Jarinya bergerak perlahan diikuti dengan pergerakan matanya yang dengan teliti membaca berita dari ponselnya. Seungri tidak peduli dengan jalan sekitar yang sudah entah berapa panjang kilometer yang dilaluinya. Yang dia tahu hanyalah beberapa mobil hitam mengawalnya pergi menuju Noise.
Dua di depan dan dua lagi di belakang. Begitulah biasa dia diiringi oleh pengawalnya. Sedangkan mobilnya sendiri berada di posisi tengah. Dengan dua pengawal di dalamnya dan dirinya. Netra coklat Jiyong terus tertuju pada jalan di sekitarnya yang dilalui cukup lenggang.
Sesekali matanya melirik pada kaca spion di sebelah kanan untuk memantau kondisi jalan di sisinya. Fokusnya kembali lagi pada jalan di depannya. Rombongan mereka melintas dengan lancar, setengah jam sebelum Jiyong melihat sesuatu yang terbang melayang tak jauh dari sebelah kanan.
Untuk memastikan benda tersebut, Jiyong menengok ke kanan dan dia mendapati sebuah drone melintas. Supir bahkan Seungri sendiri abai dengan apa yang Jiyong lihat. Berbeda dengan pengawal Seungri satu ini. Dia merasa ada sesuatu yang janggal. Drone itu terus melintas selama 5 menit dan terbang melayang tepat di depan dua mobil kawalan Seungri. Drone itu mengeluarkan senjata dan menembaki dua mobil di depannya yang membuat kedua mobil itu oleng ke kanan dan kiri jalan.
"Ada apa?" tanya Seungri yang terkejut karena mobilnya berhenti mendadak.
Jiyong dan si pengemudi terdiam memperhatikan arah drone yang terbang ke sana kemari seolah mencari sasarannya.
"Aku tanya ada apa?"
"Sepertinya ada yang mengirim drone untuk menyerang kita, tuan. Sebaiknya tuan tetap menunduk."
Seungri, menuruti kata-kata Jiyong untuk menundukkan sedikit kepalanya dan melihat keadaan. Kini drone tersebut melayang tepat di depan mobil Seungri yang juga tiba-tiba berhenti.
"Mundur! Semuanya mundur!" Jiyong memberi perintah dari alat komunikasinya pada dua mobil di belakang mobil Seungri.
Baru dua mobil di belakang mundur, drone itu sudah kembali menembak mobil Seungri. Dampaknya kaca depan berlubang dan retak. Kap mobil pun terlihat berlubang. Jiyong merunduk melindungi diri sendiri. Sayang, supirnya belum sempat injak gas dia keburu tewas.
"Ashhh, sial!" Jiyong membuka pintu kiri dan melempar supirnya begitu saja, sedangkan dia berpindah posisi.
"Tuan Lee, kau tidak apa-apa?"
"Aniyo, gwaenchana."
Jiyong berhasil berpindah posisi dan mengambil alih kemudi. Dia memindahkan perseneling mobil pada posisi mundur dan melihat ke belakang, menginjak gas dan mobil itu meluncur ke belakang. Ini dia lakukan di saat drone tersebut sedang menghentikan serangannya. Sesekali kali Jiyong melihat ke depan, memastikan drone itu belum menyerang lagi.
Dirasa cukup jauh dia memundurkan mobil, dengan cekatan Jiyong memutar stir mobil dan mobil tersebut melakukan manuver 180°. Jiyong membelakangi drone itu.
"Tuan Lee berpeganganlah. Aku akan membawamu bebas dari serangan drone itu."
Seungri lagi-lagi hanya patuh dengan Jiyong. Dengan cepat pula Jiyong memindahkan perseneling agar mobil itu bisa melaju ke depan dan injak pedal gas secepatnya. Tepat saat mobil itu melaju, drone mulai menembaki lagi. Seungri tertunduk di kursi belakang. Jiyong berusaha menghindari serangan.
Laju drone itu melebihi mobil karena sekarang benda melayang itu sudah berada di hadapan Jiyong dan siap memuntahkan peluru lagi.
Dor dor dor
Jiyong dan Seungri mendapat serangan bertubi-tubi. Beruntung Jiyong cukup cekatan menghindari serangan, setidaknya sang majikan tidak terluka.
"Jiyong, kau tidak apa-apa?" tanya Seungri khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Guardia (END)
AçãoSeseorang menginginkan kematian Seungri yang merupakan CEO perusahaan raksasa dan pemimpin Phoenix. Namun usaha itu selalu digagalkan oleh salah satu pengawalnya. Hal itu juga yang menimbulkan benih cinta di antara keduanya. Apakah cinta mereka akan...