Hayo, nungguin ya?
Kasian deh kemarin gak diasupin sama ini. Abis kesel, gak jalan² idenya.
Kalo nungguin, bintangnya donk dipijat tuh di bawah. Gak susah kan? Yang susah itu, ngide, ngerangkai, nulis!
Yang baca, tinggal baca, terus komen deh, beres ... hemm!!
Jadi keluar deh juteknya gue!
.
.
.
.
.
.
.Dengan telaten Seungri merawat Jiyong yang demam hingga mereda. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 siang dan Jiyong baru saja membuka matanya. Dia merasakan kepalanya terlalu berat. Tapi dia juga dapat melihat ada orang yang sedang memandanginya.
"Kukira masih betah tidur."
"Aku kenapa?"
"Masih tanya kau kenapa? Kau demam, 39°c. Aku sudah bilang kalau semalam kau itu demam dan memintamu minum obat. Kau malah menolak. Apa kau tidak sayang tubuhmu, hah?"
Baru terbangun sudah mendapat wejangan dari tunangannya. Kepalanya semakin berdenyut, tapi juga salahnya. Tidak mendengarkan Seungri.
"Sayang, mianhae eoh. Tapi kepalaku pening sekali. Bisakah hentikan ocehanmu?"
Jiyong berusaha bangun dan setengah mendudukkan tubuhnya. Seungri membantu Jiyong menyanggah punggungnya dengan beberapa bantal. Kelesuan tercetak di wajah Jiyong. Matanya melirik Seungri yang diam, namun dirinya sibuk mengambil makan pagi berganti jadi makan siang. Tangannya mulai terjulur dengan sesendok bubur yang siap diarahkan ke mulut Jiyong.
Tak mau membuat Seungri kesal lagi, Jiyong menerima suapannya dengan memperhatikan Seungri yang tidak mau melihat padanya. Jiyong tahu Seungri-nya dalam suasana hati yang buruk. Seketika hening, hanya suara sendok dan mangkuk yang beradu.
"Sayang, kenapa diam?"
Seungri tidak menjawabnya.
"Sayang, katakan sesuatu. Jangan diam saja."
Tapi Seungri masih diam dan tetap menyuapi Jiyong. Tangan Jiyong menghentikan suapan Seungri.
"Bicaralah, aku tidak mau seperti ini."
"Kau yang menyuruhku diam, ya aku diam."
Baiklah Jiyong salah lagi, Jiyong mengalah.
"Mianhae, hm. Jangan diam lagi ya. Aku kan sedang bersama dengan manusia yang paling aku cintai saat ini," bujuk Jiyong, "lihat aku, sayang."
"Saat ini? Jadi nanti seterusnya tidak?"
"Aniyo, maksudku saat ini dan seterusnya, sayang."
"Tidak usah merayu. Habiskan makanmu, setelah itu minum obat. Tidak membantah atau aku akan mendiamimu selama seminggu," ancam Seungri. Sudah pasti Jiyong kalah kali ini.
"Baik, Tuanku. Pengawalmu ini tidak berani membantahmu lagi."
"Bagus."
Jiyong menghabiskan bubur buatan Top. Meminum obat yang juga sudah disiapkan Top sebelumnya. Sebagai bonus karena sudah menurut, Seungri mencium kening Jiyong. Tanpa disadari, ada dua orang yang sedang tertawa melihat kelakuan keduanya.
"Kau lihat sendiri bagaimana Jiyong menurut dengan Seungri? Dia benar-benar bisa membuat Jiyong bertekuk lutut," ucap Top.
"Memang pemandangan langka sekali," timpal Youngbae.
"Kalian masuklah, jangan hanya menguping saja," tegur Jiyong.
"Wah, telingamu tajam sekali."
Top membuka pintu kamar, masuk bersama Youngbae dengan salah tingkah. Mereka tertangkap basah menguping.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Guardia (END)
AcciónSeseorang menginginkan kematian Seungri yang merupakan CEO perusahaan raksasa dan pemimpin Phoenix. Namun usaha itu selalu digagalkan oleh salah satu pengawalnya. Hal itu juga yang menimbulkan benih cinta di antara keduanya. Apakah cinta mereka akan...