La Guardia 5

289 54 19
                                    

Kelopak matanya terbuka perlahan, mengerjap beberapa kali hingga pupilnya terbiasa dengan cahaya di dalam ruangan besar serupa kamar. Dengan pencahayaan yang cukup menyejukkan mata.

Kamar? Jiyong baru saja teringat jika saat ini dirinya bukan berada di kamarnya, melainkan atasannya. Kepalanya terangkat sedikit hanya untuk melihat siapa yang sudah menindih satu tangannya.

Rambut dengan warna putih itu terlihat tidur dengan tangan sebagai tumpuannya, tepat di sisi tangan Jiyong dan Jiyong cukup terkejut jika seorang Lee Seungri menjaganya sekarang. Tangan kanan Jiyong terjulur hendak menyentuh kepala Seungri meski ujung rambutnya. Tapi dia urung niat dan menarik tangannya kembali, karena Seungri terbangun dari tidurnya.

Jiyong tak mengucapkan sepatah kata pun, hanya memperhatikan Seungri yang membuka kedua matanya dan kini mereka saling memandang satu sama lain. Tatapan mereka terperangkap. Wajahnya menggemaskan ketika dia baru bangun tidur. setidaknya itu yang dipikiran Jiyong.

"Sudah bangun?"

Seungri mengucak matanya, membersihkan ujung matanya. Tak mau terlihat ada kotoran di sekitar matanya. Tapi lagi-lagi Jiyong melihat Seungri tidak seperti ketua.

"Baru saja. Maaf tuan sudah merepotkan anda. Apalagi saat ini aku memakai kamar anda. Ugh ...," rintih Jiyong saat ingin bangun.

Sudah sepatutnya bukan jika Jiyong sungkan pada Seungri. Bagaimana pun Seungri tetaplah atasannya dan Jiyong sadar dia tidak pantas diperlakukan spesial.

"Sudah-sudah, tidak perlu membahas soal itu. Jangan terlalu banyak gerak. Nanti jahitannya terbuka. Sekarang waktunya kau makan."

Seungri beranjak dari duduknya dan mengambil satu nampan berisi makanan yang sudah dibawakan pelayan setengah jam yang lalu. Menaruh nampan tersebut di atas nakas samping tempat tidurnya.

"Ayo, aku bantu duduk."

"Tidak perlu, tuan. Biar aku sendiri yang melakukannya."

Belum kering Jiyong mengucap, Seungri sudah membantunya untuk duduk di kasur dan bersandar di kepala kasur.

"Jangan sungkan. Aku melakukannya hanya saat ini. Karena aku bukan orang yang tidak tahu terima kasih." Seungri mengambil makanan di atas nampan. "Makanya aku ingin membalas kebaikanmu. Buka mulutmu!"

"Tuan, biar aku makan sendiri. Ini tidak sopan."

"Kau tidak sopan jika menolakku!"

Jiyong tak lagi ingin membantah, Seungri tetaplah pimpinannya dan dia hanya bisa menuruti perintahnya. Meski sejujurnya jantungnya sejak tadi seakan minta dikeluarkan dari sarangnya.

"Mianhae, karena aku kau sudah dua kali terluka."

"Itu sudah tugasku, Tuan Lee. Jangan pernah merasa bersalah. Ini hanya luka kecil dan aku masih bisa bergerak. Jadi setelah ini aku bisa kembali ke kamarku."

"Aku akan merawatmu hingga lukamu sembuh. Jadi untuk sementara kau tetap tinggal di kamarku."

Seungri dan Jiyong kembali beradu pandang. Sorot mata Seungri lebih lunak dari sebelumnya. Raut kecemasan muncul kembali di wajah itu dan Jiyong pernah melihatnya beberapa jam sebelumnya. Tak lama tatapan itu turun pada makanan yang ada di tangan Seungri.

"Setidaknya hingga lukamu sembuh," ucapannya terdengar lirih hingga melunakkan Jiyong.

"Ne, tuan."

Jiyong tetap memandangi tuannya yang kini menyiapkan obat yang harus diminumnya dan menyerahkan obat beserta segelas air. Kegiatan itu tidak berlangsung lama karena seseorang memasukki kamar Seungri begitu saja.

La Guardia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang