi pada kalian sampai tiba tiba seperti ini ? " 

Jimin terkekeh , berusaha mencairkan suasana saat Irene bertanya dengan serius dan banyak kekhawatiran disana . "Tidak apa-apa , hanya sedikit masalah kecil saja . Kita minum terlalu banyak tadi , kau tahu kan kita memang meresahkan kalau sudah mabuk ? "

"Tidak , aku kenal kalian . Aku sudah mengenal kalian tak hanya satu atau dua bulan , aku mengenal kalian sudah bertahun-tahun . Tidak mungkin hanya karena mabuk kalian sampai saling memukul satu sama lain seperti ini , aku hafal sekali jika kalian sudah mabuk . Bukan saling menyakiti . " Irene meneteskan airmatanya , ia menangis . Akhir-akhir ini ia sedang sensitif , dan kejadian ini tak mungkin bisa membuatnya berfikir dengan positif . Dia benar-benar tak bisa membendung rasa khawatir untuk keduanya , ada sesuatu yang ia takuti saat ini . Entah apapun itu dia merasa jika hal ini adalah hal buruk untuk nya .

" Hei , jangan menangis ." Jimin segera menyeka airmata Irene . Menatapnya dengan lembut dan juga senyuman yang ia bentuk dibibirnya , berusaha menenangkan . "Aku jamin semuanya akan baik baik saja . Aku yang memukul Taehyung lebih dulu tadi , jadi besok aku akan berbicara dan meminta maaf padanya . Aku pastikan kita akan baik baik saja , kau tahu sendiri semarah apapun aku pada Taehyung aku tetap menyanyanginya seperti saudara ku sendiri . Dan begitupun sebaliknya . Mengerti ?" Kini tangan Jimin mengusap kepala Irene .

"Tapi aku kjhawatir dengan kalian , kalian tak biasanya seperti ini . Aku merasa ada yang kalian sembunyikan "

Jimin terkekeh pelan . "Kau lupa aku dan Taehyung juga pernah bertengkar hanya karena pangsit ? "

"Itu berbeda , itu dulu sekali "

"Sama saja . Pokonya kau tenang saja ya ? Besok aku dan Taehyung akan baik-baik saja , aku berjanji " Jimin menyodorkan jari kelingkingnya didepan Irene , yang disambut dengan jari kelingking Irene dan mereka saling menautkan jari kelingking mereka satu sama lain . "Sekarang kau lanjutkan tidurmu , maafkan aku sudah mengganggu waktu istirahatmu . Tidurlah lagi , ingat kau sedang hamil . Jangan memikirkan apapun. benarkan baby ?" Ucap Jimin sembari mengelus perut Irene . Membuat Irene menyunggingkan senyumnya .

Irene bangun dari duduknya . "Kau juga tidurlah " ucapnya pada Jimin dan sebuah anggukan dari Jimin mengiyakan . 

________

Taehyung dan Jimin duduk berhadapan dengan rambut yang masih berantakan , mereka memutuskan untuk berbicara saat berpapasan didapur setlah bangun dari tidurnya masing masing.Dan disinilah mereka sekaarang , duduk berhadapan dimejam makan yang biasanya mereka gunakan untuk makan namun kini berubah menjadi ruang diskusi mereka .  Namun bukannya langsung berbicara , keduanya malah terdiam . Hening . Diantara bingung untuk memulai darimana atau tak berani untuk berbicara lebih dulu . Benar-benar hening untuk beberapa waktu .

"Irene semalam berbicara denganku " Ucap Jimin membuka pembicaraan , mau tak mau dia harus berbicara . Ia juga sudah berjanji pada Irene . "Sebelumnya maafkan aku untuk yang semalam , aku memang benar benar kesal padamu "

"Aku juga, meminta maaf . Aku juga kesal padamu. Lalu apa yang kau katakan padanya ? " Taehyung ikut berani bersuara setelah Jimin yang membuka suara terlebih dulu .

"Aku tidak mengatakan apapun pada Irene . Karena kurasa aku tak berhak mengatakan apapun , jadi kuserahkan semuanya padamu ." Jelas Jimin . "Aku hanya mengatakan jika kau dan aku akan baik baik saja hari ini , untuk itu aku mengajakmu berbicara . Irene menangis semalam "

Taehyung mengangguk anggukan kepalanya . " Aku tahu dia pasti menangis , dia sudah berkaca-kaca saat aku membentaknya ." Taehyung menundukan kepalanya . "Jimin , aku merasa tak pantas untuknya saat ini . Aku takut menyakiti Irene lebih jauh lagi "

"Itulah sebabnya aku tak ingin kau kembali seperti dulu ." tegas Jimin . Sungguh , dia juga tak ingin sohibnya itu mengambil jalan yang salah .

"Tapi sulit . untuk saat ini sangat sulit untuku memilih . " Ucap Taehyung dengan suara yang melemah . Dia benar benar bersungguh sungguh dengan ucapannya itu . Dia tak bisa memilih .

"Hanya ada dua pilihan yang harus kau pilih salah satunya , kau tahu apa saja pilihan itu . Tetapi jika aku berada diposisimu , aku kan memilih Irene . Dia istri mu , dan dia sedang mengandung darah dagingmu . Kau bahkan tahu bagaimana Irene menyayangimu selama ini , bertahun tahun bahkan jauh sebelum kau juga membalas perasaannya ." Jimin mengehla nafasnya sebentar . Diam memperhatikan Taehyung untuk sesaat . " Aku memang masih mencintai Irene , sebagai sahabat . seperti aku mencintaimu juga sebagai sahabatmu . Tapi jika kau masih tak bisa memilih , bukan hal yang sulit untukku kembali mencintainya sebagai wanita "

Taehyung semakin menundukan kepalanya . Perkataan Jimin itu menyakitkan , tapi dia mengerti jika maksud Jimin juga baik untuknya . Lagipula apa yang dilakukan Taehyung sendiri justru lebih menyakitkan bagi mereka bertiga . Ia banyak berbohong pada Irene , dan juga menyeret Jimin kedalam kebohongannya pada Irene , tak ada yang lebih menyakitkan bukan daripada apa yang dilakukannya . Bahkan , perpecahan mereka bisa saja terjadi suatu saat nanti akibat dari perbuatannya . Dan itu adalah skenario paling buruk untuk hubungan mereka bertiga . 

.

.

.

Jadi , sampai sini menurut kalian gimana dengan ceritanya ?

METANOIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang