"Tuan, aku mohon pengertianmu. Jangan temui aku lagi." Pinta Citra penuh harap
"Aku hanya ingin memastikan keadaanmu dan anak kita baik-baik saja Citra." Balas Eric
Mata Citra terpejam sejenak. "Sudah cukup tuan. Aku tidak mau terjadi salah paham lagi."
Eric mengernyit. "Salah paham?"
"Tadi pagi istrimu datang melabrakku. Ternyata dia melihat kita berdua kemarin. Jadi.."
Ekspresi Eric berubah. "Tidak perlu kamu lanjutkan, aku tahu apa yang mau kamu katakan."
Citra terdiam.
"Kamu tenang saja. Aku tidak akan mengganggumu lagi."
Deg
Citra yang semula menunduk sontak mendongak menatap Eric tak percaya.
"Jaga dirimu baik-baik." Kata Eric sebelum memutar langkahnya pergi meninggalkan cafe tersebut
Kaki Citra seketika lemas, hatinya sakit, dan bulir bening jatuh membasahi pipinya.
Bukankah ini yang kau inginkan Citra? Lalu kenapa kau menangis?
Untuk beberapa saat Citra berperang dengan pikirannya sendiri. Bibir dan hati selalu tak sama.
Apakah aku tidak pantas memilikimu Citra? Kenapa? Kenapa sampai segitunya kau menolakku?
Eric pun menepati ucapannya. Sampai satu bulan lebih dia tidak pernah mengunjungi Citra lagi sejak saat itu. Hari-hari Citra terasa kosong.
"Apakah aku egois?"
***
Di sisi lain, Eric juga merasakan hal yang sama. Bohong jika dia sudah tidak mempedulikan kekasih hatinya. Dia pun merasa sesak dan tak hentinya dihantui oleh rasa bersalah.
"Kau melamun?" Tanya dari Jey sontak menyadarkan Eric dari lamunannya
"Hmm." jawab Eric
"Kenapa tidak kau nikahi saja sekalian, daripada harus pusing." Saran Jey sedikit bercanda
"Jangankan menikahinya, ku dekati saja selalu menghindar."
"Mungkin ada sesuatu yang membuatnya ragu untuk menerimamu." Balas Jey
"Ragu? Tapi dia mengandung anakku. Jadi tidak ada alasan untuk menolakku kan?"
Jey tampak berpikir. "Aku rasa kau harus mencari cara untuk meluluhkan hatinya."
Eric mengerutkan dahinya. "Aku sudah berulang kali mengejarnya, tapi dia semakin menjauh."
Jey menarik nafas sebelum membalas. "Dasar. Kisah cinta kalian rumit sekali."
***
Sepulang dari kantor, Nadia sudah bersiap menyambut kepulangan Eric di teras rumah. Tak lupa dengan senyumnya yang merekah, sebuah senjata utama untuk memikat Eric. Namun tak pernah sekalipun suaminya itu menghiraukannya.
"Sini, biar aku bantu."
"Tidak usah." Eric menolak kasar saat Nadia hendak membantu melepaskan jasnya
"Kenapa kau masuk ke kamarku? Sana keluar." Titah Eric ketus
Nadia mendengus kesal. Begitu sulitnya mengambil hati Eric, bahkan sikap lelaki itu semakin dingin setiap harinya.
"Hiks.. ibu." Nadia memulai sandiwara dengan air mata buayanya
"Ada apa Nadia? Kenapa kau menangis?" Tanya Helena sambil mengusap bahu Nadia
"Eric ibu. Sampai sekarang dia masih mengacuhkanku. Huhu."
"Mungkin kau harus lebih bersabar."
"Mau sampai kapan ibu? Ini sudah satu bulan lebih. Aku sudah tidak sanggup lagi. Hiks."
"Ya sudah, nanti ibu akan berbicara dengan Eric. Sudah, kau jangan menangis lagi." Tutur Helena
"Terima kasih ibu." Nadia tersenyum licik
***
"Eric, cobalah untuk menerima Nadia mulai sekarang."
"Aku masih butuh waktu ibu."
"Iya, ibu mengerti. Tapi setidaknya jangan bersikap dingin pada istrimu. Kasihan dia."
Eric memalingkan wajahnya kesal sebelum kembali menatap ibunya.
"Iya, aku akan berusaha." Jawab Eric dengan tersenyum paksa
***
Pada malam hari, Nadia menyelinap masuk kedalam kamar Eric yang gelap. Nadia mengenakan gaun malam yang memperlihatkan belahan dadanya dan paha mulusnya. Perlahan dia mendekat ke tempat tidur, di kecupnya pelipis Eric sembari membelai tubuhnya dengan manja. Eric tersentak, kemudian menyalakan lampu meja.
"Nadia! Apa yang kau lakukan di kamarku?"
Nadia semakin merapatkan tubuhnya di badan Eric yang sekarang bersandar pada headboard.
"Kita suami istri bukan? Jadi sudah tugasku untuk melayanimu."
Eric menatap Nadia rendah.
"Sekalipun kau telanjang, aku tidak akan tergoda sedikitpun dengan tubuhmu."
Plakk
"Dasar tidak tahu diri. Apa jangan-jangan kau pernah tidur dengan wanita jalang itu?"
Eric menyeringai.
"Kalau iya kenapa?"
Nadia merasa geram. Dia pun beranjak dari pangkuan Eric dan kembali ke kamarnya. Dipegangnya sebuah benda yang menunjukkan dua garis merah diatas meja.
"Ugh sial!! Ini semua gara-gara si brengsek itu. Sekarang aku harus bagaimana?"
Tbc
11 Oktober 2020
![](https://img.wattpad.com/cover/231995372-288-k33607.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Love
General FictionEric Anderson mengalami nasib tragis dalam kisah asmaranya. Lalu suatu hari seorang gadis datang dalam hidupnya dan setia menemani hari-harinya dengan penuh kesabaran. Akankah gadis itu mampu membuat dirinya jatuh cinta lagi? Disclaimer : Ini hanya...