Eric Anderson mengalami nasib tragis dalam kisah asmaranya. Lalu suatu hari seorang gadis datang dalam hidupnya dan setia menemani hari-harinya dengan penuh kesabaran. Akankah gadis itu mampu membuat dirinya jatuh cinta lagi?
Disclaimer : Ini hanya...
Eric mengemudikan mobilnya meninggalkan Coffee Shop. Selama dalam perjalanan, semua ingatan tentang Citra terus terputar di kepalanya. Citra yang ceria, Citra yang selalu tersenyum untuknya, sekarang sudah tidak ada lagi.
"Andai aku bisa kembali ke masa itu Tuhan. Aku tidak akan membiarkan kami terjerumus kedalam dosa itu. Dan sekarang pasti kami masih bersama. Mungkin, aku yang akan menikahinya."
Di sisi lain, dada Citra terasa sesak setelah pertemuannya kembali dengan Eric. Sekuat mungkin dia menahan airmata agar tidak menetes.
"Kau kenapa? Kalau ku perhatikan kau belakangan ini sering murung." ujar Vio mengamati Citra yang tampak sedih
"Aku tidak apa-apa Vio." jawab Citra menahan airmatanya
"Benarkah? Tapi kelihatannya kau jadi gelisah setelah laki-laki tadi pergi. Apa dia pacarmu?"
Pertanyaan Vio spontan membuat Citra menatapnya kaget.
"Tentu saja bukan. Aku tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun sebelumnya."
"Lalu siapa laki-laki tadi?"
"Dia mantan majikanku."
Pernyataan Citra membuat Vio merenung sejenak.
"Apa kau menyukainya?" tanya Yura membuat Citra sedikit tersentak
"M mana mungkin?"
"Tapi itu terlihat jelas dari wajahmu. Olivia, sebelum semuanya terlambat coba kau pikirkan lagi."
"Kau ini bicara apa sih. Kau berkata seolah-olah majikanku itu mengharapkanku."
Vio menghela nafas kasar. Temannya ini benar-benar tidak peka. "Ya sudahlah, aku hanya mengingatkanmu. Semoga keputusanmu adalah pilihan yang terbaik." tutur Vio sambil menepuk pundak Citra
***
Malam harinya...
"Eric, belakangan ini ibu lihat kau jadi sering melamun." ucap Helena di ruang tengah bersama Eric
"Tidak. Itu hanya perasaan ibu saja."
"Tapi ibu lihat kau jadi sering melamun, apa karena Citra sudah tidak bekerja lagi? Kau merasa kesepian." tebak Helena, tidak bisa dipungkiri bahwa ucapannya memang benar adanya.
"Begini, rekan bisnis ibu ingin menjodohkanmu dengan putrinya. Ibu juga sudah bertemu dengannya. Dia cantik, baik, dan siap untuk menikah."
Deg
"Eric, ibu rasa sekarang sudah saatnya kau memikirkan masa depanmu." tutur Helena sambil mengusap bahu Eric lembut. "Ibu tidak mau kau terus menerus bersedih."
Eric tertunduk dalam. Apa gunanya dia terus memikirkan wanita yang tidak akan pernah bisa menjadi miliknya. Dan wanita itu akan segera menikah dengan pria lain. "Baiklah, aku bersedia ibu."
Helena tercengang. "Kau tidak perlu menjawab sekarang Eric."
"Aku yakin ibu. Apa yang ibu katakan benar. Aku harus memikirkan masa depan."
***
Beberapa hari setelah Eric menyetujui perjodohan itu, Helena merasa bahagia. Dia memilihkan kemeja dan jas yang akan dikenakan oleh Eric dalam pertemuannya yang pertama kali bersama calon istrinya.
"Kau tampan sekali sayang." Helena berdecak kagum. Putranya ini sungguh mirip dengan mendiang suaminya, mulai dari mata, hidung, dan bibir. Sayang sekali suaminya terlalu cepat pergi meninggalkannya lantaran memiliki riwayat penyakit jantung.
"Ibu harap, setelah ini kau tidak akan bersedih lagi."
Eric hanya mengulas senyum, bibirnya memang tersenyum tapi tidak dengan hatinya. Yang ada dalam ingatannya hanyalah Citra, wanita yang menjadi pujaan hatinya.
Malam ini Eric bersama ibunya datang ke restoran untuk bertemu dengan calon istrinya untuk pertama kali. Disana, ada sepasang suami istri yang merupakan calon mertua Eric sudah menunggu. Dan seketika tatapan mata dari seorang gadis tertuju ke arah Eric karena terpesona akan ketampanannya.
Oh My God! Apakah dia CEO ERC Corp yang sering digosipkan itu? Aku tidak percaya bisa bertemu dengannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.