Part 3

202 34 19
                                    

Namgyeong, 972

"Kuharap kau tidak salah paham, karena aku tidak berniat kurang ajar terhadapmu," lanjutnya setelah melihat perubahan wajah SuA. "Kau tahu? Aku cukup umur tahun ini. Ini adalah pertama kalinya bagiku. Dan ... tak ada kawananku yang tersisa sehingga aku tidak bisa meminta bantuan siapapun. Kau satu-satunya teman yang kumiliki. Maksudku, teman yang mengetahui siapa aku sebenarnya. Jadi ..."

"Kau ingin aku membantumu melepaskannya?" Tanya SuA sambil menunduk malu. Wajahnya berubah menjadi semakin merah.

"Melepas apa?" Sahut Singnie. "Aku ingin belajar konfusius darimu. Karena aku melihat para pelajar yang benar-benar mempelajarinya memiliki pemikiran yang lebih tenang. Mereka mampu mengendalikan diri, dan juga tampak berwibawa."

"Kau pikir aku bisa mengendalikan diri?"

"Eh?"

"Lalu apa hubungannya dengan musim kawin? Kau sudah cukup umur, Ini pertama kalinya bagimu, dan kau yang tidak memiliki kawanan lagi yang bisa membantumu." SuA mengulangi semua perkataan Singnie tadi.

"Aah!" Gadis itu tertawa. "Hanya ingin menyampaikan situasi terkini."

"Kau tidak ingin aku salah paham. Kau tidak berniat kurang ajar," SuA masih belum merasa puas.

"Setelah tidak berkunjung lama, tiba-tiba datang minta diajari, aku tidak ingin kau salah paham dan menganggapku kurang ajar," jawabnya. Lalu tertawa lagi seolah sengaja mengolok-olok SuA.

Meski yang merupakan siluman serigala adalah Singnie, namun SuA telah mengambil posisi untuk melompat dan menerjang gadis di depannya. Satu tahun lamanya ia menunggu, dan malah dihadapkan pada omong kosong semacam ini.

"Saat sedang berjalan-jalan di hutan karena sudah lama tidak melakukannya, aku mendengar suara hewan-hewan yang sedang berpasangan lalu menyadari. Aaah ini sudah musim kawin lagi. Kemudian aku teringat denganmu karena waktu kau memanahku dulu juga tepat di musim kawin. Lalu aku memiliki ide untuk berkunjung ke tempatmu," Singnie mencoba menjelaskan segalanya pada SuA. "Dan bukankah aku memang sudah cukup umur untuk belajar konfusius yang memang pertama kalinya dalam hidupku? Kau satu-satunya teman yang tahu siapa aku sehingga akan lebih nyaman jika belajar darimu dibanding orang lain."

SuA melemparkan belati kecil yang sejak tadi di genggamnya karena ia sungguh merasa kesal. Singnie mengangkapnya dengan mudah dalam cahaya temaram karena ia melihat benda itu meluncur ke arahnya.

"Sepertinya mencoba melukaiku adalah hobimu," Singnie menyimpan belati itu di lipatan bajunya.

"Malam-malam begini, hanya ingin menyampaikan itu?" SuA mengatur nafasnya untuk menenangkan diri. Setelah satu tahun berlalu, Singnie menjadi terlalu banyak bicara.

Singnie mengangguk. Ia tidak marah SuA melemparinya dengan sesuatu yang berbahaya karena dia toh tidak terluka. "Itu karena perjalanan dari Gaegyeong kemari mengalami sedikit hambatan. Seharusnya aku tiba tadi siang."

"Dan kau langsung datang kesini untuk belajar?" SuA berdecak dengan sisa kekesalannya. "Rajin sekali."

"Oh ya! Aku juga meminjam namamu ketika berada di ibu kota," Singnie melanjutkan ceritanya tanpa peduli. "Ketika aku menyebutkan bahwa aku adalah kenalan Kim SuA dari Namgyeong, istana memberiku pekerjaan dan juga tempat tinggal. Kurasa kau benar-benar terkenal."

"Kau bekerja di istana?" SuA tampak penasaran. Ia tidak keberatan jika Singnie menjual namanya pada orang istana. Ia benar-benar tak peduli terhadap itu semua. Yang justru membuatnya tertarik adalah seorang siluman yang menyukai alam seperti Singnie ingin bekerja seperti manusia pada umumnya. Apa ia benar-benar bosan?

The Last WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang