10. Tersenyum

3.9K 218 8
                                    

Jam 07.00

Citra bersama keluarganya tengah sarapan bersama di meja makan. Semua orang memandang heran gelagat aneh Bryan yang tampak tergesa-gesa menyantap sarapannya.

"Kau kenapa buru-buru sekali?" tanya Sora, namun dia tidak langsung di tanggapi oleh sang adik. Bryan menghabiskan sarapannya di susul dengan meneguk segelas air sampai habis.

"Aku ada urusan kak." balas Bryan

"Urusan? Urusan apa?" tanya Sora penuh selidik

Aku tidak mungkin kan cerita kalau aku kerja part time.

"Biasa lah kak dengan temanku." bohong Bryan. "Aku pergi duluan."

Bryan beranjak dari kursi lalu berpamitan kepada sang ibu. Sesaat setelah Bryan pergi, Citra pun beranjak dari meja makan. Bersiap-siap untuk berangkat ke rumah majikannya.

***

Eric tengah duduk di kursi roda, entah sejak kapan dia terus memandang ke arah pintu kamarnya. Berharap gadis yang ia nantikan segera membuka pintu dan menyapanya.

Jarak rumah Eric yang cukup jauh membuat Citra harus pesan driver online. Dalam perjalanan Citra terus melamun, sampai tidak terasa kalau dia sudah sampai didepan rumah majikannya.

Citra berjalan masuk melewati pintu gerbang. Menuju kedalam kamarnya, mengganti pakaiannya dengan setelan celemek. Lalu pergi ke dapur mengambilkan sarapan untuk majikan mudanya.

Tok Tok

"Akhirnya dia datang juga." batin Eric senang dalam hati

"Masuk." sahutnya dari dalam kamar, tak lama kemudian Citra membuka pintu.

Bibir Eric tersenyum tipis begitu melihat Citra, senyum yang sangat tipis sampai gadis itu tidak dapat melihatnya.

Citra melangkah masuk mendekati Eric, meletakkan nampan ke atas laci yang ada di dekat jendela.

"Selamat pagi tuan." sapa Citra dengan senyum manis

"Pagi juga." balas Eric datar, tapi sesungguhnya dalam hati ia sangat bahagia.

Citra mulai menyuapi Eric, tanpa ia sadari, kedua mata Eric terus menatapnya.

"Citra." panggil Eric setelah menghabiskan segelas susu

"Iya tuan?"

"Aku ingin jalan-jalan."

Citra terbelalak, untuk sesaat dia hampir tak berkedip. Majikannya ini minta pergi setelah sekian lama. Padahal yang ia tahu selama ini majikannya selalu duduk memandang jendela dan mengurung dirinya sendiri didalam kamar.

"Tuan ingin jalan-jalan kemana?"

"Terserah kamu saja."

"Baiklah, tapi saya harus ijin nyonya."

Citra menemui Helena yang masih bersantai di ruang tengah, menikmati secangkir teh sambil membaca majalah.

"Nyonya."

"Eh, Citra. Ada apa?"

"Tuan, ingin pergi jalan-jalan."

"Apa?" Helena terkejut, meletakkan secangkir tehnya ke meja kemudian kembali menatap Citra.

"Putraku ingin jalan-jalan?"

"Iya nyonya."

"Bagaimana mungkin?" Helena bergumam sendiri, dia pun juga merasa heran dengan perubahan sikap putranya yang tiba-tiba. "Ya sudah, ajak dia jalan-jalan keluar di sekitar sini."

Late LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang