Kedua kakinya berjalan santai namun tegas, melewati orang-orang yang memperhatikan kedatangannya dengan penuh tanda tanya. Jas abu-abu yang senada dengan celananya, sepatu pantofel yang mengkilap dan jam tangan bermerek terkenal tak lupa tersampir di pergelangan tangan. Semua nampak sempurna. Satu lagi yang tak ketinggalan, warna rambutnya yang kembali hitam menambah ketampanannya.
Diiringi oleh Minho, pria ini berjalan mantap menuju Noise. Senyumanya dia tebarkan pada mereka yang menatap heran dan bingung. Namun dia tidak peduli dengan itu. Bahkan dia menyambut salam hangat dari mereka yang telah mengenalnya dengan baik. Hingga pintu ruang CEO terbuka dan mempersilahkan dirinya masuk.
Ha Joon mengalihkan pandangannya pada kertas-kertas di hadapannya begitu sekretarisnya membawa masuk tamunya. Dia lantas menengadahkan kepalanya, melihat kedatangannya. Bukan kesenangan yang dia dapatkan, melainkan keterkejutan dengan apa yang dilihatnya sekarang. Orang yang hampir sebulan menghilang, kini berdiri dengan tegap di hadapannya.
"Selamat siang, Ha Joon-ssi," sapa Richard diiringi dengan senyuman.
"Seungri?" Ha Joon tak mampu membalas senyuman Seungri.
"Apa kabarmu?"
"Jadi Richard adalah kau?" Ha Joon berjalan mendekati Seungri, dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.
"Wae? Ada yang salah?" Seungri masih memberinya senyum terbaik.
"A-aniya, hanya saja ...," ucapannya terputus.
"Richard nama asingku. Sama seperti Quan Zhi Long. Ingat nama itu? Kurasa kau mengetahuinya."
"Kau punya nama asing? Sejak kapan?" Alis Ha Joon menyatu. Dia tidak pernah tahu akan hal itu.
"Sebelum kita saling kenal, aku sudah menggunakan nama Richard di saat sedang ke luar negeri."
"Apa tujuanmu datang kemari?"
"Berbisnis tentu saja dan ...
Seungri mendekatkan dirinya di depan Ha Joon. Kepalanya tepat di sisi kiri telinga Ha Joon. Dia berbisik nakal, yang menggetarkan bulu kuduk Ha Joon.
"Ingin bertemu denganmu juga, sayang. Kau tidak merindukanku?"
Setelahnya Seungri menjauhkan kepalanya. Tersenyum penuh arti. Minho memperhatikan permainan Seungri dari belakang tanpa mengeluarkan ekspresi apapun. Sedangkan seseorang yang mendengarnya dari jauh menahan emosinya untuk tidak keluar dari mobil. Ha Joon menelan ludahnya.
"S-Seungri-ah ...."
"Hm, wae? Apa aku tidak boleh duduk?" Seungri melirik pada kursi di ruangan itu dengan dirinya yang masih setia tersenyum.
"Ah, ye. Anjeuseyo."
"Gamsahamnida." Seungri mendaratkan pantatnya di kursi sembari melepaskan kancing pada jasnya. Satu kakinya bertumpu di kakinya yang lain.
"Jadi, Para memang milikmu?"
"Hm, katakan saja seperti itu."
"Kau serius akan kerja sama dengan Noise dengan saham sebesar itu?"
Seungri merapikan sedikit dasinya yang sebenarnya tidak berantakan sama sekali.
"Joon-ah, selama aku berbisnis tidak pernah ada kata main-main dalam kamusku. Kau lihat bagaimana Phoenix bisa berkembang pesat di bawah naunganku?! Jadi, apa ada kata bercanda dalam tawaranku?"
Keraguan sempat hinggap dalam pikiran Ha Joon, tapi dia memikirkan kebenaran yang dikatakan Seungri.
"Baiklah, aku percaya denganmu. Kapan kita akan mulai kerja samanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
La Guardia (END)
AksiSeseorang menginginkan kematian Seungri yang merupakan CEO perusahaan raksasa dan pemimpin Phoenix. Namun usaha itu selalu digagalkan oleh salah satu pengawalnya. Hal itu juga yang menimbulkan benih cinta di antara keduanya. Apakah cinta mereka akan...