Hujan deras membasahi kota Seoul pagi itu. Sebagian orang-orang berlarian menghindari terpaan air hujan hanya dengan punggung tangan mereka. Lain halnya dengan pria satu ini. Mobil mewah hitamnya melintas kota Seoul, membelah jalan yang dibasahi oleh air hujan yang turun.
Mobilnya berhenti di depan pintu gerbang berlambang Phoenix, burung mitologi yang melambangkan keabadian. Tak sampai satu menit mobil telah memasukki halaman dari markas Phoenix itu sendiri. Payung terbuka lebar dan pintu mobil dibuka oleh satu anak buahnya. Kaki itu pun satu persatu melangkah keluar dari mobil.
Seungri berdiri di bawah payung yang telah diguyur derasnya hujan. Terdiam sejenak sebelum akhirnya kedua kakinya melangkah memasukki ruang di mana dia akan menyimpan lawannya. Mungkin lebih tepatnya menyiksa mereka yang berani menghalangi jalannya.
Derap langkahnya terdengar santai, gerakan tubuhnya memperlihatkan sisi angkuh dan wibawa menjadi satu. Seluruh bawahannya di dalam ruang itu menunduk padanya. Pintu ruang 'Pleasure' begitulah Seungri menyebutnya, terbuka lebar. Karena di ruang itu dia selalu bersenang-senang dengan tahanannya. Membuat mereka menjerit kesakitan, hingga memohon agar nyawanya segera diambil. Seungri bukan sosok yang akan mengampuni lawannya jika dia sudah dikuasi oleh emosi. Beruntung jika lawannya hanya kehilangan satu jari atau lebih parahnya dia akan membuat mereka hidup segan mati pun tak mau.
Begitulah bisnis, terutama saat bisnis bercampur dengan pergerakan gangster. Siapapun lawan bisnisnya akan lebih waspada lagi. Itu yang terjadi oleh Phoenix dan Dragon saat ini.
Saat memasukki ruangan pleasure, Seungri dapat melihat tahanannya sedang terikat kedua tangannya ke atas dengan kepalanya yang tertunduk. Matanya terpejam dan napasnya yang pendek. Jelas sekali jika orang ini habis mengalami siksaan.
"Berikan padaku!"
Satu tangan Seungri menadah, meminta anak buahnya memberikan barang yang dia inginkan. Sebilah pisau. Diputarnya pisau belati yang siap memangsa lawannya kapan pun.
"Masih mau bungkam?"
Seungri mengangkat dagu tahanannya dengan ujung pisau yang ada di tangannya.
"Jika kau sayang dengan nyawamu, katakan padaku siapa yang menyuruhmu. Tapi jika kau ingin segera menemui malaikat, maka aku yang akan mencabut nyawamu."
Seungri berdiri angkuh tepat di depan pria yang nyaris menembaknya, menunggu orang itu membuka suara. Sayangnya orang ini betah untuk membungkam mulutnya sendiri.
"Baiklah, sepertinya kau memang mau mencoba kesabaranku."
Pisau belatinya mulai menjelajah kulit tahanannya dari dada hingga bagian tubuh belakangnya. Mata Seungri menelusuri setiap bagian tubuh pria itu, mencari di mana dia akan memberinya sebuah maha karya.
"Hm, sepertinya di sini bagus juga jika aku buat lukisan abstrak."
Sret
"Aarrkkhhh!!!" teriakan lawannya terdengar nyari di ruangan pleasure. Seungri telah menggores kulit punggungnya dengan belati. Darah segar merambat indah, menciptakan warna merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Guardia (END)
ActionSeseorang menginginkan kematian Seungri yang merupakan CEO perusahaan raksasa dan pemimpin Phoenix. Namun usaha itu selalu digagalkan oleh salah satu pengawalnya. Hal itu juga yang menimbulkan benih cinta di antara keduanya. Apakah cinta mereka akan...