METANOIA - 17

1.1K 188 60
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya ya. Sumpah deh aku jadi semangat update kalau kalian sampe komentar banyak banyak!

___

Ketika kau dihadapkan dengan pilihan , keduanya pasti memiliki konsekuensi nya masing masing. Tak mungkin begitu saja bebas setelah memilih , maka dari itu harus memikirkan secara matang sebelum mengambil keputusan. Otak dan hati harus bekerja secara bersamaan , lebih tepat nya bekerja sama. Otak harus berpikir secara logika , dengan hati yang berperan untuk melihat dengan perasaan. Tak sembarangan.

Sama hal nya dengan Taehyung , dia dihadapkan dua pilihan dimana dia harus memilih antara melanjutkan kebohongan atau jujur. Begitu pula dengan konsekuensi yang dia dapat setelahnya. Jika dia memilih tetap berbohong maka yang dia dapatkan adalah tetap di cap sebagai pria tukang selingkuh. Jika kejujuran yang ia pilih maka , seperti yang terjadi saat ini. Irene melihatnya sebagai pria yang jauh sekali dari kata baik, pria yang dibenci dan ditakuti. Walaupun pada dasarnya tetap kebencian yang ia dapatkan terlepas dari apa pilihan yang dipilihnya.

Jika Taehyung dihadapkan antara kebohongan dan kejujuran , berbeda dengan Jimin. Dia bahkan dihadapkan pilihan yang tak ia mengerti jelasnya , pilihan yang tak jelas tapi berhasil membuat dirinya kalut.

"Maafkan aku. Aku yang memberi tahu Joy tempat kalian berbicara. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku tidak terpikirkan jika dia akan nekat dan menggunakan kekuasaan nya untuk menerobos masuk seperti itu. Terkadang aku lupa kalau dia sudah sah menjadi penerus ayah dimana gedung hotel ini juga dia kuasai sepenuhnya. Dan aku tak bisa menahan nya." Jimin kembali memberikan tisu baru yang baru saja ia ambil dari kotaknya , mengulurkannya pada Irene yang duduk disampingnya.

Jujur saja Jimin terkejut dengan Irene yang menangis seperti itu, bahkan semakin mencurahkan tangisannya saat Jimin memeluknya. Jimin memang mengira jika Irene setidaknya akan kesal , kecewa ataupun semacamnya. Tapi benar benar tak mengira jika Irene akan kembali seperti itu , dimana dirinya menjadi tempat yang dipercayai untuk mencurahkan segala apa yang Irene rasakan. Lagi, seperti deja vu. Namun satu hal , Jimin sangat yakin dengan yang ini. Ada perasaan yang masih tetap sama walaupun tak ditunjukan sepenuhnya.

Irene , masih mencintai Taehyung. Walaupun entah sebesar apa sekarang.

"Tak apa , aku mengerti perasaanmu. Bagaimanapun Joy adalah adikmu , aku hafal sekali bagaimana kau menyayangi adikmu itu. Lagipula tak salah sama sekali , Taehyung bahkan sekarang adalah calon suaminya. Aku juga akan melakukan hal yang sama jika diposisi Joy. Ah tidak , aku bahkan sudah pernah melakukan hal seperti itu. Mengikuti suamiku untuk bertemu dengan perempuan lain." Irene tersenyum miris diakhir kalimatnya , kembali mengingat kenangan yang bahkan membuat beberapa mimpi buruk saat ia mencoba tertidur hingga berhari hari bahkan berbulan bulan setelahnya.

Airmata yang kembali menetes ia seka dengan tisu yang sebelumnya Jimin berikan , suaranya bahkan masih terdengar serak karena tangisannya. Dia tak ingin menangis , dia benci menangis , tapi dia juga tak bisa menahannya. Airmatanya keluar begitu saja bahkan tanpa di perintah , atau mungkin hatinya yang sudah memerintah tak kuasa menahan sakit seorang diri.

Jimin benar benar dibuat bungkam dengan ucapan Irene, sama sekali tak bisa membantah. Kepalanya menunduk dengan kaki yang ia gerakan asal , mengusak pada aspal yang mereka injak. Tak peduli dengan sepatu mahalnya yang bisa saja tergores . Bahkan dia tak memperdulikan celananya yang kotor karena mereka tengah terduduk ditrotoar jalan tak jauh dari gedung hotel. Udara dingin yang sebelumnya dirasakan membuat jas milik Jimin sudah terpakai ditubuh Irene. Melindungi tubuh yang banyak terekspos itu dari angin malam yang seakan menusuk pada tulang.

"Jadi sejak kapan?" Tanya Irene , airmata nya sudah berhenti mengalir. matanya menatap lurus kedepan.

"Apanya?"

METANOIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang