Part 30

296 27 57
                                    

Seoul, 2020

Si Yeon, Min Ji, Yoo Hyeon dan Yoo Bin duduk di ruang baca yang telah disulap menjadi ruang kelas. Sementara Handong berdiri di depan menyiapkan papan tulis.

"Ga Hyeon-ah! Palliwa!" Teriaknya sambil membersihkan sisa-sisa kapur di papan tulis. Setelah selesai, ia berbalik untuk menghadapi gadis-gadis cantik yang ada disana. "Kalian yakin ingin belajar sihir?"

"Ne!" Jawab mereka berbarengan. Si Yeon yang paling semangat.

Ga Hyeon masuk membawa setumpuk buku dan membagikannya pada semua yang ada disana. Ia melihat Handong yang sumringah kemudian mengomel, "Mengapa aku merasa dia senang sekali karena dikelilingi gadis-gadis?"

"Aku mendengarmu Ga Hyeon-ah!" Handong memperbaiki bingkai kacamatanya yang sengaja ia pakai agar terlihat lebih intelektual. Ia begitu bersemangat hari ini karena setelah sekian lama ada murid yang ingin belajar sihir. Dan ini juga pertama kali baginya mengajar.

"Ada apa dengan buku-buku ini?" Si Yeon membolak-balik buku di mejanya yang seluruh isinya adalah tulisan yang tidak ia mengerti.

Handong berdehem mencari nada suara yang tepat sebelum mulai menjelaskan. "Sebelum mempelajari sihir, kalian harus menguasai ajaran konfusius agar kalian mampu menguasai hati dan pikiran kalian sendiri dan bisa fokus saat melakukan sihir."

Terdengar suara tawa yang berasal dari Min Ji.

Handong menoleh dan menatap murid kurang ajarnya itu. "Apa ada yang lucu? Min Ji-ah?"

"Ani!" Min Ji masih tertawa. "Sihir dan konfusius itu kan tidak ada hubungannya. Kecuali gongju-nim bermaksud menuduh konfusius adalah seorang penyihir. Itu bisa disebut pelecehan. Kau bisa dituntut!"

"Kau bisa tertawa sekarang," Handong meletakkan kedua tangannya dalam saku sambil berjalan mendekati Min Ji. "Sebelum menguasai konfusius, kau tidak akan pernah bisa mengucapkan satu mantrapun."

Kali ini Yoo Bin yang tertawa. "Itu omong kosong! Berikan aku satu mantra, aku akan menunjukkannya padamu!"

"Bocah ini!" Handong menggeram pada Yoo Bin. "Baiklah, aku akan memberikan satu mantra padamu."

Handong melepaskan salah satu antingnya, kemudian meletakkannya di atas meja Yoo Bin. Ia memberikan mantra untuk mengangkat benda dan meminta Yoo Bin mengulanginya.

Yoo Bin melakukannya dengan percaya diri. Ia menyebutkan mantra itu sambil memfokuskan pikirannya untuk mengangkat anting itu dan berhasil melayang di udara selema beberapa detik.

"Lihat?" Yoo Bin memamerkannya dengan bangga pada Handong yang kini ternganga. Tak percaya bahwa mantra itu bisa dilakukan begitu mudah.

"Woah! Daebak!" Min Ji mengikuti apa yang dilakukan oleh Yoo Bin pada tumpukan buku di atas mejanya. Ia berhasil membuat bahkan dengan mejanya melayang.

"Apa sebenarnya kalian ini?" Handong membanting kacamatanya ke lantai. Apa yang dilihatnya benar-benar tidak mungkin terjadi.

Melihat dua gadis itu berhasil pada percobaan pertama, Si Yeon dan Yoo Hyeon mencoba melakukan hal yang sama. Mereka memfokuskan diri untuk mengangkat benda. Tapi mereka gagal.

Min Ji mengangkat kursinya dan memindahkannya ke samping Yoo Bin.

"Eonni!" Yoo Hyeon yang tadi duduk di sebelah Min Ji menariknya agar kembali. "Mengapa kau duduk disitu?"

"Harusnya dikelompokkan begini karena kami ini murid akselerasi," jawab Min Ji. "Bukankah begitu Yoo Bin-ah?"

Yoo Bin mengangguk setuju dan melakukan high five dengan Min Ji, tidak mempedulikan Yoo Hyeon yang berwajah cemberut.

The Last WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang