La Guardia 28

483 42 81
                                        

Tiga bulan kemudian

Tubuhnya berbalut tuxedo hitam, membawa sebuket bunga untuk dia sandingkan pada sebuah batu nisan di depannya. Kacamata hitam bertengger di hidungnya dengan matanya yang memandangi sebuah nama yang tertera di nisan tersebut. Sesaat Seungri hanya diam memandangi nisan Kim Ha Joon.

"Ha Joon-ah, gomawo. Tanpa kau mungkin akulah yang terbaring di sini. Seandainya saja kau tidak pernah bertemu denganku, mungkin kau sedang tertawa dengan pasanganmu. Tapi Ha Joon-ah, aku sudah bahagia sekarang. Dia menepati janjinya padamu dan aku," Seungri menunjukkan cincin di jarinya, "kau lihat? Cincin ini sudah berganti dengan cincin pernikahan. Aku dan dia sudah menikah. Kuharap kau bahagia di sana."

Seungri tersenyum sebentar sebelum dia melanjutkan kembali kalimatnya.

"Ha Joon-ah, mianhae aku mungkin tidak bisa sering-sering menjengukmu. Tapi aku akan mendoakanmu agar kau bahagia di sana. Ini bunga dariku, bunga peony kesukaanmu."

Dia melirik pada jam tangan mahalnya dan kembali berbicara pada Ha Joon.

"Kurasa sudah waktunya aku pergi. Suamiku sudah menungguku. Maafkan dia karena tidak ikut menyapamu. Tapi dia mengucapkan terimakasih untukmu. Baiklah, aku pergi dulu. Sampai jumpa lagi."

Seungri membungkukan badan memberi penghormatan terakhir pada Ha Joon. Bagaimana pun, Ha Joon pernah mengisi hati Seungri sebelum Jiyong hadir. Seungri merapikan tuxedonya sebelum kembali ke mobil sedan yang terparkir tak jauh dari pemakaman. Dengan diiringi beberapa pengawal di belakangnya. Sang supir membukakan pintu mobil bagi tuannya. Di dalamnya seseorang menunggu dengan matanya yang tertuju pada layar tablet.

"Sudah selesai pertemuannya?"

"Kenapa kau tidak ikut menemuinya?"

"Aku hanya ingin memberi kalian waktu berdua. Jadi untuk apa aku ikut."

"Kau ini suamiku yang paling pengertian."

"Hm, tentu saja."

"Kita jadi ke ParaNoise?"

Suaminya menutup tablet di depannya dan tersenyum pada Seungri.

"Kita akan ke ParaNoise, Dragon dan Phoenix. Aku berencana untuk menggabungkan ketiganya dalam satu bangunan. Akan memudahkan kita untuk memantaunya."

"Hm, aku ikut suamiku saja. Tapi sebelumnya kita bertemu Daesung hyung untuk memeriksakan kondisimu."

"Sayang, aku sudah sehat. Kau lihat sendiri betapa bugarnya aku. Bahkan aku bisa membuatmu mendesah berjam-jam," goda suaminya.

"Hyung, hati-hati dengan ucapanmu. Dia mendengar," tunjuk Seungri pada supir yang sedang mengendarai mobil.

"Wae? Kau suamiku, tidak ada yang salah dengan itu. Bagaimana kalau kita buktikan setelah kita kembali dari kunjungan?"

"Aigoo, mungkin luka tembak sudah melukai saraf otakmu, hyung."

"Menolakku sayang?"

"Aku tidak bisa menolakmu, Kwon Jiyong! Jadi mari kita buktikan ucapanmu."

Seungri menyambar bibir tipis suaminya, Jiyong. Orang yang hampir mati karena menerjang peluru demi Seungri. Daesung selaku dokter pribadi Seungri, menangani secara langsung operasi pengangkatan peluru yang bersarang di tubuh Jiyong.

Namun usai operasi, Jiyong dinyatakan koma. Hidup Seungri seakan diombang ambing oleh ketidakpastian. Entah kapan Jiyong akan kembali membuka mata. Dengan dirinya yang selamat, dia menjalankan tiga perusahaan sekaligus sambil menunggu Jiyong sadar dari komanya.

Satu bulan lamanya, akhirnya Jiyong membuka matanya. Dia bangun dari tidur panjangnya. Angin segar dapat Seungri rasakan kembali. Tapi itu sementara, karena seminggu setelah Jiyong bangun dari koma, mereka harus kembali berurusan dengan hukum. Status Jiyong yang masih buron, ditambah dengan Seungri yang dituduh terlibat dalam pembunuhan Ha Joon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

La Guardia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang