Part 1

599 47 30
                                    

Namgyeong, 971

"Agassi!" ujarnya ketika mengawasi gadis di depannya yang hanya terbengong melihat deretan makanan yang terhidang di atas meja, "Kau bisa memanggilku seperti itu."

SuA telah memberikan pakaian juga makanan pada gadis di depannya. Ia merasa sudah selayaknya gadis itu memanggilnya seperti para pelayannya yang lain. Lagipula tak ada yang pernah menyebut namanya langsung kecuali kedua orangtuanya yang telah lama pergi.

"Kau seenaknya memberikan nama padaku, tetapi menentukan bagaimana aku harus memanggilmu," Bukannya mulai makan ataupun menurut, gadis itu malah menggerutu padanya. "Aku juga punya nama!"

"Benarkah?" SuA tersenyum padanya. "Kalau begitu siapa namamu?"

Gadis itu melolong.

"Ne?"

"Itu namaku!" Ujarnya.

SuA tidak bisa menahan tawanya. "Tidakkah kau memiliki nama yang lebih panjang?"

Gadis itu melolong sedikit lebih lama.

"Sudahlah!" SuA menyerah. "Aku akan memanggilmu Singnie saja!"

"Kalau begitu aku juga ingin memberi nama padamu!" Ia tidak mau kalah.

"Oya?" SuA memperbaiki duduknya ketika ia merasa penasaran. "Apa nama yang kau berikan untukku?"

Gadis itu lagi-lagi melolong.

"Mengapa namaku terdengar seperti namamu?" SuA protes ketika itu terdengar sama saja di telinganya.

"Aniyeo!" Gadis itu menggeleng. "Namaku adalah 'melolong' sementara kau adalah 'melolong' itu dua hal yang berbeda."

"Ah! Molla! Makan saja makananmu!" Perintah SuA ketika ia tidak bisa membedakan kedua nama yang menurutnya hanya sebuah lolongan sama persis.

Gadis itu hanya diam menatap makanan di atas meja. Tampaknya ia kebingungan dan SuA menyadari itu.

"Jangan katakan kau tidak tahu cara menggunakan sumpit!" SuA memasang wajah mencemooh.

"Kau meremehkanku?" Gadis itu menggeram padanya. Cakarnya sudah tertancap ke meja, seolah bersiap untuk menyerang. "Aku bisa mencabik dengan taringku! Untuk apa menggunakan benda tak berguna seperti ini?"

SuA tetawa lagi. Bagaimana gadis itu merasa terancam tampak menggemaskan di matanya. Ia mengambil sejumput makanan dengan sumpitnya kemudian menyodorkan pada gadis itu. "Jja! Aku akan menyuapimu, Singnie-ah!"

Awalnya gadis itu tampak ragu. Kemudian aroma makanan yang begitu dekat dengan hidungnya membuat perutnya bergejolak. Padahal ia tidak sedang kelaparan, namun itu terlihat sangat enak. Lalu ia membuka mulutnya sedikit dan melahap suapan yang SuA berikan padanya. Wajahnya berubah merah ketika ia merasa malu setelah memakan makanan pemberian SuA.

"Jadi, kau adalah penyihir?" Gadis itu bicara sambil mengunyah makanannya. Sesekali ia memperbaiki duduknya, dan saat yang lain ia berdehem untuk melegakan tenggorokannya. SuA terus tersenyum menatapnya membuat ia merasa salah tingkah. Berpikir apa mungkin ada yang salah dengan wajahnya, atau memang ini adalah pertama kalinya SuA bertemu siluman serigala.

"Eoh!" SuA menjawabnya dengan cara yang tidak formal kemudian mengarahkan makanan lagi kepadanya.

Gadis itu hanya menurut dan menerima semua makanan yang disuapi SuA kepadanya. "Memangnya apa yang dilakukan penyihir?"

"Menurutmu?" SuA balik bertanya.

Gadis itu mengangkat bahunya. "Entahlah, menghabisi hewan-hewan di hutan mungkin."

The Last WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang