METANOIA - 20

1.2K 204 108
                                    

Sebuah emosi yang bergejolak tentu beresiko untuk membuat darah terasa mendidih. Namun, sosok lain dari dalam diri itu seakan berusaha mendinginkan, berusaha memberikan ketenangan yang walaupun pada akhirnya tetap membuat kepala terasa ingin meledak begitu saja. Kalau kata orang lain kesabaran ada batasnya, maka bagi Kim Taehyung emosi juga ada batasnya. Dan saat ini Taehyung rasanya masih bisa mengatasi batas emosinya, setidaknya sedikit. Mengingat Jimin juga tidak salah sepenuhnya. Dia berhak membela adiknya, dia berhak mencintai Irene karena bahkan wanita itu bukan lagi miliknya. Bahkan jika diingat selama ini Jimin yang selalu ada untuk Irene, dan selalu dipercaya oleh Irene sendiri. Dan satu hal lain dimana ini menyangkut pembicaraan mereka beberapa tahun lalu. Dimana Jimin mengatakan bukan hal sulit untuknya kembali mencintai Irene sebagai wanita.

Bahkan jauh sebelum itu, Taehyung sudah tahu lebih dulu. Jimin pernah terang- terangan menunjukan perasaan nya pada Irene. Saat Taehyung bahkan belum membalas perasaan Irene padanya. Saat itu bukanlah menjadi hal yang rumit karena bahkan mereka masih memegang prinsip sebagai sahabat dengan sangat kuat.

Sampai pada akhirnya Taehyung justru membalas perasaan Irene. Berkencan , sampai akhirnya membuat wanita itu hamil dan menikahinya. Jimin memang mulai berkencan dengan wanita lain saat itu, tapi Taehyung selalu sadar jika perasaan Jimin pada Irene masih ada jauh dari dalam hatinya, walaupun itu hanya tersisa setitik. Alasan yang membuat Taehyung selalu cemburu padanya.

"Tuan Kim, ada yang mau bertemu denganmu. Katanya dia sudah membuat janji denganmu. Saya sudah mencoba menghubungi anda tapi tidak ada jawaban jadi saya mendatangi langsung sekarang." Wanita dengan pakaian rapi itu memasuki ruangan Taehyung setelah mengetuk pintunya dan dipersilahkan masuk. Salah satu pekerja nya, seorang sekertaris yang banyak membantu pekerjaannya.

"Siapa? Aku tidak ada janji temu dengan siapapun." Taehyung menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki dibalik meja kerja nya.

Wajah Taehyung terlihat lusuh, rambutnya berantakan bahkan bajunya masih sama dengan yang ia kenakan kemarin, saat Jimin datang dan membawa beberapa kabar buruk. Taehyung bahkan tidur dikantornya, memilih tidak pulang karena sengaja menghindari Jimin. Tidak ingin emosinya meledak saat bertemu Jimin, setidaknya menghindar untuk beberapa waktu lebih baik.

"Aku yang datang. Kita memang tidak berjanji akan bertemu hari ini, tapi bukankah kau menyuruhku datang kapanpun? Atau haruskah aku kembali?"

Taehyung menegakkan tubuhnya dengan refleks, menatap pada wanita didepannya tak percaya. Wanita yang tiba-tiba saja masuk menyusul sekertarisnya, wanita dengan balutan rok span pendek , dan kemeja biru muda dengan bagian leher yang diisi dengan tali yang sudah diikat membentuk pita. Tidak lupa rambut yang tergerai rapi dan polesan make up tipis diwajahnya.

"Nona Choi, tidak apa-apa. Kembalilah ketempat kerjamu, aku memang yang menyuruhnya datang kemari." Ucap Taehyung, membiarkan sekertarisnya itu keluar dari sana, dan kemudian menunjuk kursi dihadapannya pada wanita yang tengah berdiri dengan tas yang menggantung dilengannya. Mempersilahkannya untuk duduk.

"Irene, kau benar-benar datang?" Taehyung kembali mendaratkan tubuhnya pada kursi yang sebelumnya dia duduki.

"Apa kau memang selalu seperti ini saat bekerja?" Bukannya menjawab pertanyaan Taehyung, Irene malah mengalihkan dan mengajukan pertanyaan pada Taehyung. Tapi memang merasa heran juga dengan penampilan Taehyung yang seperti itu.

Taehyung menunduk melihat pada dasi yang menggantung pada lehernya , tanpa terpasang dengan rapi beserta kemeja hitam kusut dengan beberapa kancing yang terbuka. Jangan lupakan juga dengan rambut dan wajah nya yang terlihat berantakan tanpa bisa Taehyung lihat sendiri jika tidak melihat pada cermin.

"Ah ini, aku, begini. Tidak tidak , bisakah menunggu ku sebentar? Berikan aku waktu untuk merapikan diriku."

Irene menaikan alisnya menatap pada Taehyung yang terlihat gugup tak karuan. Oke , memang terlihat aneh saat seorang CEO yang biasanya dikantor manapun akan terlihat sangat rapi. Irene hapal betul karena mengingat ayahnya dulu adalah salah satunya. Tapi didepannya, sang Ceo itu malah terlihat seperti itu bahkan di jam pagi dimana seharusnya penampilan itu masih sangat rapi. Kecuali jika seperti dalam cerita-cerita yang menjelaskan tentang ceo dan sekertarisnya baru saja 'bermain'.

METANOIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang